Sepak Bola

Kebangkitan Sepak Bola Putri Dimulai PSSI Lewat Turnamen Mini

Kebangkitan Sepak Bola Putri Dimulai PSSI Lewat Turnamen Mini
Kebangkitan Sepak Bola Putri Dimulai PSSI Lewat Turnamen Mini

JAKARTA - Setelah hampir enam tahun tanpa kompetisi resmi, sepak bola putri Indonesia mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. PSSI memutuskan untuk mengambil langkah realistis dalam membangun kembali pondasi kompetisi dengan merancang turnamen pramusim yang akan diikuti oleh empat klub sebagai langkah awal.

Upaya ini bukan sekadar mengisi kekosongan, melainkan bagian dari strategi bertahap PSSI untuk membentuk kembali struktur sepak bola putri yang sempat mandek sejak Liga 1 Putri terakhir digelar pada 2019. Kini, federasi ingin memastikan kebangkitan kompetisi bukan hanya berlangsung sementara, tetapi juga memiliki arah dan keberlanjutan yang jelas.

Anggota Komite Eksekutif PSSI, Vivin Cahyani Sungkono, menjelaskan bahwa empat klub telah diidentifikasi sebagai kandidat awal untuk mengikuti turnamen pramusim tersebut. Klub-klub tersebut adalah Persija Jakarta, Persib Bandung, Dewa United, dan Persita Tangerang. Meski demikian, partisipasi klub-klub itu masih menunggu hasil konsolidasi dan konfirmasi kesiapan dari masing-masing pihak.

“Insyaallah bisa dilakukan, tinggal konsolidasi dengan klub dan PT LIB. Kita juga harus menyesuaikan dengan kesiapan masing-masing klub,” ujar Vivin.

Pernyataan Vivin mencerminkan sikap hati-hati PSSI dalam merancang masa depan kompetisi putri. Pengalaman pahit dari kompetisi sebelumnya yang berjalan tanpa kelanjutan membuat federasi kini lebih fokus pada pembangunan secara bertahap.

“Kita mulai dari yang kecil dulu. Kalau langsung bicara 16 atau 18 klub, itu bisa jadi masalah. Tapi kalau empat dulu, saya pikir tidak ada persoalan talent pool,” tambahnya.

Langkah ini dinilai logis mengingat tantangan logistik, dukungan sponsor, dan kesiapan infrastruktur klub yang masih menjadi hambatan besar. Dengan membatasi jumlah peserta, PSSI dapat lebih fokus dalam pengelolaan dan evaluasi turnamen awal ini.

Namun, keterbatasan peserta bukan berarti kualitas akan dikorbankan. Vivin optimistis bahwa Indonesia memiliki cukup banyak talenta untuk mendukung keberlangsungan turnamen, bahkan jika hanya dengan empat klub.

“Talent pool untuk empat klub sudah cukup. Kita bisa ambil dari pemain timnas yang tidak masuk starting line-up, pemain diaspora, bahkan pemain asing dari Belanda atau Jepang yang ingin bermain di sini,” ujarnya.

Ketersediaan pemain berkualitas menjadi modal penting. Sejumlah pemain diaspora maupun asing yang menunjukkan minat berkarier di Indonesia bisa memperkaya dinamika kompetisi dan membawa pengaruh positif terhadap standar permainan.

Lebih lanjut, jika turnamen perdana ini mendapat sambutan baik dari publik dan sponsor, PSSI membuka kemungkinan untuk memperluas cakupan kompetisi pada musim-musim berikutnya. Dengan kata lain, pramusim ini merupakan batu loncatan bagi pembangunan sistem liga yang lebih mapan.

Di sisi regulasi, PSSI juga memperhitungkan ketentuan dari AFC mengenai kewajiban tim putri dalam lisensi klub. Menurut Vivin, regulasi tersebut belum diterapkan secara ketat, terutama di kawasan Asia Tenggara.

“Kami sudah berkoordinasi dengan AFC. Regulasi soal tim putri dalam club licensing lebih bersifat imbauan, belum terlalu ditegakkan secara ketat,” jelasnya.

Hal ini berarti bahwa untuk saat ini, belum ada paksaan bagi klub-klub di Indonesia untuk segera membentuk tim putri demi memenuhi lisensi AFC. Namun, tetap ada dorongan untuk membangun ekosistem yang berkelanjutan dan profesional.

Vivin mencontohkan beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Myanmar, dan Thailand yang memiliki struktur tim putri berbeda dari tim utama laki-laki. Tim-tim putri di negara tersebut bisa saja berdiri sebagai entitas terpisah dari klub Liga 1, dan bahkan mewakili provinsi atau institusi tertentu.

“Yang penting adalah kontinuitas dan keseriusan dalam membangun ekosistem sepak bola putri ke depan,” pungkas Vivin.

Keseriusan PSSI ini dinilai sebagai sinyal kuat bahwa pengembangan sepak bola putri akan menjadi agenda penting dalam waktu dekat. Dengan memulai dari skala kecil, turnamen pramusim ini diharapkan menjadi ajang konsolidasi, pembuktian, sekaligus uji coba konsep kompetisi yang berpotensi menjadi dasar liga profesional di masa mendatang.

Langkah ini juga dapat memperluas peluang karier bagi pemain putri Indonesia dan membuka jalan menuju partisipasi lebih luas di kompetisi regional dan internasional. Jika berjalan sukses, turnamen ini bisa menjadi titik balik bagi kebangkitan sepak bola putri di Tanah Air.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index