GADGET

Minimalisasi Kecanduan Gadget di Usia Dini

Minimalisasi Kecanduan Gadget di Usia Dini
Minimalisasi Kecanduan Gadget di Usia Dini

JAKARTA - Di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang ketergantungan anak-anak terhadap gawai, Forum Anak Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, mengambil langkah konkret untuk mengajak anak-anak kembali mengenal dunia luar dengan cara yang lebih menyenangkan dan bermakna. Melalui kegiatan bertajuk "Dolanan Anak Desa", forum ini mengisi liburan panjang sekolah dengan pendekatan yang sederhana namun berdampak besar: mengajak anak-anak bermain permainan tradisional.

Digelar pada Senin, 30 Juni 2025, kegiatan ini bukan sekadar hiburan biasa. Di balik keceriaan anak-anak yang berlarian dan tertawa di halaman desa, tersimpan tujuan besar: melestarikan warisan budaya lokal sekaligus mengurangi ketergantungan anak terhadap gadget. Di era digital ini, langkah semacam itu menjadi sangat relevan, mengingat waktu layar (screen time) anak-anak meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir, apalagi setelah pandemi.

Forum Anak Desa Miagan, yang dikenal aktif menyuarakan isu-isu perlindungan anak dan pendidikan karakter, menjadi motor utama dalam pelaksanaan kegiatan ini. Mereka tidak bergerak sendiri. Pendamping kegiatan dari komunitas dan tokoh-tokoh masyarakat turut mendukung penuh gagasan tersebut. Salah satu penggagas acara ini, Chusnul Khotimah, menegaskan bahwa kegiatan ini memiliki dimensi lebih dari sekadar bermain.

“Kegiatan ini bukan hanya untuk hiburan semata, tetapi juga sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai budaya lokal dan membangun lingkungan sosial yang sehat bagi generasi muda,” ujar Chusnul Khotimah.

Pernyataan tersebut menyoroti kekhawatiran yang kini dirasakan banyak orang tua dan pendidik: anak-anak semakin jauh dari interaksi sosial langsung, tidak mengenal kearifan lokal, dan bahkan kesulitan berkomunikasi tanpa bantuan teknologi.

Permainan seperti engklek, gobak sodor, egrang, bentengan, dan petak umpet menjadi media yang efektif untuk mengembalikan semangat kebersamaan, kerja sama, dan kecerdasan emosional anak-anak. Lebih dari itu, permainan ini mengandung filosofi dan nilai-nilai luhur yang secara turun-temurun diwariskan oleh nenek moyang kita. Namun kini, nilai-nilai tersebut terancam tergerus zaman jika tidak segera dihidupkan kembali dalam kehidupan sehari-hari.

Apa yang dilakukan Forum Anak Desa Miagan menjadi contoh bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan pendekatan sederhana. Tidak perlu gedung pertunjukan atau alat canggih. Cukup ruang terbuka, semangat kebersamaan, dan kehadiran anak-anak yang mau kembali bermain bersama teman sebaya.

Selain itu, kegiatan ini juga memberikan ruang bagi anak-anak untuk berinteraksi lintas usia dan latar belakang. Mereka belajar menghormati, menyusun strategi bersama, menghadapi kekalahan dengan lapang dada, dan tentunya, bergembira tanpa harus menatap layar sepanjang waktu.

Kegiatan "Dolanan Anak Desa" ini pun dirancang agar tidak sekadar menjadi acara seremonial, melainkan dapat berkelanjutan dan menjadi kebiasaan. Panitia melibatkan tokoh masyarakat dan perangkat desa agar mendukung keberlanjutan kegiatan tersebut, misalnya dengan menyediakan lahan bermain yang aman dan memperbanyak kegiatan berbasis komunitas anak.

Respons masyarakat pun sangat positif. Para orang tua merasa senang melihat anak-anak mereka bermain di luar rumah, mengeluarkan energi, dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Beberapa orang tua bahkan turut bergabung, memperkenalkan permainan masa kecil mereka kepada generasi sekarang. Ini menjadi momen lintas generasi yang sangat berharga.

Kegiatan ini juga membuka ruang diskusi di kalangan pemangku kebijakan lokal. Kepala desa dan aparat setempat mulai menyadari bahwa upaya pembangunan sumber daya manusia tak melulu soal teknologi dan akademik, tetapi juga soal karakter, budaya, dan kesehatan mental anak-anak.

Bukan tidak mungkin ke depan, program serupa dapat diadopsi oleh desa-desa lain di Jombang dan wilayah lain di Indonesia. Dengan pendekatan yang ramah anak dan berbasis budaya, permainan tradisional dapat kembali menjadi alat pendidikan yang efektif dan menyenangkan.

Tantangan yang dihadapi tentu tidak sedikit. Modernisasi dan globalisasi bergerak cepat. Anak-anak lebih mengenal karakter game daring daripada nama-nama permainan tradisional. Namun selama masih ada komunitas seperti Forum Anak Desa Miagan yang peduli, harapan itu tetap ada.

“Kami berharap kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan, tidak hanya saat liburan, tapi juga sebagai kegiatan rutin anak-anak di desa. Ini adalah bagian dari upaya membangun karakter sejak dini melalui budaya lokal,” kata Chusnul Khotimah menegaskan.

Kegiatan "Dolanan Anak Desa" menjadi pengingat sederhana tapi kuat bahwa permainan tradisional bukan hanya soal nostalgia masa kecil orang tua, melainkan warisan budaya dan alat pembentuk karakter bangsa yang tidak ternilai. Dalam senyum anak-anak yang bermain di bawah matahari desa Miagan, kita menyaksikan secercah harapan bahwa masa depan yang sehat, berbudaya, dan berakar kuat masih mungkin untuk diraih.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index