Batu Bara

Cadangan Batu Bara Melimpah, Eksplorasi Masih Minim

Cadangan Batu Bara Melimpah, Eksplorasi Masih Minim
Cadangan Batu Bara Melimpah, Eksplorasi Masih Minim

JAKARTA - Kekayaan alam Indonesia, khususnya di sektor tambang mineral dan batu bara (minerba), masih menjadi andalan dalam menopang perekonomian nasional. Namun, keberlimpahan sumber daya ini nyatanya tidak berarti aman dari ancaman penurunan. Rendahnya intensitas eksplorasi selama ini membuat cadangan sejumlah komoditas strategis terus terkikis, sementara produksi berlangsung dalam skala besar dan tak terbendung.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan kekhawatiran ini dalam berbagai kesempatan. Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, secara terang-terangan menyebut belum ada anggaran eksplorasi yang dialokasikan secara khusus oleh negara untuk menambah cadangan minerba.

"Terutama negara-negara maju, itu mereka menganggarkan biaya untuk eksplorasi, Pak, di negaranya. Termasuk Mesir," ujar Tri saat rapat dengar pendapat bersama Komisi XII DPR RI.

Ia mencontohkan Mesir yang sukses menggandakan nilai sumber daya alamnya dari US$ 1,5 miliar menjadi US$ 3,5 miliar berkat program eksplorasi yang terstruktur. Peningkatan ini, kata Tri, menjadi bukti nyata pentingnya alokasi dana negara untuk memperkuat cadangan sumber daya melalui eksplorasi.

Tri menyayangkan bahwa selama ini Indonesia justru cenderung bergantung pada data eksplorasi yang dilaporkan oleh perusahaan tambang melalui Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB), alih-alih menjalankan eksplorasi secara mandiri untuk kepentingan pencadangan nasional.

"Kita mengharap ada tambahan, tetapi kita sendiri tidak mengeluarkan kapital untuk itu. Kita ini, jujur saja, Pak, kalau misalnya terkait dengan eksplorasi, mestinya kita melakukan beberapa eksplorasi yang terutama pada daerah-daerah green field untuk apa sebetulnya? Untuk misalnya pencadangan negara," tambahnya.

Untuk tahun 2025, lanjut Tri, Kementerian ESDM akan berupaya memastikan bahwa perusahaan tambang benar-benar menjalankan kegiatan eksplorasi sebagaimana tertuang dalam RKAB mereka.

Dominasi Nikel Dunia

Di tengah keterbatasan eksplorasi nasional, Indonesia tetap memiliki posisi strategis dalam percaturan tambang global, khususnya pada komoditas nikel. Menteri ESDM Bahlil Lahadalia sebelumnya menyampaikan bahwa cadangan nikel Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, menyumbang hingga 43% dari total cadangan global menurut data dari Badan Geologi Amerika.

"Nikel di dunia 43% menurut cadangan geologi Amerika itu 43% cadangan nikel di dunia itu ada di Indonesia. Selebihnya ya ada tetangga kita Australia, Filipina, ada sedikit sebagian di Kanada," jelas Bahlil.

Ia juga menyoroti dampak positif dari kebijakan penghentian ekspor bijih mentah. Setelah Indonesia menghentikan ekspor bijih nikel dan membangun industri pengolahan, nilai ekspor nikel melonjak tajam, mencapai US$ 34 miliar pada tahun 2023, dari sebelumnya hanya menjual bahan mentah di tahun 2017.

"Kita setop bijih nikel, 2023 begitu kita setop bangun industri ekspor kita mencapai 34 miliar dolar dan sekarang kita negara terbesar eksportir turunan nikel. Banyak yang protes katanya kotor nikel Indonesia. Saya bilang mana ada nikel tidur di kasur empuk, nikel pasti ada tanahnya lah," ujar Bahlil.

Ia menekankan bahwa seluruh pengelolaan sumber daya alam Indonesia tetap berpijak pada amanat Pasal 33 UUD 1945 yang menegaskan bahwa kekayaan negara harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

"Kekayaan semua dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kepentingan rakyat. Jadi jangan salah salah menerjemahkan apa yang menjadi pikiran teman-teman di sana," tambahnya.

Potret Cadangan Minerba RI Terbaru

Lantas, bagaimana data terbaru terkait cadangan mineral dan batu bara Indonesia?

Mengacu pada dokumen Neraca Sumber Daya dan Cadangan Mineral dan Batu Bara Indonesia Tahun 2025 yang dirilis oleh Badan Geologi Kementerian ESDM, berikut rincian terkini (diperbarui hingga Desember 2024):

1. Batu Bara

Total cadangan mencapai 31,95 miliar ton, terdiri dari:

Cadangan terkira: 14,418 miliar ton

Cadangan terbukti: 17,536 miliar ton

Dengan asumsi produksi tahunan sekitar 700 juta ton, sisa umur cadangan batu bara nasional diperkirakan tinggal 45 tahun.

2. Nikel

Total cadangan bijih nikel tercatat sebesar 5,913 miliar ton, terdiri dari:

Cadangan terkira: 3,818 miliar ton

Cadangan terbukti: 2,095 miliar ton

Jika produksi nikel tahunan mencapai 173 juta ton, maka umur cadangan diperkirakan hanya sampai 34 tahun.

3. Timah

Cadangan bijih timah per akhir 2024 tercatat sebesar 6,430 miliar ton:

Cadangan terkira: 5,138 miliar ton

Cadangan terbukti: 1,292 miliar ton

4. Bauksit

Total cadangan bijih bauksit mencapai 2,865 miliar ton, terdiri dari:

Cadangan terkira: 1,855 miliar ton

Cadangan terbukti: 1,010 miliar ton

Dengan rata-rata produksi tahunan 8,362 juta ton, sisa umur cadangan bijih bauksit diprediksi mencapai 343 tahun — tertinggi dibandingkan komoditas lainnya.

5. Tembaga

Cadangan bijih tembaga nasional mencapai 2,857 miliar ton, terdiri dari:

Cadangan terkira: 1,781 miliar ton

Cadangan terbukti: 1,075 miliar ton

Jika diasumsikan produksi tahunan sebesar 108 juta ton, maka sisa umur cadangan tembaga hanya 26 tahun.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index