JAKARTA - Pertamina kembali mengumumkan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi di seluruh Indonesia. Untuk wilayah Sulawesi, harga sejumlah jenis BBM, termasuk Pertamax dan Pertamax Turbo, dilaporkan tetap stabil tanpa perubahan. Kebijakan ini menunjukkan upaya Pertamina menyeimbangkan harga BBM non-subsidi dengan kondisi pasar global, sambil tetap menjaga ketersediaan dan aksesibilitas BBM bagi masyarakat.
Penetapan harga BBM non-subsidi dilakukan secara rutin, mengacu pada rata-rata harga minyak mentah dunia atau Indonesia Crude Price (ICP) serta nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Langkah ini merujuk pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 245.K/MG.01/MEM.M/2022, yang mengatur formula dasar penetapan harga BBM non-subsidi. Dengan demikian, harga BBM non-subsidi di Sulawesi mencerminkan mekanisme penyesuaian yang transparan dan mengikuti dinamika pasar global, sekaligus mempertimbangkan stabilitas ekonomi domestik.
Penyesuaian terbaru berlaku secara serentak di enam provinsi Sulawesi, yakni Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo. Di antara produk BBM yang harganya ditetapkan, Pertamax menjadi sorotan dengan harga Rp12.500 per liter, atau Rp12.400 per liter apabila dibeli melalui Pertashop. Sementara itu, Pertamax Turbo dipatok sebesar Rp13.500 per liter. Penetapan harga ini mencerminkan komitmen Pertamina untuk menjaga kestabilan harga BBM non-subsidi meski fluktuasi harga minyak dunia dan nilai tukar rupiah masih terjadi.
- Baca Juga Energi Migas Mandiri Lewat ILI UT
Selain BBM non-subsidi, harga BBM bersubsidi juga tetap stabil. Pertalite dijual dengan harga Rp10.000 per liter, sedangkan solar subsidi tetap Rp6.800 per liter. Stabilitas harga BBM bersubsidi ini menjadi penting untuk menjaga daya beli masyarakat, terutama bagi konsumen yang sangat bergantung pada BBM subsidi untuk transportasi sehari-hari maupun kegiatan usaha. Dengan harga yang tetap, masyarakat di Sulawesi dapat merencanakan anggaran transportasi dengan lebih baik, tanpa khawatir terhadap lonjakan harga BBM yang tiba-tiba.
Kebijakan ini juga mencerminkan upaya pemerintah dan Pertamina dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi nasional dan kondisi pasar global. Penyesuaian harga BBM non-subsidi yang mengikuti ICP memastikan harga di tingkat konsumen tetap wajar dan sesuai dengan mekanisme pasar. Sementara itu, keberlanjutan harga BBM subsidi membantu mengamankan akses energi bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan sektor ekonomi yang mengandalkan BBM bersubsidi.
Berikut daftar lengkap harga BBM Pertamina di wilayah Sulawesi:
Pertalite: Rp10.000 per liter
Solar Subsidi: Rp6.800 per liter
Pertamax: Rp12.500 per liter (Rp12.400 via Pertashop)
Pertamax Turbo: Rp13.500 per liter
Dexlite: Rp14.150 per liter
Pertamina Dex: Rp14.450 per liter
Dengan harga yang stabil di berbagai jenis BBM ini, masyarakat dan pelaku usaha di Sulawesi dapat merencanakan kebutuhan bahan bakar dengan lebih terukur. Penetapan harga yang transparan dan merata di enam provinsi di Sulawesi juga menunjukkan upaya pemerintah melalui Pertamina untuk memastikan ketersediaan BBM yang cukup dan harga yang wajar bagi konsumen di seluruh wilayah.
Kebijakan harga BBM yang stabil ini juga penting dalam konteks menjaga stabilitas ekonomi lokal. BBM merupakan komoditas strategis yang berdampak langsung pada biaya transportasi, distribusi barang, dan kegiatan usaha sehari-hari. Dengan harga Pertamax dan Pertamax Turbo yang tetap, sektor transportasi dan logistik di Sulawesi tidak terbebani oleh kenaikan harga BBM, sehingga operasional usaha tetap efisien.
Selain itu, keberadaan BBM subsidi seperti Pertalite dan solar subsidi yang tidak berubah harganya membantu masyarakat kelas menengah ke bawah serta pelaku usaha kecil. Hal ini menjadi salah satu upaya untuk menjaga keseimbangan sosial-ekonomi sekaligus mengurangi risiko inflasi akibat biaya energi yang meningkat.
Stabilitas harga BBM non-subsidi dan subsidi juga menunjukkan bagaimana Pertamina menyesuaikan strategi penetapan harga berdasarkan mekanisme pasar, namun tetap memperhatikan aspek sosial. Penyesuaian mengikuti ICP memungkinkan harga di tingkat konsumen mencerminkan harga minyak global, sementara subsidi tetap menjaga daya beli masyarakat dan kelangsungan usaha kecil dan menengah.
Dengan sistem penetapan harga yang transparan ini, masyarakat dan pelaku usaha dapat memprediksi pergerakan harga BBM dan menyesuaikan anggaran operasional atau transportasi. Hal ini juga meningkatkan kepercayaan publik terhadap Pertamina sebagai penyedia energi yang andal, yang mampu menyeimbangkan kepentingan pasar global dengan kebutuhan domestik.
Secara keseluruhan, kebijakan terbaru Pertamina menegaskan komitmen perusahaan untuk menyediakan BBM dengan harga wajar dan terjangkau. Baik BBM non-subsidi maupun subsidi di Sulawesi kini berada pada tingkat harga yang stabil, memberikan kepastian bagi masyarakat dan pelaku usaha. Dengan demikian, sektor energi tetap mendukung aktivitas ekonomi di Sulawesi, sambil tetap responsif terhadap fluktuasi pasar global dan nilai tukar rupiah.