JAKARTA - Sebagai strategi memperkuat posisi global di tengah tantangan keuangan, Nissan mengambil langkah berani dengan mengalihkan fokus ekspornya dari dalam negeri ke pasar internasional. Raksasa otomotif asal Jepang ini memanfaatkan basis produksinya di China untuk memperluas penetrasi kendaraan listrik ke berbagai kawasan seperti Asia Tenggara, Timur Tengah, dan wilayah lain.
Rencana ini bukan sekadar langkah reaktif menghadapi perlambatan pasar otomotif global, tetapi juga bentuk adaptasi atas perubahan tren mobilitas ramah lingkungan yang terus berkembang. Dengan mengandalkan pabriknya di Guangzhou, Provinsi Guangdong, Nissan akan mengekspor produk andalannya yang kini dikembangkan dari kerja sama perusahaan patungan lokal—dimulai dengan sedan listrik N7 yang diluncurkan beberapa waktu lalu.
Langkah ini memanfaatkan jaringan layanan purnajual Nissan yang telah terbentuk lama di banyak negara tujuan, sehingga memberikan kepercayaan lebih kepada konsumen dalam hal layanan perawatan dan dukungan teknis.
N7 Jadi Tumpuan Awal Ekspor Kendaraan Listrik Nissan
N7 bukan sekadar mobil listrik biasa. Kendaraan ini dirancang sebagai produk strategis dengan harga yang kompetitif dan disiapkan untuk bersaing di berbagai negara. Dengan basis produksi di China, efisiensi biaya produksi menjadi salah satu daya tarik utama, terlebih permintaan kendaraan listrik di luar China terus meningkat.
Kendaraan ini diharapkan menjadi ujung tombak ekspor Nissan yang pertama dari China dalam kategori EV. Fokus utama dari langkah ini adalah mendongkrak penjualan secara global dan mengurangi ketergantungan terhadap pasar-pasar domestik yang mulai jenuh atau kompetitif.
Menurut laporan dari media China, XHBY, pihak Nissan optimistis dengan respons pasar terhadap model kendaraan listrik yang diproduksi di China. Harga bersaing menjadi salah satu kekuatan utama, terutama untuk negara berkembang yang mulai menjajaki transisi energi melalui sektor otomotif.
Nissan Tak Hanya Fokus ke Ekspor, Tapi Juga Kembangkan Model Baru
Sembari menyiapkan gelombang ekspor, Nissan juga berencana menghadirkan model-model kendaraan elektrifikasi baru khusus untuk pasar Tiongkok. Di antaranya adalah kendaraan plug-in hybrid (PHEV) serta pickup listrik yang akan menjadi produk perdana dalam kategori tersebut dari Nissan.
Langkah ini menunjukkan bahwa strategi Nissan tidak semata pada ekspansi keluar, tetapi juga penguatan eksistensinya di pasar kendaraan listrik dalam negeri China. Pabrik yang telah berdiri di Guangzhou menjadi titik tumpu produksi dengan kapasitas dan fleksibilitas tinggi, memungkinkan diversifikasi model EV sesuai kebutuhan pasar lokal dan global.
Generasi Baru Nissan Leaf Hadir dengan Desain Futuristik
Tak berhenti pada N7, Nissan turut memperkenalkan generasi ketiga dari mobil listrik ikoniknya, Leaf. Model terbaru ini tampil lebih modern dan atraktif, menyisipkan konsep desain Timeless Japanese Futurism yang juga terlihat pada model flagship mereka, Nissan Ariya.
Identitas visual Leaf diperkuat dengan gaya fastback yang elegan, tampilan minimalis namun aerodinamis, serta desain bodi yang mengalir tanpa banyak lekukan tajam. Fitur-fitur seperti gagang pintu tersembunyi, ujung depan membulat, serta teknologi aerodinamika membuat koefisien hambatnya berada di angka impresif—yakni hanya 0,25 hingga 0,26 Cd, tergantung pada pasar distribusi.
Estetika dan Teknologi Jadi Senjata Baru Leaf
Pada bagian depan, terdapat lampu DRL V-Motion yang menyatu dengan lightbar menyala di kap mesin, serta logo Nissan bercahaya yang menciptakan kesan futuristik. Desain buritan tak kalah mencolok dengan penggunaan lampu LED 3D holografik dan pelek alloy 19 inci yang mempertegas kesan gagah serta modern.
Interiornya menggunakan platform CMF-EV, memberikan lantai kabin yang rata dan ruang kaki yang lebih lega. Pengalaman berkendara pun dimanjakan lewat panel instrumen dan head unit bergaya floating hingga 14,3 inci yang menjadi pusat kendali berbagai fitur digital dalam kendaraan.
Integrasi Strategis dan Inovasi Jadi Kunci Pemulihan Nissan
Menghadapi tekanan pasar dan perubahan tren konsumen, Nissan tampaknya memilih pendekatan menyeluruh: mengoptimalkan jaringan manufaktur, menyasar pasar-pasar berkembang, serta terus memperbarui lini produk unggulan mereka.
Strategi ekspor dari China ini mencerminkan fleksibilitas perusahaan dalam menjawab dinamika industri otomotif global. Di sisi lain, pembaruan model seperti Leaf memperkuat daya tarik merek Nissan bagi konsumen yang menginginkan kendaraan listrik tak hanya fungsional, tetapi juga estetis dan inovatif.
Dengan kesiapan jaringan layanan global serta fokus pada efisiensi dan elektrifikasi, Nissan bersiap menjawab tantangan sekaligus peluang di era mobilitas baru. Jika strategi ini berjalan sesuai rencana, perusahaan otomotif Jepang ini berpotensi bangkit lebih kuat dalam persaingan pasar global kendaraan listrik.