Kolaborasi Fashion Indonesia Prancis Lewat Program PINTU

Rabu, 30 Juli 2025 | 14:39:44 WIB
Kolaborasi Fashion Indonesia Prancis Lewat Program PINTU

JAKARTA - Industri kreatif menjadi salah satu sektor yang semakin mendapatkan perhatian dalam kerja sama bilateral antara Indonesia dan Prancis. Dalam semangat memperkuat hubungan lintas budaya, kedua negara menjalin kemitraan yang fokus pada pengembangan sektor fashion melalui program inkubator bernama PINTU. Program ini telah menjadi wadah kolaboratif yang mempertemukan pelaku industri dari kedua negara untuk saling belajar, bertukar gagasan, dan mengembangkan strategi menghadapi tantangan industri fashion global.

Inisiatif PINTU sendiri telah berjalan sejak 2022, melibatkan kerja sama sektor publik dan swasta, termasuk Institut Français Indonesia (IFI), Kedutaan Besar Prancis di Indonesia, JF3 Fashion Festival, serta ekosistem LAKON Indonesia. Lebih dari 100 profesional mode telah terlibat dalam program ini, mulai dari desainer, pengrajin, hingga jurnalis dan pendidik. Manfaat dari program ini tidak hanya terbatas pada peningkatan kapasitas individu, tetapi juga dalam memperluas jejaring lintas negara yang strategis.

Pada tahun 2025, program ini kembali menunjukkan komitmennya melalui penyelenggaraan seminar satu hari penuh di IFI Thamrin, Jakarta. Acara tersebut terbuka untuk umum dan gratis, menjadi momentum penting untuk mempertemukan para pemangku kepentingan dari dunia fashion dan kerajinan. Tujuannya jelas: mengeksplorasi peluang dan tantangan yang dihadapi industri fashion global, serta membangun ruang dialog yang inklusif antara Indonesia dan Prancis.

Pagi hari seminar diawali dengan berbagai workshop yang membahas tema-tema strategis seperti fashion berkelanjutan, praktik sirkular, sejarah mode dan narasi budaya, serta penataan gaya dan produksi etis. Workshop ini dirancang untuk mendorong pemahaman komprehensif terhadap dinamika industri, serta memberikan perspektif baru bagi para peserta mengenai arah perkembangan fashion ke depan.

Sesi siang hari dimulai dengan sambutan dari Duta Besar Prancis untuk Indonesia, Y.M. Fabien Penone, yang menekankan pentingnya kerja sama lintas negara di sektor budaya dan ekonomi kreatif. Keynote utama disampaikan oleh Alain Soleil, Direktur Ecole Duperré Paris, yang mengulas estetika dan tren global dari sudut pandang Paris. Kehadiran Alain sekaligus menjadi simbolisasi implementasi kerja sama institusional antara Ecole Duperré dan program PINTU, yang telah ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman pada kunjungan kenegaraan Prancis ke Indonesia Mei lalu.

Soegianto Nagaria selaku Chairman JF3 juga memberikan sambutan dan menegaskan komitmen untuk terus mendorong ruang-ruang pertukaran kreatif antara kedua negara.

Dalam sesi lanjutan, Simpwati Simarno, Managing Director Louis Vuitton Indonesia, mengungkapkan betapa pentingnya pasar Indonesia bagi industri mode global. Ia mengatakan bahwa konsumen Indonesia sangat antusias terhadap produk terbaru dan eksklusif, yang mencerminkan keterhubungan mereka dengan tren fashion dunia.

“Banyak kawan-kawan saya bertanya, mengapa setiap kali orang Indonesia datang ke gerai kami, mereka selalu meminta yang terbaru dan terbaik. Bahkan mereka ingin produk yang terbatas,” ujarnya. Simpwati menekankan bahwa digitalisasi menjadi salah satu kunci keberhasilan brand dalam menjangkau konsumen modern, serta pentingnya membangun narasi brand yang kuat dan autentik.

Ia mencontohkan brand lokal Buttonscarves yang sukses berkat strategi pemasaran yang terintegrasi, kolaborasi kreatif, dan identitas brand yang kuat. Menurutnya, Buttonscarves mampu menggabungkan dunia digital dan offline dengan apik, serta membangun komunitas loyal melalui pendekatan yang relevan dengan budaya populer.

“Buttonscarves sangat berhasil, bukan hanya karena gaya, bukan hanya pasar yang mereka berhasil garap, tapi mereka sangat jelas menegaskan identitas brand-nya,” jelasnya.

Sesi diskusi panel juga memperkaya acara, dengan dua tema besar yang diangkat: Enduring Threads dan Fashion’s Green Threads. Panel pertama membahas pelestarian warisan tradisional seperti tenun tangan dan sulaman haute couture, sementara panel kedua fokus pada isu keberlanjutan, termasuk keterlibatan brand-brand seperti Oscar Lawalata dan Louise Marcaud.

Thresia Mareta, Founder LAKON Indonesia, menyampaikan bahwa dalam konteks industri mode, budaya tidak hanya menyangkut produk, tetapi juga mencakup cara berpikir, kebijakan, dan kearifan lokal. Ia menekankan pentingnya kreativitas yang tetap berpijak pada identitas bangsa.

“Kalau bicara budaya, maka akan melibatkan banyak hal di dalamnya. Tidak hanya barangnya, tetapi juga cara berpikir, wisdom, kebijakan, dan ilmu pengetahuan,” ujarnya.

PINTU, menurut Thresia, hadir bukan sekadar program inkubator, tetapi menjadi platform strategis untuk mendukung ekosistem industri mode yang terintegrasi dan unggul. Harapannya, generasi muda bisa tumbuh bersama dan semakin berani mengeksplorasi warisan budaya melalui pendekatan kreatif dan kolaboratif.

Kolaborasi Indonesia dan Prancis di sektor fashion ini bukan hanya soal pertukaran gaya atau tren, melainkan mencerminkan komitmen bersama membangun industri kreatif yang inklusif, inovatif, dan berkelanjutan. Inisiatif seperti PINTU menjadi bukti bahwa diplomasi budaya dapat menjadi fondasi kuat dalam memperkuat relasi antarbangsa sekaligus mendorong pertumbuhan sektor strategis seperti fashion.

Terkini

Empat Shio Beruntung Sebelum Agustus

Kamis, 31 Juli 2025 | 15:57:05 WIB

Wisata Jawa Timur Ala Dunia

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:03:26 WIB

Bocoran Harga iPhone 17 Series

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:05:53 WIB

Oppo A38: Smartphone Tahan Lama

Kamis, 31 Juli 2025 | 16:08:22 WIB