JAKARTA - Pelaksanaan penerbangan haji 2025 telah selesai, namun catatan evaluasi penting tetap menjadi perhatian utama bagi penyelenggara agar pengalaman jemaah semakin optimal di masa depan. Berbagai aspek pelayanan penerbangan, mulai dari jadwal keberangkatan yang terkadang mengalami keterlambatan, hingga keamanan pemeriksaan penumpang dan bagasi, menjadi sorotan yang perlu mendapat perhatian serius.
Direktur Keamanan Penerbangan, Sigit Hani Hadiyanto, mengungkapkan hasil monitoring di lapangan yang menunjukkan masih adanya sejumlah persoalan yang harus diperbaiki. Salah satu masalah utama adalah ruang pemeriksaan jemaah dan bagasi yang belum sepenuhnya steril dan aman, sehingga membuka peluang bagi penyusupan orang atau barang yang tidak sah.
“Ruang pemeriksaan jemaah haji dan bagasi kabin yang tidak steril, rawan penyusupan orang tidak sah, dan bagasi tercatat yang telah diperiksa berada di area yang tidak aman serta rawan penyusupan [contoh barang terkena cukai]. Hal ini perlu perbaikan ke depannya,” ujar Sigit dalam keterangan resmi.
Tahun ini, pelaksanaan angkutan udara haji dijalankan oleh tiga operator utama, yakni Garuda Indonesia, Lion Mentari Airlines, dan Saudi Arabian Airlines. Meski terdapat beberapa kasus keterlambatan penerbangan, hal ini secara umum tidak mengganggu jalannya seluruh proses keberangkatan dan kepulangan jemaah.
Sigit menilai bahwa secara keseluruhan, angkutan udara haji 1446 H/2025 M berjalan dengan tertib dan lancar. Mulai dari keberangkatan hingga kepulangan, semua didukung oleh sarana dan prasarana memadai serta pengelolaan personel operasional dan keamanan yang baik di bandara-bandara utama. Infrastruktur terminal dan pengaturan alur jemaah pun disiapkan secara matang demi memastikan kelancaran pelayanan.
Untuk memudahkan proses imigrasi, otoritas Arab Saudi telah menerapkan layanan fast track atau jalur cepat di tiga bandar udara keberangkatan di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, dan Solo. Hal ini memungkinkan jemaah haji langsung melanjutkan perjalanan ke bus tanpa harus antre lama di loket imigrasi. Selain itu, otoritas kepabeanan juga menyediakan layanan khusus bagi jemaah yang membutuhkan penyelesaian proses bea cukai.
Di sisi lain, Kementerian Agama mengembangkan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) yang terintegrasi dengan berbagai instansi terkait untuk mendukung proses pelayanan haji secara digital dan efisien. Integrasi ini mencakup data kesehatan jemaah, termasuk profil disabilitas dan ringkasan kondisi pasien internasional, sebagai bagian penting mengingat sebagian jemaah merupakan lansia atau memiliki kondisi kesehatan khusus.
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan, berbagai pihak sepakat untuk menyusun protokol bersama yang memuat ketentuan terkait penerbangan, imigrasi, kepabeanan, dan karantina kesehatan khususnya dalam penyelenggaraan haji mendatang.
“Kami mewakili Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak atas kolaborasi dan kerja samanya yang baik sehingga secara umum angkutan udara haji 1446 H/ 2025 M berlangsung relatif lancar tanpa adanya major accident maupun insiden yang signifikan,” tutup Sigit.
Evaluasi ini juga mencakup berbagai fasilitas utama yang menjadi titik keberangkatan dan kedatangan jemaah haji, mulai dari Bandara Soekarno-Hatta, Kualanamu, Kertajati, Sultan Hasanuddin, Sultan Mahmud Badaruddin II, Zainuddin Abdul Madjid, Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Adi Soemarmo, Syamsudin Noor, hingga Radin Inten II, serta Asrama Haji Pondok Gede dan Bekasi.