JAKARTA - Di tengah arus globalisasi dan transformasi digital yang pesat, sektor kuliner dan perhotelan Indonesia tampil sebagai kekuatan baru yang menjanjikan dalam menopang ekonomi kreatif nasional. Tak hanya sekadar memanjakan lidah dan menyediakan layanan akomodasi, dua sektor ini juga menyimpan potensi luar biasa sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi berbasis kreativitas dan budaya.
Hal ini ditegaskan oleh Menteri Ekonomi Kreatif Teuku Riefky Harsya, yang melihat kuliner dan perhotelan bukan hanya sebagai kegiatan ekonomi biasa, melainkan sebagai bentuk ekspresi budaya sekaligus ruang bagi inovasi yang terus berkembang. Dalam pernyataannya, ia menggarisbawahi bahwa sektor ini menciptakan rantai nilai yang luas dan melibatkan berbagai pelaku dari berbagai latar belakang.
“Dari hulu ke hilir, ekosistem ini melibatkan petani, produsen, koki, pengelola hotel, pelaku kreatif, pemilik waralaba, dan platform digital yang semuanya bekerja untuk menghadirkan keunggulan,” ujar Riefky saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan acara Food and Hospitality Indonesia (FHI) 2025.
Lebih dari sekadar menyajikan makanan atau menawarkan layanan penginapan, sektor kuliner dan perhotelan Indonesia telah menjelma menjadi sektor strategis dalam mendukung perekonomian modern. Keduanya memainkan peran penting dalam mendorong penciptaan lapangan kerja, menstimulasi kewirausahaan, serta memperluas pasar ekspor Indonesia, terutama dalam ranah produk ekonomi kreatif.
Menurut data Kementerian Ekonomi Kreatif, industri makanan dan minuman tercatat sebagai kontributor terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sektor ekonomi kreatif, dengan menyumbang sekitar 38%. Di dalamnya, terdapat lebih dari 11 ribu pelaku usaha yang berhasil membuka hingga 7,6 juta lapangan pekerjaan. Angka-angka tersebut menunjukkan betapa strategisnya posisi sektor kuliner dalam struktur ekonomi kreatif Indonesia.
Tak hanya itu, nilai tambah dari ekonomi kreatif meningkat signifikan sebesar 119%, sementara ekspor produk ekonomi kreatif juga mencatatkan kenaikan tajam hingga 67% pada tahun sebelumnya. Fakta-fakta ini menandakan bahwa sektor ini telah tumbuh secara inklusif dan kompetitif di tengah tantangan global.
“Ini menunjukkan pertumbuhan yang inklusif. Sektor kuliner tidak hanya mendorong permintaan domestik, tetapi juga mendominasi ekspor kreatif Indonesia, menjadikannya salah satu sektor yang paling kompetitif dan dapat dikembangkan. Melalui kebijakan afirmatif, informasi digital, fasilitasi bisnis, dan perlindungan kekayaan intelektual, pemerintah terus berkomitmen membangun ekosistem yang inklusif dan kompetitif,” terang Riefky lebih lanjut.
Salah satu upaya konkret dalam mewujudkan komitmen tersebut adalah dukungan terhadap penyelenggaraan FHI 2025. Ajang ini menjadi platform strategis yang mempertemukan pelaku usaha dari dalam dan luar negeri di sektor kuliner dan perhotelan. Pemerintah berharap acara ini menjadi jembatan sinergi yang memperkuat kolaborasi bisnis lintas negara sekaligus membuka akses pasar lebih luas bagi produk-produk lokal.
Portofolio Director Pamerindo Indonesia, Juanita Soerakoesoemah, yang menjadi penyelenggara FHI 2025, menyampaikan bahwa event ini menghadirkan lebih dari 300 perusahaan dari 33 negara. Ia menekankan bahwa tujuan utama acara ini bukan sekadar ajang transaksi komersial, melainkan menjadi wahana kolaborasi strategis.
“Kita tidak melihat transaksi. Perusahaan internasional yang hadir di sini itu mencari mitra, bisa importir, distributor, pengusaha lokal juga, misal dia hanya di Jabodetabek, lalu mereka ingin mencari pasar di luar wilayahnya,” ujar Juanita.
Dengan adanya interaksi bisnis dalam skala internasional, FHI 2025 membuka peluang bagi pelaku usaha lokal untuk membangun jejaring baru dan mengeksplorasi potensi pasar yang lebih luas. Hal ini selaras dengan upaya pemerintah untuk menjadikan ekonomi kreatif sebagai mesin pertumbuhan baru bagi perekonomian nasional yang berkelanjutan.
Pemerintah juga terus menyiapkan berbagai kebijakan afirmatif dan insentif untuk mendukung pengembangan sektor ini. Langkah-langkah strategis seperti penyediaan informasi berbasis digital, fasilitasi pembiayaan, serta perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual menjadi bagian dari strategi komprehensif dalam menciptakan ekosistem yang sehat dan inklusif.
Melihat perkembangan ini, jelas bahwa industri kuliner dan perhotelan telah bergerak melampaui batas konvensional. Bukan lagi hanya sebagai pemuas kebutuhan dasar, tetapi telah menjadi bagian dari identitas nasional yang kaya akan nilai budaya dan inovasi. Di tangan pelaku ekonomi kreatif Indonesia, sektor ini mampu menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru yang bersaing di kancah global.