JAKARTA - Dalam upaya mewujudkan ketahanan energi nasional, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) semakin gencar memperkuat pemanfaatan gas bumi sebagai pilar utama dalam masa transisi energi. Langkah strategis ini ditempuh untuk mendukung tercapainya bauran energi nasional, yang menargetkan porsi gas bumi mencapai 22 persen pada 2025. Dengan karakteristik emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil lainnya, gas bumi dinilai sebagai solusi antara yang tepat untuk menjembatani kebutuhan energi bersih dan realistis di tengah keterbatasan sumber daya terbarukan.
“Gas bumi merupakan bahan bakar fosil dengan emisi yang lebih rendah. Dengan porsi yang besar dalam bauran energi, gas bumi sangat potensial menjadi energi prioritas,” ungkap Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, dalam sebuah pernyataan resmi.
Salah satu pendekatan utama yang dijalankan PGN adalah memperluas jaringan gas rumah tangga (jargas). Langkah ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap bahan bakar seperti LPG dan kerosin, namun juga mendorong efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon dalam jangka panjang. Hingga penghujung 2024, PGN telah berhasil menyambungkan lebih dari 815.000 rumah tangga ke jaringan gas bumi, dengan total pipa yang terpasang mencapai 20.000 kilometer.
- Baca Juga PLN IP Bangun Masa Depan Energi
Dalam lima tahun ke depan, PGN menetapkan target ambisius, yaitu menambah sekitar 450.000 sambungan baru. Jika target tersebut tercapai dan total sambungan jargas mencapai 1 juta pada 2034, maka emisi karbon dapat ditekan hingga 380.000 ton CO₂. Capaian ini akan menjadi kontribusi signifikan dalam mendukung agenda pengurangan emisi nasional dan pencapaian target Net Zero Emission.
Tidak berhenti pada perluasan jargas, PGN juga menggarap potensi energi terbarukan dari limbah pertanian. Melalui pengembangan biomethane yang bersumber dari jerami, limbah sawit, dan kotoran hewan PGN berencana mengintegrasikan energi baru tersebut ke dalam jaringan pipa gas eksisting. Rencananya, biomethane ini akan mulai dioperasikan pada 2027 sebagai bagian dari strategi perusahaan dalam mempercepat transisi menuju sistem energi yang lebih bersih.
Inisiatif lain yang tengah dirintis adalah pengembangan bisnis energi hijau melalui kerja sama dengan berbagai mitra strategis. PGN menjajaki potensi amonia dan hidrogen sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. “Dengan kerja sama yang tepat, teknologi baru bisa dimanfaatkan secara efektif dan risiko bisnis bisa diminimalkan,” tambah Rosa.
Guna memperkuat aksesibilitas dan distribusi gas bumi ke berbagai wilayah Indonesia, PGN juga tengah menggarap sejumlah proyek infrastruktur penting. Beberapa proyek unggulan yang tengah dikembangkan mencakup pembangunan pipa gas Tegal–Cilacap, serta fasilitas penyimpanan dan regasifikasi LNG di Pulau Jawa. Inisiatif ini bertujuan menjawab tantangan distribusi energi yang selama ini terkonsentrasi di wilayah tertentu dan kurang menjangkau pusat-pusat industri baru.
Selain mengembangkan jaringan distribusi, PGN juga telah mulai menyalurkan LNG dari kawasan Indonesia timur ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa yang mengalami lonjakan permintaan. Ini menjadi bagian dari strategi untuk menyeimbangkan distribusi energi nasional dan menjawab persoalan ketimpangan pasokan antarwilayah.
PGN pun mendorong peningkatan pemanfaatan Compressed Natural Gas (CNG) di sektor-sektor non-industri besar seperti hotel, restoran, kafe (horeka), usaha mikro kecil menengah (UMKM), dan pelanggan komersial lainnya. Menurut Rosa, kombinasi pemanfaatan antara LNG dan CNG diyakini dapat memperkuat ketahanan energi nasional sekaligus mengurangi tekanan terhadap anggaran subsidi energi pemerintah.
“Kebutuhan energi nasional akan terus tumbuh, dan gas bumi merupakan pilihan rasional dalam masa transisi energi,” kata Rosa menekankan. Ia menambahkan, visi jangka panjang PGN adalah menjadi penyedia gas bumi ramah lingkungan yang melayani kebutuhan sektor industri hingga rumah tangga di seluruh pelosok negeri. “Kami optimistis, investasi di sektor gas bumi akan mendukung cita-cita energi nasional yang berkelanjutan,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama PGN, Arief Setiawan Handoko, menuturkan bahwa produksi gas domestik saat ini sebesar 6.600 MMSCFD masih dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, yang disalurkan sekitar 3.300 hingga 3.500 MMSCFD. Ia menegaskan bahwa prioritas PGN adalah memastikan pemanfaatan optimal dari produksi tersebut untuk kepentingan nasional.
Namun demikian, Arief juga menyoroti tantangan yang masih dihadapi dalam pendistribusian gas, khususnya LNG, akibat keterbatasan infrastruktur pipa. “Sekarang permintaan lebih tinggi, tapi distribusinya tidak seimbang. Terjadi mismatch antara tempat produksi dan lokasi yang membutuhkan,” ungkapnya dalam diskusi CNBC Coffee Morning yang digelar di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Permasalahan distribusi ini menjadi sorotan penting karena berpotensi menghambat efisiensi energi nasional. Oleh karena itu, PGN menyadari bahwa percepatan pembangunan infrastruktur, termasuk jaringan pipa gas, menjadi kunci untuk menjamin pemerataan energi lintas wilayah serta mendukung pertumbuhan industri di luar Pulau Jawa.
Melalui serangkaian strategi dan inovasi yang dijalankan, PGN berkomitmen memainkan peran sentral dalam agenda besar transisi energi Indonesia. Fokus pada gas bumi, pemanfaatan energi terbarukan, serta pengembangan infrastruktur menjadi pilar utama dalam perjalanan menuju kemandirian energi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.