JAKARTA - Harga minyak mentah acuan Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI), mulai menunjukkan pemulihan di pasar Asia setelah sempat tertekan. Dalam perdagangan awal sesi Asia, WTI tercatat berada di sekitar $65,65 per barel, mencerminkan pergerakan positif seiring kabar penurunan persediaan minyak mentah di AS.
Pasar minyak tengah mencermati berbagai dinamika yang memengaruhi harga. Pemulihan WTI ini tidak terjadi tanpa alasan. Laporan mingguan dari American Petroleum Institute (API) menjadi salah satu pemicu utama, yang menunjukkan bahwa cadangan minyak mentah AS mengalami penurunan signifikan, mematahkan tren peningkatan pada pekan sebelumnya.
Menurut API, untuk pekan yang berakhir, stok minyak mentah AS tercatat turun sebesar 4,2 juta barel. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan peningkatan 1,539 juta barel yang terjadi pada pekan sebelumnya. Penurunan tersebut juga lebih besar dari perkiraan konsensus pasar yang hanya memproyeksikan penurunan sebesar 1,8 juta barel. Fakta ini memberikan angin segar bagi para pelaku pasar yang berharap harga minyak kembali stabil.
- Baca Juga BBM Non Subsidi Lebih Terjangkau
Namun, euforia pemulihan harga ini tidak sepenuhnya membawa sentimen positif yang kuat. Para pelaku pasar masih menahan diri, sembari menunggu rilis resmi laporan persediaan minyak mentah dari Energy Information Administration (EIA) AS yang dijadwalkan keluar pada hari Rabu. Laporan EIA tersebut dianggap lebih kredibel dan sering menjadi acuan utama dalam menilai kondisi pasokan minyak di Amerika Serikat.
Tekanan Datang dari OPEC+
Di sisi lain, pergerakan harga minyak juga dibayangi oleh keputusan penting yang diambil oleh Organization of the Petroleum Exporting Countries beserta sekutunya (OPEC+). Dalam pertemuan virtual yang digelar pada hari Minggu, kelompok produsen minyak global ini sepakat untuk kembali meningkatkan produksi.
Untuk bulan September mendatang, OPEC+ menetapkan penambahan produksi sebesar 547 ribu barel per hari (bph). Langkah ini diambil sebagai respons atas kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan, terutama yang berkaitan dengan situasi geopolitik di Rusia dan kawasan sekitarnya.
Kenaikan produksi yang diumumkan kali ini merupakan lanjutan dari langkah peningkatan bertahap yang telah dilakukan sejak. Saat itu, OPEC+ memulai dengan kenaikan ringan sebesar 138 ribu bph, kemudian dilanjutkan dengan kenaikan lebih besar yakni 411 ribu bph. Pada Agustus, jumlah produksi meningkat lagi sebesar 548 ribu bph, dan kini ditambah 547 ribu bph untuk bulan September.
Meskipun penurunan persediaan minyak mentah AS memberikan dorongan terhadap harga, peningkatan output dari OPEC+ menjadi faktor pembatas yang menahan laju kenaikan WTI. Pasar menyadari bahwa jika suplai global terus bertambah sementara permintaan belum sepenuhnya pulih, maka kelebihan pasokan bisa kembali menekan harga.
Sentimen Pasar Masih Terbagi
Saat ini, pelaku pasar menghadapi dua kutub sentimen yang saling tarik menarik. Di satu sisi, turunnya cadangan minyak mentah AS dipandang sebagai tanda penguatan permintaan domestik. Ini bisa menjadi indikasi bahwa konsumsi energi di negara ekonomi terbesar dunia tersebut mulai meningkat, yang tentu positif bagi harga minyak secara global.
Namun, di sisi lain, kebijakan OPEC+ untuk meningkatkan produksi menimbulkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan, apalagi jika pertumbuhan permintaan tidak mampu mengimbangi penambahan produksi tersebut. Ketegangan geopolitik, risiko ekonomi global, dan arah kebijakan suku bunga negara-negara besar juga turut memengaruhi outlook harga minyak ke depan.
Kondisi ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi dalam pasar energi global. Para analis memperkirakan harga minyak akan tetap bergerak dalam kisaran terbatas dalam jangka pendek, sembari menunggu kepastian dari sisi data pasokan dan permintaan.
Menanti Data EIA dan Arah Kebijakan Energi
Laporan dari EIA akan menjadi perhatian utama selanjutnya. Jika data yang dirilis memperkuat temuan API tentang penurunan cadangan minyak, maka kemungkinan harga WTI akan melanjutkan penguatannya. Namun, jika data menunjukkan hasil sebaliknya atau lebih kecil dari ekspektasi, pasar kemungkinan kembali melemah.
Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati pernyataan atau kebijakan terbaru dari otoritas energi AS maupun dari negara-negara anggota OPEC+. Langkah-langkah yang diambil ke depan akan menentukan arah harga minyak dalam menghadapi volatilitas global dan tantangan pemulihan ekonomi pasca-pandemi.