Kenaikan Harga Cabai dan Sembako di Jogja

Rabu, 09 Juli 2025 | 14:40:44 WIB
Kenaikan Harga Cabai dan Sembako di Jogja

JAKARTA - Harga sembako di Yogyakarta mengalami dinamika yang perlu mendapat perhatian, terutama setelah kenaikan harga cabai merah besar yang menjadi sorotan. Perubahan harga bahan pokok ini dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari produksi hingga distribusi, yang berdampak langsung pada konsumsi masyarakat sehari-hari.

Sembako atau sembilan bahan pokok yang terdiri dari beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi dan ayam, telur, susu, jagung, minyak tanah, dan garam beryodium merupakan kebutuhan utama masyarakat yang harganya terus dipantau untuk menjaga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan warga. Data terbaru yang diperoleh dari dua sumber terpercaya yaitu Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunjukkan bahwa pada tanggal tertentu di bulan Juli 2025, hanya cabai merah besar yang mengalami kenaikan harga di pasar-pasar Yogyakarta.

Menurut laporan PIHPS yang didasarkan pada rata-rata harga pasar Beringharjo dan Kranggan, harga cabai merah besar naik sebesar Rp 750 per kilogram, dari Rp 38.000 menjadi Rp 38.750. Sedangkan bahan pokok lainnya tidak mengalami penurunan maupun kenaikan signifikan. Untuk memberi gambaran perbandingan nasional, rata-rata harga cabai merah besar di Indonesia mencapai Rp 45.050, dengan harga tertinggi tercatat di Papua sebesar Rp 85.500 dan harga terendah di Sulawesi Barat yaitu Rp 26.250 per kilogram.

Daftar harga lengkap dari PIHPS memperlihatkan bahwa bawang merah dan bawang putih tetap stabil di angka Rp 42.500/kg dan Rp 42.000/kg, sedangkan berbagai jenis beras dengan kualitas berbeda bergerak dalam kisaran Rp 12.250 sampai Rp 16.250 per kilogram. Harga daging ayam dan sapi juga relatif stabil, yakni Rp 32.000/kg untuk ayam dan Rp 132.500-140.000/kg untuk sapi kualitas 1 dan 2. Harga gula pasir premium tercatat Rp 18.250/kg dan minyak goreng curah Rp 17.900/kg.

Sementara itu, data dari Bapanas menunjukkan beberapa perbedaan minor pada harga bahan pokok. Misalnya, cabai merah besar dilaporkan turun dari Rp 35.000 menjadi Rp 32.143 per kilogram. Bawang merah berada di angka Rp 41.000/kg dan daging ayam sedikit turun menjadi Rp 31.667/kg. Harga minyak goreng kemasan juga turun menjadi Rp 18.250/liter, sementara telur ayam naik sedikit menjadi Rp 27.200/kg.

Ketidakseragaman data ini menunjukkan adanya disparitas harga antar pasar yang bisa terjadi karena perbedaan waktu pengambilan data dan lokasi pasar. Oleh sebab itu, masyarakat disarankan untuk terus memantau perkembangan harga secara rutin melalui sumber resmi agar dapat membuat keputusan belanja yang tepat.

Beberapa faktor utama yang memengaruhi perubahan harga sembako adalah produksi, distribusi, sumber pasokan, serta permintaan dan penawaran di pasar. Kinerja produksi sangat menentukan ketersediaan barang di pasar, jika hasil panen menurun akibat cuaca buruk atau keterbatasan modal petani, maka stok bahan pokok akan menipis dan harga cenderung naik. Selain itu, proses distribusi yang lama atau terganggu juga menyebabkan harga naik karena biaya transportasi bertambah dan waktu tunggu yang lama.

Sumber pasokan yang melimpah cenderung menekan harga agar lebih terjangkau, sebaliknya ketika pasokan berkurang harga pun naik. Faktor permintaan juga berperan besar, apabila masyarakat membutuhkan suatu bahan pokok dalam jumlah besar dalam waktu bersamaan, para pedagang akan menaikkan harga sesuai dengan mekanisme pasar.

Adanya persaingan antar pedagang juga memengaruhi harga di pasaran. Di pasar yang jumlah pedagangnya sedikit, harga bisa lebih tinggi karena sedikitnya persaingan, sedangkan di pasar dengan banyak pedagang, persaingan yang ketat membuat harga lebih kompetitif dan seringkali lebih stabil.

Kenaikan harga cabai merah besar menjadi sinyal penting yang perlu diperhatikan oleh konsumen dan pelaku usaha di Yogyakarta. Cabai merupakan bahan pokok yang sering digunakan dalam masakan sehari-hari, sehingga kenaikan harganya akan langsung berimbas pada daya beli masyarakat serta biaya produksi pedagang makanan dan kuliner lokal.

Meski harga sembako lain cenderung stabil, kenaikan satu komoditas penting seperti cabai merah besar tetap berdampak signifikan, terutama bagi keluarga berpenghasilan rendah yang sangat bergantung pada harga bahan pokok yang terjangkau. Oleh karena itu, upaya pemantauan harga dan langkah antisipatif oleh pemerintah serta pelaku pasar sangat diperlukan untuk menjaga keseimbangan ekonomi masyarakat.

Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk bijak dalam berbelanja dengan menyesuaikan kebutuhan dan mencari alternatif bahan pengganti apabila harga suatu komoditas sedang tinggi. Pedagang juga diharapkan dapat menjaga harga tetap wajar tanpa memanfaatkan situasi kenaikan harga untuk meraup keuntungan berlebihan.

Secara keseluruhan, situasi harga sembako di Yogyakarta pada periode ini menunjukkan fluktuasi yang relatif terkendali dengan hanya satu bahan pokok utama yang mengalami kenaikan harga. Namun demikian, pemahaman terhadap berbagai faktor yang memengaruhi harga dan peran aktif semua pihak menjadi kunci untuk menjaga stabilitas harga sembako demi terciptanya ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.

Untuk informasi harga sembako terkini dan akurat, masyarakat bisa mengakses laman resmi PIHPS dan Bapanas yang menyediakan data harian yang diperbarui secara rutin. Dengan bekal informasi ini, diharapkan konsumen dapat merencanakan pengeluaran dengan lebih baik dan para pelaku usaha dapat mengambil langkah strategis yang tepat.

Memahami dinamika harga sembako adalah bagian dari kesadaran kolektif untuk menghadapi tantangan ekonomi yang selalu berubah dan untuk memastikan kebutuhan dasar masyarakat tetap terpenuhi dengan baik. Melalui pemantauan dan kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, harga sembako di Yogyakarta dapat tetap stabil dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.

Terkini