JAKARTA - PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi yang mulai berlaku pada bulan Juli. Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan rutin yang disesuaikan dengan berbagai faktor ekonomi global, termasuk harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah.
Kebijakan ini diberlakukan atas dasar formula perhitungan yang telah ditetapkan dalam regulasi resmi pemerintah. Penyesuaian tersebut mencakup produk BBM nonsubsidi seperti Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamax Green 95, Dexlite, dan Pertamina Dex.
Meski perubahan ini tidak menyentuh harga BBM subsidi seperti Pertalite dan Bio Solar, dampaknya cukup dirasakan oleh masyarakat umum, terutama mereka yang mengandalkan kendaraan pribadi untuk aktivitas harian. Maka dari itu, pemahaman akan harga terkini serta strategi efisiensi menjadi penting untuk mengelola pengeluaran energi.
- Baca Juga Energi Migas Mandiri Lewat ILI UT
Kenaikan Harga BBM Non-Subsidi
Kenaikan harga terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Misalnya, untuk wilayah dengan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 5 persen seperti DKI Jakarta dan sekitarnya, harga Pertamax naik dari Rp12.100 menjadi Rp12.500 per liter. Pertamax Turbo pun naik menjadi Rp13.500 per liter dari sebelumnya Rp13.050 per liter. Pertamax Green 95 juga naik menjadi Rp13.250 per liter.
Sementara itu, Dexlite naik menjadi Rp13.320 per liter dan Pertamina Dex menjadi Rp13.650 per liter. Meski kenaikan ini bervariasi antar wilayah, pola kenaikannya cenderung merata di seluruh daerah.
Sebaliknya, harga BBM subsidi tetap stabil. Pertalite tetap di harga Rp10.000 per liter dan Bio Solar di Rp6.800 per liter. Ini menunjukkan komitmen pemerintah untuk tetap menjaga daya beli masyarakat berpenghasilan rendah dengan melindungi harga BBM subsidi dari fluktuasi pasar.
Dampak bagi Konsumen
Kenaikan ini tentu berdampak langsung pada biaya harian masyarakat, terutama mereka yang menggunakan kendaraan pribadi dengan BBM non-subsidi. Sebagai contoh, seorang pemilik mobil berkapasitas tangki 40 liter yang biasa menggunakan Pertamax akan mengeluarkan tambahan sekitar Rp16.000 tiap kali isi penuh tangki. Dalam satu bulan, jika mengisi penuh empat kali, maka tambahan pengeluaran bisa mencapai Rp64.000 atau lebih.
Efek kumulatif dari kenaikan ini dapat memengaruhi perencanaan keuangan rumah tangga maupun operasional usaha kecil yang mengandalkan kendaraan pribadi. Oleh karena itu, menjadi krusial bagi konsumen untuk menerapkan strategi hemat energi dan penggunaan BBM secara bijak.
Alasan Penyesuaian Harga
Penyesuaian ini merujuk pada regulasi resmi tentang formula perhitungan harga dasar BBM. Penyesuaian dilakukan berdasarkan evaluasi periodik yang mempertimbangkan dinamika harga minyak mentah dunia, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta biaya distribusi dan margin keuntungan yang wajar.
Penyesuaian berkala ini memungkinkan harga BBM di dalam negeri tetap mencerminkan kondisi pasar, menjaga kestabilan pasokan, dan menjamin keberlanjutan investasi di sektor energi.
Strategi Menghemat Konsumsi BBM
Menghadapi kondisi ini, masyarakat bisa menyesuaikan kebiasaan berkendara dan pola konsumsi energi agar lebih efisien. Beberapa langkah praktis antara lain:
Gunakan kendaraan hemat energi
Memilih kendaraan dengan konsumsi bahan bakar rendah bisa membantu menekan pengeluaran harian.
Perawatan rutin kendaraan
Menjaga tekanan angin ban, mengganti oli tepat waktu, dan servis berkala dapat mengoptimalkan efisiensi bahan bakar.
Rencanakan perjalanan
Gabungkan beberapa keperluan dalam satu kali perjalanan untuk menghindari pengeluaran BBM berlebih.
Hindari kebiasaan mengemudi agresif
Akselerasi dan pengereman mendadak dapat meningkatkan konsumsi BBM secara signifikan.
Gunakan AC dengan bijak
Menyalakan AC pada suhu tinggi atau dalam mode maksimal akan menambah beban mesin dan konsumsi bahan bakar.
Manfaatkan aplikasi dan promo
Beberapa aplikasi menyediakan informasi harga BBM real-time dan program cashback atau diskon isi BBM.
Pemerintah Tetap Jaga Harga Subsidi
Meski BBM nonsubsidi naik, pemerintah memastikan bahwa harga untuk jenis subsidi tetap dipertahankan. Ini merupakan bentuk perlindungan terhadap kelompok masyarakat bawah dan bagian dari kebijakan energi nasional yang pro-rakyat.
Penyesuaian hanya menyasar pada segmen BBM nonsubsidi, sehingga tidak memengaruhi pengguna kendaraan umum, ojek online, maupun sebagian besar pemilik motor yang masih menggunakan Pertalite.
Antisipasi Jangka Panjang
Dari sisi industri dan konsumen, penyesuaian harga ini bisa menjadi momentum untuk beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan atau kendaraan berbasis listrik. Pemerintah pun terus mendorong penggunaan energi alternatif sebagai bagian dari transisi energi nasional.
Meski dampak jangka pendek dari penyesuaian harga BBM non-subsidi dirasakan oleh konsumen, langkah ini penting untuk menciptakan ekosistem energi yang lebih adil, efisien, dan berkelanjutan.
Kenaikan harga BBM non-subsidi yang terjadi pada bulan Juli ini merupakan penyesuaian yang mengikuti dinamika global. Konsumen didorong untuk menyikapi perubahan ini secara bijak melalui penghematan dan efisiensi penggunaan bahan bakar.
Dengan menjaga konsumsi secara tepat, masyarakat tetap bisa beraktivitas seperti biasa tanpa terlalu terbebani. Langkah kecil seperti perawatan kendaraan dan mengatur pola perjalanan bisa memberi dampak besar dalam jangka panjang. Sementara itu, masyarakat pengguna BBM subsidi masih terlindungi dari gejolak harga, menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga di tengah ketidakpastian global.