BATU BARA

Prospek Bisnis Tambang Batubara di Indonesia Dipandang Cerah, Menurut PT Techno9 Indonesia NINE

Prospek Bisnis Tambang Batubara di Indonesia Dipandang Cerah, Menurut PT Techno9 Indonesia NINE
Prospek Bisnis Tambang Batubara di Indonesia Dipandang Cerah, Menurut PT Techno9 Indonesia NINE

JAKARTA - PT Techno9 Indonesia Tbk (NINE) mengungkapkan optimisme terkait prospek bisnis tambang batubara di Indonesia. Dalam pandangan perusahaan, industri tambang batubara di Indonesia masih memiliki potensi besar, terlebih dengan kebijakan pemerintah yang mendukung sektor ini. Hal tersebut menjadi kontras dengan negara-negara seperti Australia, Singapura, dan Jepang yang kini semakin menjauh dari industri batubara.

Noprian Fadli, Komisaris Utama PT Techno9 Indonesia Tbk, dalam keterangannya di Jakarta, menjelaskan bahwa kebijakan pemerintah di beberapa negara besar justru menghambat perkembangan industri batubara. "Di Australia, pemerintahnya sudah tidak mendukung lagi pada industri batubara, jadi bank juga tidak akan memberikan fasilitas ini termasuk di Jepang," ungkap Noprian pada acara konferensi pers yang digelar pada Jumat.

Lebih lanjut, Noprian menjelaskan bahwa kondisi serupa juga terjadi di Singapura, di mana pemerintahnya tidak memberikan dukungan untuk bisnis tambang batubara. Namun, menurutnya, Indonesia memiliki situasi yang berbeda. "Indonesia masih memiliki cadangan batubara yang sangat besar dan didukung penuh oleh kebijakan pemerintah. Industri ini masih berkembang, dan menjadi salah satu langkah investasi Poh Group ke depan," ujar Noprian.

Geopolitik dan Dampaknya Terhadap Industri Batubara

Noprian juga mengaitkan prospek bisnis tambang batubara dengan kondisi geopolitik global. Menurutnya, kebijakan Presiden AS Donald Trump yang mengeluarkan Climate Change Accord memberi dampak besar pada perubahan bisnis perusahaan-perusahaan besar di Eropa dan Tiongkok. "Tekanan terhadap industri energi semakin tinggi, terutama dengan adanya perang Ukraina. Pasokan gas Rusia ke Eropa terganggu, dan hal itu menyebabkan kebutuhan energi di Eropa kembali bergantung pada batubara," tuturnya.

Noprian menilai, dengan situasi tersebut, kebutuhan energi global akan terus mendukung permintaan batubara, baik untuk pembangkit listrik maupun kebutuhan industri lainnya. Hal ini membuat prospek bisnis tambang batubara di Indonesia masih sangat cerah untuk 20 hingga 30 tahun ke depan. "Saya sudah melakukan pengecekan mendalam tentang kondisi pasar global dan nasional, dan saya rasa Indonesia masih menjadi pilihan utama untuk berinvestasi di sektor batubara," ungkapnya.

Potensi Indonesia sebagai Pemain Utama dalam Industri Batubara

Secara lebih rinci, Noprian mengungkapkan bahwa pergerakan ekonomi Indonesia saat ini banyak didorong oleh sektor-sektor komoditas, salah satunya adalah batubara. "Jika Indonesia ingin mengurangi ketergantungan pada batubara pada 2040, saya kurang yakin itu akan terwujud. Sebab, dengan kondisi global yang berubah dan adanya kebijakan Trump, prospek bisnis batubara di Indonesia bisa bertahan selama 20 hingga 30 tahun ke depan," tuturnya.

Akuisisi oleh Poh Group: Transformasi Bisnis Techno9

Sebagai informasi tambahan, PT Techno9 Indonesia saat ini sedang menjalani proses akuisisi oleh Poh Group melalui Poh Resources. Akuisisi ini bertujuan untuk memperkuat posisi Techno9 Indonesia dalam bisnis tambang batubara di Tanah Air. Selain itu, proses akuisisi ini juga akan mengubah fokus utama perusahaan dari teknologi informasi menjadi sektor tambang batubara.

Noprian menjelaskan bahwa untuk memfasilitasi akuisisi tersebut, perusahaan akan melaksanakan proses right issue I dan right issue II atau Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) setelah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). "Setelah memperoleh persetujuan dari OJK, kami akan segera melakukan right issue untuk mendukung akuisisi ini," kata Noprian.

Direktur Utama PT Techno9 Indonesia Tbk, Nuzwan Gufron, juga menambahkan bahwa proses akuisisi ini masih berlangsung dan perusahaan akan memberikan informasi lebih lanjut sesuai dengan prosedur yang berlaku. "Kami tidak bisa mendahului proses ini, namun kami selalu memberikan keterbukaan informasi terkait perkembangan yang ada," ujar Nuzwan.

Detail Right Issue dan Penggunaan Dana

Terkait dengan right issue yang akan dilaksanakan, Nuzwan mengungkapkan bahwa Techno9 Indonesia berencana menerbitkan prospektus yang berisi rencana bisnis perusahaan, rasio saham yang dilepas, dan penggunaan dana yang dihimpun. “Jumlah saham yang akan dilepas sebanyak 2,157 miliar lembar dengan nilai sekitar Rp80 miliar, dan harga pelaksanaannya adalah Rp37 per lembar saham,” jelasnya.

Dana yang dihimpun melalui right issue ini nantinya akan digunakan untuk penyelesaian masalah modal kerja serta mendukung proses akuisisi tambang batubara. "Besaran dan komposisi dana yang akan digunakan akan menunggu persetujuan OJK, dan kami akan sampaikan dalam keterbukaan informasi lebih lanjut," tambah Nuzwan.

Perubahan dalam Struktur Manajemen

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 30 April 2025 di Jakarta, PT Techno9 Indonesia Tbk juga melakukan pergantian komisaris independen. Hulman Panjaitan digantikan oleh Venantius Agung Passinoraga yang akan mendampingi Komisaris Utama Noprian Fadli. Meski demikian, posisi jajaran direksi tetap tidak mengalami perubahan, dengan Nuzwan Gufron tetap menjabat sebagai Direktur Utama, didampingi oleh Irwan Dharma Kusuma dan Merry Kandou.

Dengan langkah-langkah strategis yang sedang diambil, PT Techno9 Indonesia Tbk berharap dapat mengoptimalkan potensi pasar batubara dan memperkuat posisinya sebagai pemain utama dalam industri ini di Indonesia.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index