JAKARTA - PT Pertamina kembali melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang berlaku di seluruh SPBU Indonesia. Penyesuaian harga ini mengikuti dinamika harga minyak dunia yang terus bergerak fluktuatif sepanjang tahun 2025. Pada periode terkini, sebagian produk BBM nonsubsidi mengalami penurunan harga, sementara produk lainnya justru mencatat kenaikan, mencerminkan kompleksitas pasar energi nasional dan global.
Sebagai contoh, di wilayah Jawa Barat, harga Pertamax turun menjadi Rp12.200 per liter, lebih rendah dibandingkan harga sebelumnya yaitu Rp12.500 per liter. Penurunan serupa juga terlihat pada produk Pertamax Turbo dan Pertamax Green, masing-masing kini dibanderol Rp13.200 dan Rp13.000 per liter, lebih rendah dari sebelumnya Rp13.500 dan Rp13.250 per liter.
Namun demikian, tidak semua jenis BBM nonsubsidi mengalami penurunan harga. Produk Dexlite dan Pertamina Dex justru menunjukkan tren kenaikan harga. Harga Dexlite meningkat dari Rp13.320 menjadi Rp13.850 per liter, sementara Pertamina Dex naik dari Rp13.650 menjadi Rp14.150 per liter. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran permintaan dan biaya produksi yang mempengaruhi harga jual di tingkat SPBU.
Penyesuaian harga BBM Pertamina ini tentunya berdampak langsung pada konsumen dan berbagai sektor yang bergantung pada bahan bakar. Oleh karena itu, pemahaman mengenai daftar harga BBM yang berlaku di berbagai wilayah sangat penting untuk mengantisipasi perubahan biaya transportasi maupun produksi.
Berikut ini adalah rincian harga BBM Pertamina yang berlaku secara nasional di sejumlah provinsi dan daerah, memberikan gambaran perbedaan harga yang cukup signifikan antarwilayah:
-Di Aceh, harga Pertalite dipatok Rp10.000 per liter, Pertamax Rp12.500, Pertamax Turbo Rp13.500, Dexlite Rp14.150, dan Pertamina Dex Rp14.450. Biosolar subsidi masih dijual dengan harga Rp6.800.
-Sementara di DKI Jakarta dan sekitarnya, Pertalite juga Rp10.000, tetapi harga Pertamax lebih rendah yaitu Rp12.200, Pertamax Turbo Rp13.200, Pertamax Green Rp13.000, Dexlite Rp13.850, dan Pertamina Dex Rp14.150.
-Di wilayah Kalimantan, harga Pertamax berkisar Rp12.800 sampai Rp12.800, sementara Dexlite dan Pertamina Dex berada di kisaran Rp14.150 sampai Rp14.450.
-Selain itu, wilayah seperti Sulawesi, Papua, dan Maluku juga memiliki harga BBM yang bervariasi menyesuaikan kondisi distribusi dan logistik. Misalnya, di Sulawesi Selatan, harga Pertalite Rp10.000, Pertamax Rp12.500, Pertamax Turbo Rp13.500, dan Dexlite serta Pertamina Dex masing-masing Rp14.450.
Penyesuaian harga BBM nonsubsidi oleh Pertamina ini bukan hanya sebagai respons terhadap harga minyak mentah dunia, tetapi juga menyesuaikan dengan kondisi pasar domestik, termasuk biaya distribusi, perubahan nilai tukar, serta kebijakan energi nasional. Dinamika ini memperlihatkan betapa kompleksnya pengelolaan energi di Indonesia yang harus mempertimbangkan kepentingan berbagai pihak, mulai dari produsen hingga konsumen.
Selain itu, terdapat pula produk BBM subsidi seperti Biosolar yang harga jualnya tetap stabil di angka Rp6.800 per liter di seluruh wilayah, guna menjaga daya beli masyarakat dan kestabilan sektor usaha kecil serta menengah.
Dinamika harga BBM ini perlu terus dipantau karena berpengaruh langsung terhadap biaya operasional transportasi, distribusi barang, hingga harga barang konsumsi yang dapat berimbas pada inflasi. Oleh karenanya, informasi yang akurat dan terkini mengenai harga BBM menjadi sangat penting untuk dipahami oleh masyarakat luas.
Di sisi lain, kondisi jaringan distribusi juga menjadi faktor penting yang mempengaruhi ketersediaan dan harga BBM di berbagai daerah. Sebagai contoh, insiden-insiden seperti ledakan pipa gas yang pernah terjadi dapat menyebabkan gangguan distribusi dan berdampak pada harga serta pasokan BBM di wilayah tertentu. Pertamina sebagai BUMN di sektor energi terus berupaya menjaga kelancaran pasokan demi stabilitas energi nasional.
Secara keseluruhan, penyesuaian harga BBM nonsubsidi Pertamina di tengah fluktuasi pasar minyak global dan kondisi distribusi domestik ini mencerminkan upaya perusahaan untuk menyeimbangkan kepentingan ekonomi dan sosial. Konsumen diharapkan dapat memanfaatkan informasi harga terbaru ini untuk menyesuaikan pengeluaran dan kegiatan operasional mereka.