Pasar Properti Primer Terkoreksi

Kamis, 07 Agustus 2025 | 09:27:19 WIB
Pasar Properti Primer Terkoreksi

JAKARTA - Meskipun sektor properti residensial tetap menunjukkan tren positif, namun peningkatan harga pada pasar primer kini tercatat mengalami perlambatan. Berdasarkan hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dirilis oleh Bank Indonesia, pertumbuhan harga rumah pada triwulan II mencerminkan situasi yang cenderung lebih hati-hati di kalangan pengembang maupun konsumen.

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) mengalami pertumbuhan sebesar 0,90 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,07 persen yoy. Meskipun tetap tumbuh, koreksi tipis ini menandakan adanya kecenderungan stagnasi dalam laju kenaikan harga rumah di pasar primer nasional.

Kondisi Pasar yang Lebih Selektif

Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh berbagai faktor eksternal yang memengaruhi minat beli dan daya tahan konsumen. Menurut laporan Bank Indonesia, sejumlah pengembang mulai menyesuaikan strategi harga dengan mempertimbangkan dinamika pasar dan daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Keputusan ini membuat laju pertumbuhan harga residensial terjaga dalam rentang yang lebih moderat.

Meski mengalami perlambatan pertumbuhan, pasar residensial tetap menunjukkan daya tarik tertentu, terutama pada segmen rumah tapak. Hal ini terlihat dari upaya pengembang yang masih terus memasarkan proyek-proyek baru dengan konsep hunian yang lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat urban dan suburban.

Kinerja Kredit dan Penjualan Unit Rumah

Survei Bank Indonesia juga menyentuh aspek pembiayaan dalam sektor properti. Berdasarkan hasil yang sama, penjualan rumah pada triwulan ini mengalami penurunan secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), meskipun secara tahunan masih menunjukkan pertumbuhan. Penurunan penjualan ini turut memengaruhi keputusan harga oleh pengembang.

Selain itu, responden survei menyatakan bahwa mayoritas pembelian rumah masih dilakukan melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang disalurkan oleh perbankan nasional. Skema pembiayaan ini masih menjadi pilihan utama karena menawarkan tenor panjang dan bunga kompetitif, terlebih dengan kondisi suku bunga acuan yang relatif stabil.

Pengembang dan perbankan masih terus berupaya memberikan skema kredit yang fleksibel agar tetap menjangkau konsumen kelas menengah, yang merupakan pasar dominan dalam sektor ini. Di sisi lain, adanya ketidakpastian ekonomi global dan kenaikan harga kebutuhan pokok sedikit banyak memengaruhi minat beli, terutama pada kelompok masyarakat dengan penghasilan tetap.

Segmentasi Harga dan Persebaran Wilayah

Dalam laporan tersebut, Bank Indonesia juga menjabarkan bahwa pertumbuhan harga cenderung terjadi di segmen rumah dengan harga menengah ke atas. Sementara itu, segmen rumah bersubsidi atau rumah murah relatif stagnan akibat keterbatasan suplai dan keterbatasan daya beli masyarakat berpenghasilan rendah.

Persebaran wilayah juga memainkan peran penting. Wilayah-wilayah penyangga ibu kota dan kota-kota besar lainnya menunjukkan tren harga yang masih naik tipis, dipengaruhi oleh permintaan dari konsumen urban yang mencari alternatif tempat tinggal di lokasi strategis namun lebih terjangkau.

Kota-kota seperti Bandung, Surabaya, dan Medan mencatat pertumbuhan harga yang bervariasi, tergantung pada perkembangan infrastruktur dan aksesibilitas wilayah tersebut. Daerah dengan pengembangan transportasi massal dan konektivitas jalan tol baru cenderung mencatat minat beli yang lebih tinggi.

Kinerja Sektor Properti Masih Bergantung pada Stabilitas Ekonomi

Kinerja sektor properti residensial di pasar primer saat ini cukup mencerminkan kondisi makroekonomi nasional. Bank Indonesia menyampaikan bahwa pergerakan harga properti sangat dipengaruhi oleh daya beli masyarakat, ekspektasi inflasi, dan kebijakan moneter.

Untuk menjaga kestabilan sektor properti, sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan lembaga keuangan sangat dibutuhkan. Penyediaan insentif fiskal maupun kemudahan perizinan akan memberikan stimulus positif, khususnya bagi pengembang yang ingin menggarap segmen menengah ke bawah yang potensial namun memiliki risiko lebih tinggi.

Outlook Triwulan Berikutnya

Ke depan, Bank Indonesia memperkirakan bahwa harga properti residensial di pasar primer akan tetap tumbuh, meskipun dalam laju yang terbatas. Konsumen dinilai masih memiliki minat terhadap properti sebagai instrumen investasi jangka panjang maupun kebutuhan primer, terlebih dengan tren urbanisasi yang terus berlanjut.

Namun, pertumbuhan tersebut sangat bergantung pada sejumlah faktor, termasuk stabilitas ekonomi domestik, kelanjutan program subsidi perumahan, dan kondisi pasar tenaga kerja. Jika faktor-faktor ini bergerak positif, maka permintaan terhadap properti residensial diperkirakan akan kembali meningkat, yang pada akhirnya mendorong pengembang untuk menyesuaikan harga secara bertahap.

Dengan adanya laporan SHPR ini, pelaku pasar diharapkan dapat menyusun strategi yang lebih adaptif dalam menghadapi dinamika sektor properti. Baik dari sisi pengembang, konsumen, maupun pihak perbankan, semua memiliki peran untuk menjaga keberlangsungan dan pertumbuhan sektor residensial di tengah tantangan yang ada.

Terkini

KUR BRI untuk Modal UMKM

Kamis, 07 Agustus 2025 | 15:40:33 WIB

BSI Naikkan Transaksi Emas

Kamis, 07 Agustus 2025 | 15:43:49 WIB

Tips Cegah Penipuan BCA

Kamis, 07 Agustus 2025 | 15:47:50 WIB

Crypto AI Meroket Usai Dukungan Resmi AS

Kamis, 07 Agustus 2025 | 15:56:16 WIB