Kemenkes Soroti Beda Gizi Buah untuk Anak dan Lansia

Senin, 28 Juli 2025 | 08:44:29 WIB
Kemenkes Soroti Beda Gizi Buah untuk Anak dan Lansia

JAKARTA - Buah sering dianggap sebagai pilihan makanan sehat yang bisa dikonsumsi oleh siapa saja. Namun, anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya tepat. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan bahwa tidak semua buah aman dan cocok untuk dikonsumsi oleh semua kelompok usia. Dalam edukasi publik terbaru, Kemenkes menyoroti pentingnya menyesuaikan jenis buah dengan kebutuhan gizi berdasarkan usia, terutama antara generasi Gen Alpha dan Baby Boomer.

Pesan ini disampaikan melalui unggahan visual di akun Instagram resmi Kemenkes, @kemenkes_ri, yang menampilkan gambar seorang anak dan seorang pria lansia sedang menikmati buah bersama. Dalam unggahan tersebut terdapat tulisan "Buah untuk Gen Alpha vs Baby Boomer" yang menegaskan adanya perbedaan penting dalam pemilihan buah untuk tiap generasi.

Buah Tidak Selalu Aman untuk Semua Usia

Meskipun buah dikenal sebagai sumber vitamin, serat, dan antioksidan yang penting bagi tubuh, kenyataannya tidak semua buah dapat dikonsumsi secara bebas oleh semua kalangan. Terutama pada lansia, beberapa jenis buah justru bisa menimbulkan risiko kesehatan tertentu, terutama jika dikonsumsi berlebihan.

“Buah seperti pisang, anggur, dan mangga memang aman untuk anak-anak hingga orang dewasa,” jelas Kemenkes dalam kampanye tersebut. Namun, mereka juga menekankan bahwa “untuk lansia, kandungan gula yang tinggi dalam buah-buah tersebut dapat menjadi pemicu lonjakan gula darah dan gangguan pencernaan.”

Hal ini sangat relevan khususnya bagi lansia dengan riwayat penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan sistem pencernaan. Oleh karena itu, edukasi mengenai pemilihan buah yang sesuai menjadi sangat penting dalam mendukung pola hidup sehat pada usia lanjut.

Perbedaan Kebutuhan Gizi Berdasarkan Usia

Anak-anak dari generasi Gen Alpha, yang lahir di era digital dan sering terpapar gaya hidup modern, memiliki kebutuhan gizi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka umumnya masih aktif secara fisik dan memiliki sistem metabolisme yang lebih kuat dibandingkan dengan lansia. Oleh karena itu, konsumsi buah dengan kadar gula alami seperti mangga, pisang, atau anggur masih dapat ditoleransi oleh tubuh mereka.

Sebaliknya, kelompok Baby Boomer yang berada di rentang usia lansia memiliki metabolisme yang melambat. Organ pencernaan tidak lagi seefisien saat muda, dan kemampuan tubuh dalam mengolah gula juga menurun. Jika tidak hati-hati, konsumsi buah dengan kadar gula tinggi bisa memperparah kondisi seperti diabetes atau gangguan lambung.

Daftar Buah Sesuai Usia

Dalam edukasinya, Kemenkes juga membagi jenis buah yang dianjurkan untuk tiap kelompok usia:

Untuk anak-anak hingga dewasa:

Pisang

Mangga

Anggur

Apel

Semangka

Pepaya

Melon

Buah-buahan tersebut dapat memberikan energi yang cukup, serta berbagai vitamin dan mineral penting bagi pertumbuhan dan aktivitas harian mereka.

Untuk lansia:

Apel

Pepaya

Alpukat

Stroberi

Buah naga

Buah-buahan ini dikenal memiliki kandungan serat tinggi dan kadar gula alami yang lebih rendah. Selain itu, teksturnya pun lebih mudah dicerna, serta kaya akan nutrisi yang mendukung fungsi pencernaan dan menjaga kestabilan gula darah.

Tujuan: Maksimalkan Manfaat, Minimalkan Risiko

Poin utama dari edukasi Kemenkes adalah memastikan bahwa konsumsi buah tetap memberikan manfaat optimal bagi kesehatan, tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya. Ini menjadi penting terutama dalam konteks pencegahan penyakit degeneratif pada lansia dan pembentukan kebiasaan makan sehat sejak dini pada anak-anak.

Langkah ini sekaligus membantah anggapan umum bahwa semua buah pasti baik dikonsumsi siapa pun, kapan pun. “Buah sehat belum tentu aman untuk lansia,” demikian bunyi pesan dalam unggahan Kemenkes yang ingin membongkar mitos lama soal keamanan buah untuk semua orang.

Edukasi Gizi sebagai Bagian dari Pola Hidup Sehat

Kampanye ini juga menjadi bagian dari upaya Kemenkes dalam meningkatkan literasi gizi masyarakat. Dengan informasi yang sederhana dan visual yang menarik, edukasi seperti ini dapat menjangkau lebih banyak kalangan, terutama generasi muda yang aktif di media sosial.

Selain soal buah, edukasi serupa juga mencakup informasi seputar makanan olahan seperti singkong rebus dan kopi. Misalnya, ada pula penjelasan dari pakar gizi mengenai konsumsi makanan tradisional yang ternyata juga memerlukan penyesuaian berdasarkan usia dan kondisi kesehatan seseorang.

Makanan sehat tetap harus dikonsumsi secara bijak. Kemenkes menunjukkan bahwa penyesuaian makanan berdasarkan usia bukan sekadar saran, tetapi kebutuhan. Dengan memperhatikan komposisi nutrisi dan kebutuhan tubuh, masyarakat bisa mendapatkan manfaat maksimal dari makanan, termasuk buah-buahan.

Jadi, sebelum mengonsumsi buah, ada baiknya mempertimbangkan usia dan kondisi kesehatan. Anak-anak dan lansia sama-sama memerlukan buah, namun dengan pilihan dan porsi yang berbeda. Edukasi sederhana seperti ini bisa menjadi langkah kecil yang berdampak besar dalam membentuk gaya hidup sehat lintas generasi.

Terkini