JAKARTA - Upaya meningkatkan kepemilikan rumah di Indonesia tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan dukungan dari sektor perbankan sebagai penyedia pembiayaan. Dalam hal ini, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI kembali menunjukkan kiprahnya sebagai salah satu pemain utama dalam penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR) bersubsidi, dengan torehan distribusi sebanyak 97.878 unit rumah kepada masyarakat berpenghasilan rendah.
Angka ini bukan sekadar statistik. Di baliknya terdapat komitmen jangka panjang BRI dalam mendukung program pemerintah, khususnya pada skema Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) yang menjadi tumpuan utama dalam mendorong kepemilikan rumah layak dan terjangkau.
Menurut data, BRI menjadi bank penyalur utama yang mendominasi skema FLPP hingga 97%. Capaian ini menandakan keberhasilan strategi BRI dalam menyasar target yang tepat, sekaligus memperkuat peran institusi keuangan dalam menyediakan akses pembiayaan yang inklusif, khususnya bagi masyarakat dengan keterbatasan ekonomi.
“Melalui FLPP, BRI terus mendorong pembiayaan perumahan yang inklusif dan berkelanjutan, agar semakin banyak masyarakat memiliki akses nyata terhadap hunian yang layak,” ujar Hendy, perwakilan BRI dalam keterangan resmi.
Kolaborasi Strategis Jadi Kunci
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari strategi kolaboratif yang diterapkan BRI. Dalam memperluas jaringan penyaluran, BRI tidak hanya mengandalkan pendekatan konvensional. Bank pelat merah ini aktif menjalin kerja sama dengan berbagai instansi pemerintahan maupun sektor swasta, guna memastikan jangkauan program KPR subsidi bisa lebih luas dan merata.
Khusus untuk segmen Aparatur Sipil Negara (ASN), BRI bekerja sama dengan sejumlah lembaga penting seperti Kementerian PANRB, Badan Kepegawaian Negara (BKN), Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), dan Lembaga Administrasi Negara (LAN). Kolaborasi ini membuka ruang bagi para ASN untuk memperoleh rumah pertama mereka melalui fasilitas KPR bersubsidi dengan proses yang lebih efisien dan terintegrasi.
Tidak hanya terpaku pada segmen formal, BRI juga membuka akses pembiayaan bagi kalangan pekerja informal. Salah satu langkah nyatanya terlihat dari kemitraan dengan PT Bluebird Tbk. Melalui kerja sama ini, para pengemudi taksi mendapatkan peluang memiliki rumah melalui skema FLPP, yang sebelumnya sulit mereka akses secara mandiri.
Langkah ini memperlihatkan bahwa BRI tak sekadar menjalankan fungsi finansial, melainkan juga berperan dalam mendorong keadilan sosial dan pemerataan kesejahteraan. Inisiatif seperti ini penting untuk membuka pintu kepemilikan rumah bagi kalangan yang sering kali terpinggirkan dalam sistem pembiayaan formal.
Menjawab Tantangan Akses Hunian Layak
Masalah backlog perumahan masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Keterbatasan pendapatan, minimnya agunan, serta keterbatasan literasi keuangan menjadi penghambat utama masyarakat berpenghasilan rendah dalam memperoleh hunian. Dalam konteks inilah, kehadiran program seperti FLPP menjadi sangat relevan, dan keikutsertaan perbankan seperti BRI menjadi krusial.
Dengan memanfaatkan skema subsidi, nasabah dapat mengakses pembiayaan rumah dengan bunga rendah dan tenor yang panjang, sehingga angsurannya menjadi lebih ringan dan terjangkau. Hal ini berdampak langsung pada peningkatan kualitas hidup dan stabilitas sosial.
Peran BRI yang mampu menyalurkan hampir 100 ribu unit rumah dalam jangka waktu relatif singkat menandakan efisiensi sistem dan kesiapan lembaga dalam menangani skema berskala nasional. Hal ini memberikan harapan bahwa jika pola kerja seperti ini terus diperluas dan diperbaiki, maka target pemerintah dalam mengurangi backlog perumahan bisa lebih cepat terealisasi.
Perbankan dan Peran Sosial yang Berkembang
Apa yang dilakukan BRI juga mencerminkan bagaimana institusi keuangan kini tidak lagi hanya berfokus pada profit, tetapi juga memainkan peran sebagai agen pembangunan sosial. Dalam hal ini, pembiayaan rumah menjadi instrumen strategis yang bukan hanya menumbuhkan sektor properti, tetapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Dengan semakin banyak masyarakat memiliki rumah sendiri, maka aktivitas ekonomi di sekitar kawasan perumahan juga ikut meningkat. UMKM tumbuh, konsumsi lokal terangkat, dan daya beli masyarakat menguat. Ini adalah bentuk perputaran ekonomi riil yang dimulai dari sektor hulu, yaitu pembiayaan.
Melalui pendekatan ini, BRI menempatkan dirinya bukan hanya sebagai bank penyalur KPR subsidi, melainkan sebagai mitra strategis dalam pembangunan nasional. Kepemilikan rumah yang merata bukan sekadar pemenuhan kebutuhan dasar, tetapi juga bagian dari pembangunan berkelanjutan.
Komitmen untuk Terus Tumbuh dan Melayani
Ke depan, BRI diyakini akan terus memperkuat perannya dalam penyaluran pembiayaan hunian bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan teknologi digital, kerja sama multipihak, serta optimalisasi sistem kredit yang inklusif, bank ini diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan dan memperluas akses perumahan di seluruh lapisan masyarakat.
“Dengan strategi penyaluran yang menyasar lintas segmen, BRI terus memperkuat perannya sebagai mitra pemerintah dalam mendorong kepemilikan rumah yang adil, merata, dan berdaya ungkit ekonomi nasional,” tegas Hendy.
Langkah-langkah ini memperlihatkan bahwa inklusi keuangan bukan lagi konsep, melainkan aksi nyata yang dijalankan oleh lembaga keuangan seperti BRI. Ketika pembiayaan hunian menjadi lebih mudah diakses oleh masyarakat luas, maka satu per satu tantangan kesejahteraan bisa mulai teratasi—dimulai dari tempat bernama rumah.