JAKARTA - Meski telah menghabiskan ratusan juta paun untuk mendatangkan sejumlah pemain baru, Liverpool belum menunjukkan tanda-tanda menghentikan pergerakan mereka di bursa transfer. Alexander Isak, penyerang tajam milik Newcastle United, masih jadi buruan utama dalam proyek ambisius transformasi lini depan The Reds.
Langkah ini bukan sekadar untuk mendongkrak kekuatan jangka pendek. Manajemen Liverpool tengah menyusun rencana jangka panjang yang berani—membentuk ulang wajah tim dalam lima tahun ke depan. Di tengah proses ini, Isak dipandang sebagai elemen vital dalam regenerasi ofensif klub, terutama untuk menggantikan peran ikonik Mohamed Salah yang sudah memasuki usia 33 tahun.
Kendati Liverpool sudah memboyong Florian Wirtz, Hugo Ekitike, Milos Kerkez, dan Jeremie Frimpong dengan dana hingga 270 juta paun, manajemen di Anfield belum puas. Isak tetap berada di urutan teratas dalam daftar belanja mereka, sekaligus menjadi target berikutnya dalam proyek penyegaran skuad.
Negosiasi awal dengan Newcastle memang tidak berjalan mulus. Tawaran pertama yang diajukan Liverpool ditolak. Namun, klub asal Merseyside itu enggan menyerah. Mereka tetap melanjutkan pendekatan, berharap bisa mencapai kesepakatan dengan harga yang diperkirakan mencapai 150 juta paun. Jika itu terwujud, Liverpool akan memecahkan rekor transfer mereka sekaligus menggenapkan total pengeluaran transfer menjadi lebih dari 400 juta paun dalam satu jendela.
Langkah agresif ini terasa mengejutkan bagi banyak pihak. Liverpool bukan klub yang dikenal royal di bursa transfer seperti halnya Manchester City atau Chelsea. Namun ada dua alasan utama yang membuat kebijakan jor-joran ini masuk akal.
Pertama, Liverpool memang memiliki kapasitas finansial untuk melakukan pembelian besar. Dengan struktur keuangan yang sehat, klub memiliki ruang gerak yang cukup untuk berinvestasi secara signifikan.
Kedua, musim panas ini dianggap sebagai momen krusial dalam menyusun ulang fondasi tim. Isak diproyeksikan menjadi bagian dari trisula baru bersama Wirtz dan Ekitike, menggantikan generasi emas Salah, Mane, dan Firmino yang sebelumnya membawa kejayaan domestik dan Eropa.
Dengan mendatangkan Isak, Liverpool berharap memiliki lini depan yang kompetitif untuk lima hingga tujuh tahun ke depan. Apalagi, Salah kini hanya menyisakan dua tahun kontrak. Mempersiapkan penggantinya secara bertahap menjadi langkah strategis yang tak bisa ditunda.
Di sisi lain, kondisi Alexander Isak di Newcastle mulai menunjukkan ketidakpastian. Ia tidak ikut serta dalam tur pramusim klub ke Singapura dan Korea Selatan. Hal ini memunculkan spekulasi bahwa sang pemain memang mempertimbangkan opsi untuk meninggalkan St James’ Park.
Sang manajer, Eddie Howe, sempat mengungkapkan optimisme bahwa Isak akan bertahan. Namun, dalam pernyataan publik terbarunya, ia menyatakan bahwa keputusan akhir berada di tangan manajemen klub.
“Pada akhirnya, keputusan ada di dewan klub,” ungkapnya.
Newcastle sendiri sedang berada dalam tekanan finansial akibat aturan Profit and Sustainability Rules (PSR) Premier League. Meski dimiliki oleh Saudi Public Investment Fund, mereka belum bisa leluasa dalam melakukan pembelian pemain. Hingga kini, klub baru mendatangkan Anthony Elanga dari Nottingham Forest dan Seung-Soo Park dari Korea Selatan.
Dalam situasi seperti ini, tawaran besar dari Liverpool dapat menjadi solusi yang sulit untuk ditolak oleh Newcastle. Apalagi, jika itu bisa memberikan napas segar bagi manuver transfer mereka sendiri. Namun, tentu saja, itu harus dibayar mahal dengan kehilangan salah satu pemain terbaik mereka.
Di kubu Liverpool sendiri, langkah berani ini didukung oleh posisi keuangan yang kokoh. Musim panas sebelumnya, mereka hanya mengeluarkan dana sekitar 35 juta paun. Penjualan sejumlah pemain juga turut memperkuat neraca mereka, termasuk transfer Sepp van den Berg, Fábio Carvalho, Jarell Quansah, Caoimhín Kelleher, hingga kabar akan hengkangnya Trent Alexander-Arnold.
Selain itu, kepindahan Luis Díaz ke Bayern Munchen hampir rampung dan diprediksi akan menyuntikkan dana sebesar 65,5 juta paun ke kas klub. Bonus dari keberhasilan menjuarai Premier League (174,9 juta paun) serta hasil partisipasi di Liga Champions (82,7 juta paun) juga menambah stabilitas keuangan.
Jika Darwin Nunez, Harvey Elliott, dan Federico Chiesa ikut dijual sebelum jendela transfer ditutup, Liverpool diperkirakan bisa mengantongi tambahan dana sebesar 80–100 juta paun lagi. Dengan begitu, transfer besar untuk Isak tidak akan menabrak batas PSR yang ketat.
Secara taktis, Liverpool berpeluang besar untuk menciptakan skenario transisi ideal. Jika Isak berhasil didatangkan, ia bisa bermain berdampingan dengan Salah selama dua musim. Proses itu akan membantunya memahami sistem permainan dan membangun chemistry sebelum akhirnya mengambil alih peran utama di lini depan.
Kesempatan ini bukan hanya strategis secara finansial dan taktis, tetapi juga momentum yang ideal. Isak siap untuk tantangan baru, Newcastle berada dalam tekanan, dan Liverpool sedang berada di puncak performa sebagai juara bertahan Premier League. Situasi ini bisa menjadi daya tarik kuat yang belum tentu bisa mereka ulang tahun depan.
Untuk Liverpool, waktu terbaik untuk bertindak adalah sekarang. Dan Alexander Isak, dengan semua kualitas yang dimilikinya, tampaknya bukan hanya sekadar incaran mahal tetapi bagian penting dari masa depan klub.