JAKARTA - Dalam dunia otomotif yang semakin didominasi oleh kendaraan listrik, gebrakan Xiaomi melalui SUV listrik terbarunya, YU7, menjadi topik hangat yang menyita perhatian dunia. Tak hanya karena teknologi dan desainnya yang inovatif, tetapi juga lantaran sambutan pasar yang luar biasa cepat dan masif. Penjualan perdana YU7 mencatat sejarah baru bagi Xiaomi Motors, menunjukkan bahwa pabrikan teknologi ini bukan sekadar pemain baru yang coba-coba di industri otomotif, melainkan pesaing serius.
Antusiasme publik terhadap YU7 terlihat dari fakta mencengangkan yang diumumkan tak lama setelah peluncurannya. Melalui akun resmi di platform media sosial Weibo, Xiaomi Motors mengungkap bahwa lebih dari 200.000 unit YU7 telah dipesan hanya dalam tiga menit setelah penjualan dibuka. Dalam waktu satu jam saja, pre-order melonjak menjadi 289.000 unit. Angka ini jauh melebihi ekspektasi, bahkan mengalahkan pencapaian SUV sedan SU7 milik Xiaomi yang sebelumnya hanya meraih 50.000 pesanan dalam waktu 27 menit.
Rekor ini seolah menjadi cerminan kepercayaan publik terhadap brand Xiaomi, yang awalnya dikenal sebagai produsen elektronik konsumen. Kini, kehadiran mereka di sektor kendaraan listrik pun tak bisa dianggap remeh. CEO Xiaomi Auto, Lei Jun, bahkan memperkirakan permintaan terhadap YU7 bisa mencapai tiga kali lipat dibandingkan dengan model SU7.
Tak hanya sekadar angka, peluncuran ini juga menegaskan betapa kuatnya posisi Xiaomi dalam membentuk persepsi masyarakat tentang mobil listrik masa depan. Jika sebelumnya nama Tesla mendominasi imajinasi konsumen ketika membayangkan mobil listrik, kini YU7 hadir sebagai alternatif yang layak diperhitungkan.
SUV YU7 sendiri dirancang untuk bersaing langsung dengan model-model populer seperti Tesla Model Y, Xpeng G7, dan BYD Sealion 07. Untuk itu, Xiaomi menghadirkan tiga varian YU7 dengan spesifikasi dan harga yang disesuaikan dengan berbagai kebutuhan pengguna.
Varian pertama adalah tipe Standard (RWD) yang ditenagai oleh motor tunggal dengan daya 235 kW dan torsi sebesar 528 Nm. Didukung baterai LFP berkapasitas 96,3 kWh, mobil ini sanggup menempuh jarak hingga 830 km (berdasarkan standar CLTC). Ini menjadi pilihan ideal bagi mereka yang menginginkan efisiensi dan jarak tempuh panjang.
Varian kedua, Pro (AWD), hadir dengan motor ganda berdaya gabungan 235 kW dan 130 kW. Masih dengan baterai yang sama, versi ini memiliki jarak tempuh sekitar 770 km. Performa dan pengendalian yang lebih baik di berbagai kondisi menjadi daya tarik utama dari varian ini.
Sementara itu, versi tertinggi, Max (AWD), menjadi jawaban Xiaomi bagi pengguna yang menginginkan performa maksimal. Dengan tenaga gabungan 508 kW dan torsi puncak 866 Nm, ditambah baterai NMC berkapasitas 101,7 kWh, kendaraan ini memiliki jangkauan sekitar 760 km. Kombinasi performa tinggi dan daya jelajah yang luas menjadikan varian Max sebagai flagship sejati dari lini YU7.
Soal harga, Xiaomi tetap mempertahankan citra kompetitifnya. Varian Standard ditawarkan mulai dari 253.500 yuan atau sekitar Rp572 jutaan, menjadikannya salah satu SUV listrik jarak jauh paling terjangkau di kelasnya. Untuk menjangkau lebih banyak konsumen, perusahaan memberikan pilihan deposit hanya 5.000 yuan untuk mengamankan pemesanan, serta opsi deposit 20.000 yuan bagi mereka yang ingin memprioritaskan jadwal pengiriman.
Sementara itu, varian Pro dibanderol 279.900 yuan (sekitar Rp630 juta) dan Max dijual dengan harga 329.900 yuan (sekitar Rp745 juta). Dengan banderol harga tersebut, Xiaomi tak hanya bersaing dalam teknologi, tapi juga dalam hal keterjangkauan, faktor yang sangat menentukan dalam pasar mobil listrik.
Peluncuran YU7 juga menunjukkan arah baru dalam strategi Xiaomi sebagai perusahaan teknologi yang berekspansi ke sektor mobilitas. Tidak seperti kebanyakan produsen otomotif tradisional, pendekatan Xiaomi sangat mengandalkan kekuatan komunitas digital dan loyalitas konsumen teknologi mereka. Dengan memanfaatkan platform seperti Weibo untuk menyampaikan informasi real-time dan interaktif, Xiaomi sukses membangun euforia seputar peluncuran produknya.
Bukan hanya soal strategi pemasaran digital yang cerdas, produk itu sendiri memang hadir dengan daya saing teknis yang tinggi. Keunggulan spesifikasi YU7 dibandingkan kompetitor, mulai dari daya jelajah hingga performa motor listrik, merupakan hasil dari konsistensi Xiaomi dalam melakukan riset dan pengembangan. Bahkan, desain dan fitur interior mobil dirancang untuk menyatu dengan ekosistem teknologi Xiaomi, seperti integrasi dengan perangkat IoT dan smart assistant milik perusahaan.
Dengan pencapaian awal yang memukau, Xiaomi YU7 tampaknya bukan hanya sekadar peluncuran produk biasa. Ini adalah sinyal bahwa pasar mobil listrik di China dan bahkan global sedang mengalami pergeseran. Konsumen kini lebih terbuka terhadap brand non-otomotif yang menawarkan inovasi nyata dan pengalaman baru dalam berkendara.
Bukan tidak mungkin, jika tren ini terus berlanjut, Xiaomi akan menjadi salah satu pemain kunci dalam revolusi kendaraan listrik. YU7 mungkin baru langkah pertama, tetapi respons luar biasa dari publik menunjukkan bahwa masa depan otomotif bisa saja dibentuk oleh perusahaan teknologi, bukan hanya pabrikan mobil konvensional.