Kolaborasi Dukung Industri Kreatif

Kamis, 17 Juli 2025 | 13:37:36 WIB
Kolaborasi Dukung Industri Kreatif

JAKARTA - Penguatan industri kreatif tidak bisa dilepaskan dari sinergi antara institusi pendidikan, pelaku seni, serta pemangku kepentingan di bidang pariwisata. Salah satu upaya nyata dalam mewujudkan sinergi tersebut tercermin dalam rangkaian kegiatan kolaboratif yang dijalankan oleh EKKIP (Ekonomi Kreatif, Kajian Industri Pertunjukan) LPPM UPI bersama mitra dari dalam dan luar negeri.

Dalam lingkup internasional, keterlibatan akademisi dari berbagai negara menjadi momentum penting dalam membangun diskursus global tentang seni pertunjukan dan kontribusinya terhadap pembangunan berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah dukungan yang diberikan oleh akademisi dari Korea Selatan, yang turut memperluas kerja sama lintas negara melalui pengujian mahasiswa, kolaborasi penulisan ilmiah, dan sesi kuliah tamu.

Salah satu karya ilmiah yang disoroti dalam kolaborasi ini adalah disertasi berjudul “Space And Discourse In 2020 Oscar-Winning Film Arasite: Representation Of Social Inequality In South Korea” yang ditulis oleh promovenda Evelyn. Penelitian ini mengangkat isu kesenjangan sosial di Korea Selatan melalui pendekatan analisis film pemenang Oscar, “Parasite”. Dalam kajiannya, gambaran tentang dinamika kehidupan keluarga dari kelas ekonomi rendah dan tinggi ditelusuri secara mendalam, menunjukkan representasi nyata tentang ketimpangan yang masih berlangsung di negara tersebut.

Lebih dari sekadar kajian budaya, disertasi ini memberikan kontribusi penting dalam memahami bagaimana narasi media visual dapat berperan dalam pencapaian agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Prinsip-prinsip pengembangan ekonomi berkelanjutan yang menjadi fokus SDGs dipetakan secara eksplisit melalui representasi kehidupan masyarakat dalam film tersebut, menciptakan ruang diskusi antara seni, kebijakan publik, dan pembangunan global.

Diskusi tentang topik-topik ini tidak berhenti pada tataran teori. Dalam forum yang lebih luas, sejumlah institusi seperti Universitas Udayana, Poltekpar Bali, dan Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa turut menyambut baik peluang kerja sama. Mereka terlibat dalam pembahasan rencana kegiatan Seminar Internasional EKKIP dan AKBI ke-2, yang ditargetkan menjadi panggung akademik sekaligus ruang temu lintas sektor untuk membicarakan peran seni dan budaya dalam mendorong ekonomi kreatif dan pariwisata berkelanjutan.

Seminar ini akan menghadirkan sejumlah pakar dari dalam dan luar negeri. Di antara keynote speaker adalah tokoh nasional seperti Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., dan Gubernur Bali Dr. Ir. Wayan Koster, MM., yang akan membahas kedudukan seni dan budaya dalam sistem pembangunan nasional. Tak kalah penting, sejumlah narasumber internasional seperti Giulia Sala dari Universitas Bologna dan Bart Verheijen dari Leiden University akan menyoroti perspektif global dalam isu-isu kebudayaan dan kolonialisme serta relevansinya dalam konteks kontemporer.

Rangkaian seminar ini dirancang tidak hanya sebagai forum ilmiah, tetapi juga sebagai wadah nyata penerapan kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat lokal. Salah satu implementasi konkretnya adalah penyelenggaraan kegiatan di Poltekpar Bali yang akan menjadi tuan rumah acara, dengan pelibatan pelaku UMKM dalam rangkaian kegiatan seminar.

Dalam diskusi lanjutan yang berlangsung di City of Aventus Hotel Denpasar, sejumlah pihak dari berbagai lembaga hadir untuk membahas dokumen Terms of Reference (ToR) kegiatan. Hadir di antaranya adalah Saortua Marbun dari Universitas Triatma Mulya, I Ketut Surata dari Poltekpar Bali, serta Yuliawan Kasmahidayat selaku Ketua EKKIP dan Ketua AKBI. Pertemuan ini menjadi momen strategis untuk menyatukan pandangan mengenai tujuan, skema pelaksanaan, hingga aspek teknis dari seminar yang akan datang.

Tidak berhenti di ruang diskusi, kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke lokasi Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII yang diselenggarakan di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Centre). Kunjungan ini difokuskan pada penjajakan kerja sama dengan pelaku UMKM lokal yang akan menjadi bagian dari seminar. Tiga UMKM yang dipilih untuk berpartisipasi sebagai tenant adalah Agus Martayasa Art, yang dikenal sebagai pengrajin kain tenun khas Bali; Lembong Gita, pengrajin patung kayu; serta Ngurah Gallery, penghasil kain cepuk alami khas Bali.

Pelibatan UMKM ini menjadi wujud nyata integrasi antara seni budaya lokal dengan penguatan industri kreatif yang berdampak ekonomi. Kehadiran mereka di seminar bertujuan untuk memperkenalkan kerajinan lokal kepada peserta dari berbagai negara, sekaligus membuka ruang kolaborasi baru yang berpotensi memperluas pasar produk budaya Indonesia.

Lebih luas lagi, sinergi antara lembaga akademik, pemerintah daerah, pelaku seni, dan sektor usaha ini menjadi contoh konkrit bagaimana penguatan ekonomi kreatif dan pengembangan pariwisata dapat berjalan beriringan dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pariwisata yang berkelanjutan bukan hanya mengejar keuntungan ekonomi, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan sosial dan lingkungan.

Melalui kegiatan seperti seminar internasional EKKIP dan AKBI, semakin terbuka peluang bagi Indonesia untuk memainkan peran strategis dalam kancah global. Seni pertunjukan dan kajian budaya bukan hanya bagian dari identitas nasional, melainkan juga alat diplomasi budaya yang efektif untuk membangun relasi internasional, mendorong kolaborasi lintas disiplin, dan memperkuat fondasi ekonomi berbasis kearifan lokal.

Terkini

Penyeberangan Tigaras Simanindo Kembali Beroperasi

Kamis, 17 Juli 2025 | 08:54:01 WIB

Manfaat Madu untuk Kecantikan Kulit

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:01:32 WIB

10 Destinasi Wisata Ramah Muslim

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:04:30 WIB

Dominasi BYD di Pasar EV Kian Kuat

Kamis, 17 Juli 2025 | 14:11:14 WIB