JAKARTA - Di tengah kompleksitas operasional dan tekanan musim puncak ibadah haji, maskapai nasional Garuda Indonesia menutup layanan penerbangan haji tahun 2025 (1446 Hijriah) dengan capaian membanggakan. Bukan hanya berhasil menyelesaikan seluruh rangkaian operasional dengan lancar, Garuda Indonesia juga mencatat tingkat ketepatan waktu (on-time performance/OTP) kumulatif sebesar 96,2%, sebuah prestasi yang dinilai sebagai yang terbaik dalam tiga tahun terakhir.
Pencapaian ini diumumkan secara resmi pada Jumat, 11 Juli 2025, seiring dengan berakhirnya operasional pemulangan jemaah haji Indonesia dari Arab Saudi. Garuda Indonesia, yang dipercaya sebagai salah satu maskapai pengangkut utama jemaah haji tanah air, menunjukkan konsistensi tinggi dalam mengelola penerbangan-penerbangan dengan tingkat kesibukan luar biasa.
Operasional Skala Besar dengan Risiko Tinggi
Melayani ribuan jemaah dalam periode terbatas tentu bukan tugas mudah. Dalam konteks penerbangan haji, maskapai tidak hanya dituntut untuk menghadirkan layanan prima, tetapi juga memastikan bahwa seluruh aspek operasional berjalan tepat waktu dan tanpa hambatan, dari keberangkatan hingga kepulangan.
Tingkat ketepatan waktu 96,2% yang dicatat Garuda Indonesia mencerminkan kemampuan maskapai dalam mengelola jadwal padat, mengatur rotasi pesawat, dan memastikan kesiapan kru di tengah suhu ekstrem serta kepadatan bandara di Arab Saudi. Catatan ini bahkan lebih baik dibandingkan operasional haji tahun sebelumnya, yang mencatatkan OTP kumulatif sebesar 93,8% pada 2024.
Komitmen Profesionalisme di Musim Haji
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, dalam keterangannya menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh elemen yang terlibat dalam keberhasilan ini.
"Keberhasilan operasional haji tahun ini adalah buah dari kerja keras dan kolaborasi yang solid antara seluruh lini Garuda Indonesia, baik di dalam maupun luar negeri, termasuk kru pesawat, teknisi, petugas ground handling, hingga manajemen operasional," ungkap Irfan.
Ia juga menekankan bahwa Garuda Indonesia berkomitmen penuh untuk senantiasa menjaga standar pelayanan tertinggi, khususnya dalam momen-momen sakral seperti ibadah haji, yang melibatkan jutaan umat Muslim dari seluruh dunia.
Data dan Fakta di Balik Angka 96,2%
Tingkat OTP 96,2% bukan sekadar angka. Di balik statistik tersebut, tersimpan manajemen risiko, pemeliharaan armada yang disiplin, dan koordinasi logistik yang luar biasa antara tim Indonesia dan Arab Saudi. Penerbangan haji terbagi dalam dua fase utama: fase keberangkatan (embarkasi) dan fase pemulangan (debarkasi). Masing-masing fase memiliki tantangan tersendiri, mulai dari manajemen bagasi besar, penanganan jemaah lansia, hingga kondisi cuaca ekstrem yang bisa berubah sewaktu-waktu.
Tahun ini, Garuda Indonesia mengoperasikan lebih dari 100 kloter jemaah dari berbagai embarkasi di Indonesia, termasuk Jakarta, Surabaya, Solo, Medan, Makassar, dan Lombok. Dengan rata-rata penumpang per penerbangan mencapai 300 orang, maskapai nasional ini telah mengangkut lebih dari 40.000 jemaah haji.
Daya Saing dan Kepercayaan Publik
Kinerja Garuda Indonesia dalam melayani jemaah haji juga menjadi indikator penting kepercayaan publik dan pemangku kepentingan terhadap maskapai pelat merah ini. Di tengah tantangan global seperti kenaikan harga avtur, geopolitik kawasan, dan pemulihan pasca pandemi, Garuda Indonesia tetap mampu memberikan performa terbaik dalam momen-momen krusial.
Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi, sempat menyampaikan bahwa pelayanan haji tahun 2025 berjalan relatif baik dan lebih tertib dibanding tahun-tahun sebelumnya. Salah satu indikatornya adalah berkurangnya keluhan keterlambatan pesawat dan manajemen bagasi yang lebih efisien.
“Kalau dari sisi penerbangan, tahun ini relatif lebih baik. OTP Garuda Indonesia juga bisa dikatakan membanggakan dan patut diapresiasi,” ujar Ashabul saat diwawancara seusai meninjau pemulangan jemaah di Bandara Soekarno-Hatta.
Apresiasi untuk Seluruh Jajaran
Capaian ini tidak mungkin diraih tanpa dukungan dan sinergi antara Garuda Indonesia, Kementerian Agama, Kementerian Perhubungan, otoritas penerbangan Arab Saudi, dan lembaga lain yang terlibat dalam penyelenggaraan haji. Proses sinkronisasi jadwal penerbangan, slot time di Bandara King Abdul Aziz Jeddah dan Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz di Madinah, hingga koordinasi terkait kebutuhan katering dan kesehatan jemaah, semuanya menjadi bagian penting dalam ekosistem operasional haji.
Irfan Setiaputra menegaskan bahwa ke depannya, Garuda Indonesia akan terus meningkatkan kualitas layanan berbasis customer experience, termasuk melalui penyempurnaan layanan di udara, pelatihan kru kabin secara berkelanjutan, dan peningkatan teknologi digital untuk mempercepat proses check-in dan boarding.
Momentum untuk Bangkit
Capaian OTP 96,2% ini menjadi tonggak penting bagi Garuda Indonesia, terutama dalam upaya memperkuat reputasi sebagai maskapai nasional berkelas dunia. Setelah melalui masa restrukturisasi yang penuh tantangan, maskapai ini terus membuktikan bahwa dengan manajemen profesional dan dedikasi kuat dari seluruh SDM, Garuda mampu kembali mengudara dengan penuh kehormatan dan kinerja optimal.
Penerbangan haji 2025 bukan hanya tentang mengantarkan jemaah menuju Tanah Suci. Ini adalah simbol dari komitmen Garuda Indonesia untuk hadir dalam momen-momen penting bangsa — dan membuktikan bahwa ketepatan, kenyamanan, dan keandalan bukan sekadar janji, tetapi realitas yang bisa dirasakan langsung oleh para penumpangnya.