JAKARTA - Perkembangan kendaraan listrik (EV) di Indonesia semakin bergairah dengan komitmen produsen otomotif global, salah satunya PT Hyundai Motors Indonesia. Sejak 2020, Hyundai secara konsisten menggunakan baterai berbasis nikel (NMC) berkapasitas energi tinggi pada seluruh lini kendaraan listriknya yang dipasarkan di tanah air. Pilihan teknologi baterai ini sejalan dengan karakteristik pasar Indonesia yang menuntut kendaraan dengan jarak tempuh lebih jauh dan adaptasi terhadap kondisi geografis yang beragam.
Teknologi Baterai Berbasis Nikel sebagai Keunggulan Kompetitif
Chief Operating Officer Hyundai Motors Indonesia, Fransiscus Soerjopranoto, menegaskan bahwa baterai nikel memiliki kepadatan energi yang lebih tinggi dibandingkan teknologi baterai lain sehingga mampu menyimpan lebih banyak energi. Dengan kapasitas tersebut, kendaraan listrik Hyundai dapat menempuh jarak lebih jauh dalam sekali pengisian daya, hal yang sangat penting bagi konsumen di Indonesia.
"Hal ini sesuai dengan karakteristik pasar Indonesia, mengingat kontur geografis, kebiasaan dalam berkendara jarak jauh, dan ekosistem kendaraan listrik yang masih berkembang," ujar Fransiscus.
Ekosistem Produksi EV Terintegrasi di Indonesia
Komitmen Hyundai dalam mengembangkan kendaraan listrik tidak hanya sebatas pemasaran produk, tetapi juga membangun ekosistem produksi yang menyeluruh di Indonesia. Hyundai Motor Group, sebagai induk perusahaan, mendirikan Hyundai Motor Manufacturing Indonesia (HMMI) yang merupakan pabrik otomotif pertama di Indonesia yang memproduksi kendaraan listrik secara lokal. Produk perdana pabrik ini adalah Hyundai IONIQ 5 yang diluncurkan pada tahun 2022, menandai langkah besar dalam hilirisasi industri EV di Tanah Air.
Pabrik Baterai Nikel Terbesar di Asia Tenggara
Untuk memperkuat rantai pasokan baterai, Hyundai mendirikan PT HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, sebuah pabrik sel baterai berbasis nikel dengan kapasitas produksi mencapai 10 GWh per tahun. Investasi senilai Rp 13,5 triliun ini menjadikan pabrik tersebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara. Pabrik ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga mengekspor ke pasar internasional serta membuka lapangan pekerjaan baru bagi tenaga kerja lokal.
"Pabrik ini tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik, tetapi juga memasok pasar internasional dan menyerap tenaga kerja lokal," jelas Fransiscus.
Integrasi Sistem Baterai dan Produksi Mobil Listrik
Selain produksi sel baterai, Hyundai juga mengembangkan Hyundai Energy Indonesia (HEI), pabrik sistem baterai yang melengkapi proses integrasi dari produksi sel, pembuatan modul, hingga perakitan sistem baterai. Sinergi ketiga entitas tersebut menghadirkan produk kendaraan listrik seperti All-new KONA Electric yang memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 80 persen, menunjukkan komitmen kuat Hyundai dalam mendukung pengembangan industri otomotif nasional.
Inovasi Keberlanjutan dengan Pemanfaatan Baterai Bekas
Hyundai juga memperhatikan aspek keberlanjutan dalam ekosistem kendaraan listriknya dengan menerapkan sistem Used Battery Energy Storage System (UBESS). Sistem ini memungkinkan pemanfaatan ulang baterai bekas kendaraan listrik sebagai unit penyimpanan energi, termasuk untuk kebutuhan di wilayah terpencil yang sulit dijangkau jaringan listrik konvensional.
"Hyundai memastikan seluruh rantai nilai EV mulai dari produksi hingga daur ulang, mendukung prinsip keberlanjutan dan mendukung target pemerintah dalam pengembangan industri kendaraan listrik nasional," kata Fransiscus.
Rencana Fasilitas Daur Ulang Baterai
Sebagai bagian dari komitmen jangka panjang, Hyundai juga sedang mempelajari pendirian fasilitas daur ulang baterai di Indonesia untuk menangani baterai yang sudah mencapai akhir masa pakai. Upaya ini penting guna menjaga kesinambungan pasokan bahan baku serta mengurangi dampak lingkungan dari limbah baterai.
“Di Indonesia, kami tengah mempelajari pendirian fasilitas daur ulang baterai untuk menangani baterai yang sudah mencapai akhir masa pakai,” pungkas Fransiscus.