SEMBAKO

Harga Sembako Jogja Stabil

Harga Sembako Jogja Stabil
Harga Sembako Jogja Stabil

JAKARTA - Pergerakan harga sembako sering kali menjadi perhatian utama masyarakat, khususnya di daerah-daerah seperti Yogyakarta yang memiliki dinamika ekonomi dan sosial yang unik. Kondisi harga sembako yang cenderung fluktuatif bisa memengaruhi keputusan belanja rumah tangga maupun strategi bisnis pedagang dan produsen. Oleh karena itu, pemantauan harga sembako secara rutin sangat penting untuk menjaga keseimbangan kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan data terbaru yang diperoleh dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS) dan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga sembako di Jogja pada periode ini menunjukkan stabilitas yang cukup menggembirakan. Minyak goreng, yang menjadi salah satu komoditas penting dalam daftar sembako, tetap stabil di angka Rp 18 ribuan per kilogram untuk minyak curah, dan harga minyak goreng kemasan pun tak mengalami perubahan signifikan dalam seminggu terakhir.

Sembako, atau sembilan bahan pokok, menurut Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor 115/MPP/Kep/2/1998, mencakup beras, gula pasir, minyak goreng dan mentega, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, jagung, minyak tanah, serta garam beryodium. Kesembilan bahan ini merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar dan menjadi tolok ukur inflasi serta kestabilan ekonomi rumah tangga.

Mengetahui harga sembako secara detail sangat membantu konsumen di Jogja dalam merencanakan pengeluaran, sekaligus menjadi acuan bagi pedagang dan produsen dalam menentukan harga jual dan strategi pemasaran. Informasi ini juga bermanfaat bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan stabilisasi harga dan distribusi pangan.

Berdasarkan data PIHPS yang dikelola Bank Indonesia, harga minyak goreng curah di Kota Jogja bertahan di Rp 18.000/kg, tanpa ada perubahan selama seminggu terakhir. Minyak goreng kemasan merek 1 dan 2 juga tidak mengalami fluktuasi, masing-masing dihargai Rp 21.750/liter dan Rp 21.000/liter. Data diambil dari rata-rata harga pasar Beringharjo dan Kranggan, dua pasar tradisional utama di Jogja yang menjadi pusat distribusi bahan pokok.

Harga bahan pokok lain seperti bawang merah dan putih, beras berbagai kualitas, cabai merah dan rawit, daging ayam dan sapi, gula pasir, serta telur ayam juga relatif stabil dengan sedikit variasi yang tidak signifikan. Misalnya, bawang merah ukuran sedang dibanderol Rp 51.250/kg dan bawang putih Rp 40.750/kg. Sedangkan daging sapi kualitas 1 berada di kisaran Rp 140.000/kg.

Selain data PIHPS, informasi harga sembako juga dapat diperoleh dari panel harga Bapanas. Pada periode yang sama, harga beras premium tercatat Rp 14.500/kg, cabai merah keriting mengalami penurunan harga, sementara bawang merah justru sedikit naik dari Rp 47.429 menjadi Rp 47.714/kg. Penurunan harga cabai merah keriting dan cabai rawit merah turut memberi sedikit kelegaan bagi konsumen yang mengandalkan bahan ini dalam masakan sehari-hari.

Stabilitas harga minyak goreng, baik kemasan maupun curah, yang terlihat selama awal bulan ini memberi sinyal positif bagi pengendalian inflasi pangan di Jogja. Harga minyak goreng kemasan berada di kisaran Rp 18.364/liter, sedangkan minyak goreng curah sekitar Rp 17.000/liter. Meski sempat ada fluktuasi kecil, harga cenderung kembali stabil dengan rentang yang relatif sempit.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa harga sembako bisa berubah sewaktu-waktu dipengaruhi berbagai faktor. Menurut penelitian yang dipublikasikan di Journal of Sharia and Law berjudul 'Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Harga Sembako oleh Para Pedagang Menurut Perspektif Ekonomi Syariah' karya Nur Azizah Nasution dan kolega, ada lima faktor utama yang memengaruhi kenaikan harga sembako:

Faktor Produksi: Ketidakmaksimalan hasil panen, biaya produksi yang tinggi, atau cuaca buruk dapat menyebabkan kelangkaan barang di pasar sehingga harga naik.

Faktor Distribusi: Proses distribusi yang lambat atau terhambat memaksa pedagang menaikkan harga demi menutupi biaya tambahan.

Faktor Sumber Pasokan: Semakin melimpah pasokan barang, harga cenderung turun; sebaliknya, ketersediaan yang terbatas akan menaikkan harga.

Faktor Permintaan dan Penawaran: Peningkatan permintaan di tengah pasokan tetap atau menurun mendorong kenaikan harga.

Faktor Jumlah Pedagang Pesaing: Persaingan yang ketat di pasar dengan banyak pedagang biasanya menekan harga agar tetap kompetitif, sementara pasar dengan sedikit pedagang cenderung memiliki harga yang lebih tinggi.

Pemantauan harga yang dilakukan oleh PIHPS dan Bapanas secara rutin menjadi alat penting dalam mengendalikan stabilitas harga sembako di masyarakat. Meski begitu, disparitas harga antar pasar dan fluktuasi harian masih mungkin terjadi, sehingga masyarakat dianjurkan untuk terus memantau perkembangan harga melalui sumber resmi seperti laman resmi Bank Indonesia dan Badan Pangan Nasional.

Dengan kondisi harga sembako yang relatif stabil ini, masyarakat Jogja dapat sedikit bernafas lega dalam mengatur kebutuhan sehari-hari. Pedagang dan produsen juga bisa menggunakan informasi ini untuk menyesuaikan strategi pemasaran dan produksi mereka agar tetap sesuai dengan kondisi pasar.

Semoga dengan informasi harga sembako terbaru ini, masyarakat Jogja dapat lebih bijak dalam berbelanja dan pengendalian harga pangan tetap terjaga demi kesejahteraan bersama.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index