JAKARTA - Dalam lanskap keuangan global yang terus berkembang, sistem keuangan syariah Indonesia mulai menarik perhatian akademisi internasional. Salah satu bukti konkretnya terlihat saat PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menjadi lokasi studi banding bagi mahasiswa Melbourne University, Australia, dalam kunjungan edukatif yang difasilitasi bekerja sama dengan Universitas Indonesia.
Kegiatan ini menjadi ajang BSI untuk berbagi pengalaman dan menampilkan sistem keuangan syariah sebagai solusi yang tak hanya halal dan modern, tetapi juga resilien di tengah tantangan ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
Daya Tarik Sistem Syariah bagi Akademisi Internasional
Kunjungan ini merupakan bagian dari program pengenalan sistem ekonomi alternatif yang mencerminkan stabilitas, transparansi, dan prinsip keberlanjutan. Para mahasiswa Melbourne University tertarik mendalami bagaimana sistem keuangan syariah di Indonesia bertumbuh pesat dan mampu menjawab tantangan zaman, baik dalam sektor perbankan, sosial, hingga spiritual.
Wakil Direktur Utama BSI, Bob T. Ananta, menyambut antusias para mahasiswa yang datang untuk mempelajari seluk-beluk industri perbankan syariah. Ia menegaskan bahwa keberadaan BSI tidak lepas dari komitmen kuat pemerintah Indonesia dalam mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis syariah yang inklusif dan digital.
“BSI juga lahir atas dukungan Pemerintah yang serius mendorong kemajuan ekonomi nasional melalui sistem keuangan syariah yang halal, modern, digital, dan inklusif,” ungkap Bob.
Peran Intermediasi Keuangan dan Posisi Unik BSI
Sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI menjalankan fungsi intermediasi antara penghimpunan dana dan penyaluran pembiayaan secara sehat dan berkelanjutan. Hal yang membedakan BSI dari bank lain adalah “uniqueness positioning”-nya sebagai Sahabat Finansial, Sosial, dan Spiritual. Konsep ini menjadikan BSI tidak hanya fokus pada keuntungan finansial, tetapi juga pada kebermanfaatan sosial seperti penyaluran zakat yang dilakukan oleh perseroan.
Kinerja positif BSI pun tak luput dari sorotan. Dalam situasi ekonomi yang menantang, aset BSI tercatat mencapai Rp 401 triliun mengalami pertumbuhan dua digit sebesar 12 persen secara tahunan. Lebih dari itu, BSI mampu menyalurkan manfaat zakat kepada lebih dari 225 ribu penerima manfaat, terutama di sektor pendidikan, ekonomi, dan pemberdayaan masyarakat.
“Dan kami bisa memberikan kemanfaatan zakat kepada lebih dari 225 ribu orang yang didominasi sektor pendidikan, ekonomi dan pemberdayaan masyarakat,” tutur Bob.
Meningkatkan Literasi dan Inklusi Syariah
Dalam konteks nasional, BSI juga memikul peran penting dalam mendorong peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah. Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), indeks literasi syariah masih berada pada angka 43,42 persen, sedangkan inklusi keuangan syariah tercatat hanya 13,41 persen.
Melihat kondisi ini, BSI mengambil langkah proaktif dengan menyelenggarakan berbagai program besar yang berkelanjutan, seperti CEO Mengajar di universitas-universitas terbaik di Indonesia, partisipasi dalam BSI International Expo, Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) yang digagas Bank Indonesia, hingga Sharia Financial Festival (SYAFIF) dari OJK.
“Terbukti hingga saat ini BSI telah melakukan berbagai program besar dan kontinyu dilakukan,” tegas Bob.
Fokus pada Pendidikan: Cetak Pemimpin Muda Berbasis Nilai Islam
Salah satu sektor yang sangat diperhatikan oleh BSI adalah pendidikan. Sebab, menurut Bob, pendidikan memegang peran strategis dalam mencetak generasi baru yang siap mendorong ekonomi syariah ke level berikutnya.
Sejak tahun 2021, BSI telah menyalurkan lebih dari 8.600 beasiswa berprestasi kepada mahasiswa dari berbagai latar belakang. Program ini tidak hanya memberikan dukungan finansial, tetapi juga membentuk karakter dan kepemimpinan yang selaras dengan prinsip Islam.
“Program ini tak hanya sekadar bantuan pendidikan, tetapi juga mencetak calon pemimpin muda yang memiliki intelektual beraklak mulia,” katanya.
Kolaborasi Internasional dan Penguatan SDM
Tak hanya menjalin relasi akademis, BSI juga membuka kolaborasi lintas negara dengan menerima kunjungan dari profesional, akademisi, hingga regulator luar negeri. Tujuannya untuk bertukar wawasan serta membangun pemahaman kolektif tentang praktik keuangan syariah yang modern dan inklusif.
Dalam pengembangan sumber daya manusia, BSI memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk meraih beasiswa di Top 10 universitas dunia, termasuk di Australia. Hal ini mencerminkan komitmen perusahaan dalam menciptakan talenta-talenta unggul yang siap bersaing secara global.
“Kami terus meningkatkan skill SDM pegawai BSI dengan memberikan kesempatan beasiswa belajar ke Top 10 Universitas dunia, termasuk yang paling banyak diminati yakni Australia,” kata Bob.
ESG sebagai Pondasi Bisnis Keuangan Syariah
Lebih lanjut, dalam menjalankan operasionalnya, BSI juga menjadikan nilai-nilai maqashid syariah sebagai DNA bisnis. Prinsip-prinsip ini tidak hanya menjadi landasan dalam pengambilan keputusan, tapi juga menyatu dengan komitmen BSI terhadap prinsip ESG (Environmental, Social, and Governance).
BSI mengimplementasikan ESG melalui tiga pilar utama: Sustainable Banking, Sustainable Operation, dan Sustainability Beyond Banking. Dengan demikian, bank syariah ini berupaya untuk tidak hanya menjadi institusi keuangan, tetapi juga agen perubahan yang mendorong pembangunan berkelanjutan.