JAKARTA - Dalam upaya global menuju transisi energi bersih dan dekarbonisasi, Indonesia semakin menunjukkan potensinya sebagai pemain utama. Hal ini terlihat dari pernyataan tegas Ketua Umum Asosiasi Ekosistem Baterai Indonesia (Id Battery), Reynaldi Istanto, yang menyoroti posisi strategis Indonesia dalam peta industri baterai global. Dalam forum internasional International Battery Summit 2025 di Jakarta, Reynaldi menekankan pentingnya membangun ekosistem baterai yang tak hanya solid dan kompetitif, tapi juga terintegrasi, berkelanjutan, dan inklusif.
Reynaldi memulai paparannya dengan menegaskan bahwa hadirnya berbagai pemangku kepentingan dalam acara ini adalah cerminan kuatnya kesadaran akan urgensi kolaborasi lintas sektor. "Kehadiran semuanya hari ini menegaskan pentingnya tindakan kolektif dan kolaborasi dalam membangun ekosistem baterai yang kuat dan visioner," kata Reynaldi dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Baterai, menurutnya, kini bukan sekadar komponen teknologi, tapi telah menjadi fondasi dari transformasi energi global. Pasar dunia tengah bergerak menuju dekarbonisasi dan energi bersih, dan dalam proses ini, baterai berperan sebagai tulang punggung. Di tengah pergeseran besar ini, Indonesia memiliki potensi strategis untuk berperan sebagai pemimpin kawasan bahkan dunia dalam industri baterai.
Potensi tersebut tidak hanya berasal dari melimpahnya sumber daya alam seperti nikel dan kobalt yang menjadi bahan baku utama baterai, tetapi juga dari keseriusan pemerintah dan pelaku industri dalam membangun ekosistem yang mendukung. Komitmen ini, menurut Reynaldi, diwujudkan melalui keberadaan Id Battery, yang bekerja untuk memperkuat sektor baterai nasional.
"Id Battery, berkomitmen mengembangkan ekosistem baterai nasional yang tidak hanya memperkuat industri dalam negeri, tetapi juga selaras dengan standar lingkungan dan sosial global," ujar Reynaldi yang juga menjabat sebagai Direktur Hubungan Kelembagaan di Indonesia Battery Corporation (IBC).
Selain itu, ia menyampaikan bahwa pengembangan ekosistem baterai Indonesia tidak bisa dilakukan secara terpisah dari dinamika global. Oleh sebab itu, penting bagi Indonesia untuk membentuk kemitraan strategis, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Salah satu bentuk nyata kolaborasi strategis adalah kerja sama antara IBC dan International Finance Corporation (IFC), lembaga yang merupakan bagian dari World Bank Group. Kolaborasi ini bertujuan untuk menyusun kajian peta jalan industri baterai nasional yang tidak hanya berorientasi pada efisiensi dan skala industri, tetapi juga menekankan pentingnya keberlanjutan, inklusivitas, dan berbasis data.
"Reynaldi menyebut kerja sama ini bertujuan untuk mendukung penyusunan kebijakan baterai Indonesia yang inklusif, berbasis data, dan berkelanjutan," jelas keterangan tersebut.
Menurut Reynaldi, forum seperti International Battery Summit harus menjadi titik tolak dari terciptanya sinergi yang lebih luas. Ia menyampaikan harapannya agar kegiatan ini bisa memicu langkah-langkah besar ke depan, tidak hanya dalam skala proyek dan kebijakan, tetapi juga dalam transformasi struktur ekonomi yang ditopang oleh industri energi baru dan terbarukan.
"Semoga kegiatan ini menjadi katalis untuk hal-hal besar yang akan datang. Kita memiliki tanggung jawab bersama dan juga kesempatan bersama untuk membangun industri baterai yang menggerakkan perekonomian, melindungi lingkungan, dan memberdayakan masyarakat," ungkap Reynaldi.
International Battery Summit 2025 sendiri merupakan ajang yang mempertemukan berbagai pihak dari sektor swasta, pemerintah, akademisi, hingga organisasi internasional. Berlangsung selama dua hari, dari 5 hingga 6 Agustus 2025, kegiatan ini tidak hanya diisi oleh pidato kunci, tetapi juga mencakup berbagai diskusi panel, sesi innovation showcase, hingga networking session yang bertujuan mendorong kolaborasi.
Topik-topik yang diangkat pun mencerminkan isu-isu terkini dalam ekosistem baterai global, seperti perkembangan teknologi mutakhir, peningkatan standar pengujian dan keamanan, serta pentingnya pengembangan talenta lokal. Aspek kerja sama internasional juga menjadi salah satu fokus penting, mencerminkan bahwa pembangunan industri baterai membutuhkan konektivitas yang kuat antar negara dan aktor industri.
Dengan berbagai inisiatif dan kerja sama yang sedang berlangsung, Indonesia tampaknya siap untuk mengambil peran yang lebih besar dalam rantai pasok baterai global. Tidak hanya sebagai pemasok bahan mentah, tetapi sebagai negara produsen dengan kemampuan manufaktur dan inovasi teknologi yang mumpuni.
Melalui dukungan organisasi seperti Id Battery dan komitmen dari lembaga seperti IBC, langkah Indonesia menuju kemandirian energi berbasis baterai menjadi semakin konkret. Harapan besarnya: agar industri ini tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi nasional, tetapi juga menjadi instrumen untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan menjaga keseimbangan lingkungan.
Dengan tantangan global yang semakin kompleks dan kebutuhan akan energi bersih yang mendesak, posisi Indonesia di sektor baterai kini bukan lagi sekadar potensi—tetapi peluang nyata yang harus dimanfaatkan secara optimal melalui kebijakan, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.