Minyak

Harga Minyak Turun, CPO dan Timah Menguat

Harga Minyak Turun, CPO dan Timah Menguat
Harga Minyak Turun, CPO dan Timah Menguat

JAKARTA - Perdagangan komoditas global pada Kamis, 7 Agustus 2025 menunjukkan pergerakan beragam di tengah perkembangan geopolitik dan kebijakan pasar energi dari negara-negara utama. Sejumlah harga komoditas mengalami tekanan, sementara lainnya justru mencatatkan penguatan menjelang akhir pekan.

Salah satu sentimen utama yang memengaruhi pasar adalah kabar rencana pertemuan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Harapan atas kemungkinan berakhirnya perang Rusia–Ukraina menjadi latar belakang yang membayangi arah pergerakan harga, khususnya minyak mentah.

Harga Minyak Mentah Melemah 0,7 Persen

Pada Jumat, 8 Agustus 2025, harga minyak mentah Brent tercatat turun sebesar 46 sen atau 0,7 persen, dan menetap di angka USD 66,43 per barel. Sedangkan West Texas Intermediate (WTI) juga mengalami pelemahan serupa, ditutup pada USD 63,88 per barel setelah terkoreksi 47 sen atau 0,7 persen.

Penurunan harga ini terjadi setelah munculnya informasi mengenai rencana pertemuan Putin dan Trump dalam beberapa hari mendatang. Isyarat diplomatik tersebut memicu optimisme pasar akan tercapainya solusi damai yang dapat mengakhiri konflik berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina—sebuah faktor utama yang selama ini mendorong harga energi naik.

CPO Naik 1,04 Persen, Kontrak Oktober Menguat

Berbeda dengan pergerakan minyak mentah, harga Crude Palm Oil (CPO) justru mengalami penguatan. Berdasarkan data dari situs Barchart, CPO untuk kontrak pengiriman Oktober 2025 tercatat naik sebesar 1,04 persen menjadi MYR 4.284 per ton pada penutupan Kamis (7/8).

Penguatan ini mencerminkan optimisme pasar terhadap permintaan sawit global, serta spekulasi terkait ketatnya pasokan dan sentimen harga yang terus mendukung arah positif harga CPO dalam jangka pendek.

Batu Bara Turun 0,66 Persen, Tapi Masih di Level Tertinggi 6 Bulan

Sementara itu, harga batu bara mengalami penurunan moderat. Menurut data dari Tradingeconomics, harga batu bara tercatat melemah sebesar 0,66 persen ke posisi USD 113,75 per ton.

Namun, untuk batu bara termal berjangka dari Australia, harga masih bertahan di kisaran USD 115 per ton, level tertinggi dalam enam bulan terakhir. Kuatnya harga ini didukung oleh peran Tiongkok sebagai konsumen dan produsen utama batu bara global yang kini tengah fokus menyeimbangkan pasokan dan permintaan dalam negeri.

Pemerintah Beijing tercatat memperpanjang kebijakan untuk menutup tambang batu bara yang berproduksi melebihi kuota. Ini merupakan bagian dari langkah untuk mengendalikan kelebihan pasokan bahan baku energi tersebut. Selain itu, pemerintah juga telah menginstruksikan pabrik-pabrik untuk menambah stok batu bara sebesar 10 persen, demi memanfaatkan harga rendah saat ini dan menjaga kestabilan pasokan di tengah tekanan deflasi produsen.

Nikel Turun Tipis, Timah Menguat Lebih dari 1 Persen

Di pasar logam industri, harga nikel dan timah menunjukkan arah yang berbeda. Berdasarkan data London Metal Exchange (LME), harga nikel tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,11 persen menjadi USD 15.118 per ton.

Sementara itu, harga timah justru mencatat kenaikan signifikan. Berdasarkan LME, komoditas ini mengalami kenaikan sebesar 1,08 persen, ditutup pada level USD 33.736 per ton.

Kenaikan harga timah mencerminkan permintaan yang tetap solid, khususnya untuk kebutuhan industri elektronik dan otomotif. Selain itu, spekulasi terkait potensi gangguan pasokan dari negara produsen juga ikut mendukung penguatan harga logam ini.

Dinamika Global dan Prospek Komoditas

Secara keseluruhan, pasar komoditas global tengah bergerak dinamis dengan pengaruh besar dari faktor geopolitik, kebijakan pasokan dari negara produsen, dan ekspektasi permintaan jangka menengah.

Isu konflik Rusia–Ukraina masih menjadi penentu utama pergerakan harga energi, sementara langkah kebijakan pemerintah Tiongkok terhadap batu bara memberi dampak besar terhadap pasar komoditas bahan bakar. Di sisi lain, logam industri seperti timah dan nikel tetap mencerminkan sensitivitas terhadap kebutuhan manufaktur global, serta arah pemulihan ekonomi di sejumlah kawasan utama.

Dengan kabar potensi pertemuan diplomatik tingkat tinggi, pasar kini menunggu kepastian yang bisa membawa dampak signifikan terhadap stabilitas harga. Investor di sektor komoditas perlu mencermati perkembangan ini secara cermat, karena volatilitas harga diperkirakan masih akan tinggi dalam beberapa waktu ke depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index