Premi Asuransi Kendaraan ACA Naik, Kendaraan Listrik Jadi Fokus

Rabu, 16 Juli 2025 | 10:39:55 WIB
Premi Asuransi Kendaraan ACA Naik, Kendaraan Listrik Jadi Fokus

JAKARTA - PT Asuransi Central Asia (ACA) kembali membukukan performa positif pada paruh pertama tahun ini, khususnya dari lini asuransi kendaraan bermotor. Di tengah berbagai dinamika pasar dan wacana regulasi baru dari otoritas terkait, ACA mencatat pertumbuhan signifikan yang menandakan optimisme sektor asuransi masih terjaga, khususnya di tengah gelombang transformasi industri otomotif menuju kendaraan listrik.

Menurut Teguh Iman Jaya, Kepala Divisi Asuransi Motorcar & Miscellaneous ACA, pendapatan premi dari lini asuransi kendaraan mencapai Rp 529 miliar hingga akhir semester pertama tahun ini. Capaian ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 15% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang saat itu sebesar Rp 458 miliar.

Pertumbuhan ini tak lepas dari kontribusi segmen korporasi yang cukup signifikan. Teguh menjelaskan bahwa sebagian besar perolehan premi berasal dari klien-klien perusahaan besar, yang terus mempercayakan perlindungan aset kendaraannya kepada ACA. Ini menjadi bukti bahwa kepercayaan pelaku usaha terhadap industri asuransi, khususnya ACA, tetap kuat meski situasi ekonomi masih menghadapi sejumlah tantangan.

Namun, di balik pertumbuhan tersebut, terdapat wacana baru yang turut memengaruhi arah strategi perusahaan, yakni rencana penyusunan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan (SEOJK) yang mengatur tarif premi asuransi harta benda dan kendaraan bermotor. Salah satu poin penting dalam rancangan tersebut adalah perlunya penyesuaian tarif premi untuk kendaraan bermotor berbasis listrik.

Menanggapi hal ini, Teguh memberikan pandangannya bahwa memang terdapat perbedaan mendasar antara kendaraan listrik dan kendaraan konvensional, terutama dari sisi risiko dan nilai kerusakan. "Menurut kami, kendaraan listrik memiliki komponen utama berupa baterai yang nilainya mencapai sekitar 40% hingga 50% dari harga kendaraan. Hal itu membuat potensi kerugian Total Loss Only (TLO) atau Constructive Total Loss (CTL) menjadi lebih tinggi," ungkapnya.

Dengan tingginya nilai komponen utama seperti baterai, risiko kerugian total pada kendaraan listrik dinilai lebih besar jika terjadi kecelakaan parah. Hal inilah yang secara logis membuat tarif premi untuk kendaraan listrik semestinya disesuaikan lebih tinggi dibanding kendaraan konvensional.

Selain itu, ACA juga mempertimbangkan aspek perbaikan kendaraan listrik. Hingga saat ini, layanan perbaikan untuk mobil listrik dinilai masih terbatas pada bengkel resmi, mengingat bengkel umum belum sepenuhnya siap menangani perbaikan kendaraan jenis ini. "Harga suku cadangnya juga relatif lebih tinggi, sehingga menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan asuransi," kata Teguh.

Meski memahami urgensi penyesuaian tarif premi, ACA belum mengambil langkah tegas untuk membedakan tarif antara kendaraan listrik dan konvensional. Menurut Teguh, perusahaan saat ini masih dalam proses pengumpulan dan analisis data klaim dari tiga tahun terakhir. Hal ini bertujuan untuk memahami lebih lanjut tren risiko aktual yang terjadi pada kendaraan listrik sebelum menerapkan kebijakan tarif yang berbeda.

Namun, Teguh tidak menutup kemungkinan bahwa ACA akan menerapkan tarif premi khusus untuk kendaraan listrik di masa mendatang. Ia menekankan pentingnya ketersediaan data aktuaria yang kuat dan komprehensif agar keputusan yang diambil sesuai dengan tingkat risiko yang ditanggung.

Di sisi lain, data industri dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat bahwa pada kuartal pertama tahun ini, pendapatan premi dari lini asuransi kendaraan bermotor secara nasional mencapai Rp 5,24 triliun. Sayangnya, angka ini mencerminkan kontraksi sebesar 5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa tidak semua pelaku asuransi mencatatkan pertumbuhan seperti yang dialami ACA.

Perbedaan ini menandakan bahwa strategi perusahaan dalam menangkap peluang pasar dan menjaga hubungan dengan klien menjadi faktor penting dalam menjaga performa. Dalam konteks ini, ACA menunjukkan kapabilitasnya dalam mempertahankan kinerja positif meski industri secara umum mengalami tekanan.

Kehadiran kendaraan listrik sebagai pemain baru dalam industri otomotif Indonesia jelas akan membawa perubahan signifikan, tidak hanya dari sisi produksi dan penjualan, tetapi juga dalam model bisnis asuransi kendaraan. Dengan meningkatnya penetrasi kendaraan listrik di pasar, perusahaan asuransi dituntut untuk menyesuaikan skema premi, risiko, serta kesiapan infrastruktur layanan mereka.

Teguh pun menekankan pentingnya regulasi yang adaptif dan responsif terhadap perkembangan teknologi otomotif. "Kami menyambut baik langkah OJK untuk meninjau dan menyesuaikan tarif premi, karena hal ini akan membawa keadilan risiko bagi semua pihak," ujarnya.

Secara keseluruhan, kinerja ACA di lini asuransi kendaraan menunjukkan sinyal kuat bahwa perusahaan mampu merespons kebutuhan pasar dengan baik. Fokus pada nasabah korporat dan kesiapan menghadapi tren kendaraan listrik menjadi dua pilar penting yang mendukung keberlanjutan pertumbuhan bisnis.

Sementara itu, para pelaku industri lainnya diharapkan terus mempersiapkan langkah adaptif guna menjaga daya saing dalam menghadapi pergeseran tren di dunia otomotif dan asuransi. Dengan strategi yang matang dan dukungan regulasi yang sesuai, peluang untuk tumbuh di sektor asuransi kendaraan masih terbuka lebar.

Terkini

Cuka Apel untuk Kesehatan Alami

Jumat, 18 Juli 2025 | 07:27:41 WIB

Wisata Pulau Eksotis Dekat Jakarta

Jumat, 18 Juli 2025 | 07:30:24 WIB

3 Shio Paling Hoki 18 Juli 2025

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:21:15 WIB

Cirebon Ubah Sampah Jadi Energi Ramah Lingkungan

Jumat, 18 Juli 2025 | 08:23:20 WIB