JAKARTA - Di tengah perubahan cara pandang masyarakat terhadap keuangan, generasi milenial dan gen Z kini menunjukkan arah baru. Jika dulu investasi dianggap hanya milik kalangan mapan atau pengusaha besar, kini justru anak muda yang paling aktif memanfaatkan peluang finansial. Mereka tidak sekadar menabung atau menyimpan uang, tetapi sudah akrab dengan instrumen investasi modern yang sebelumnya terdengar rumit.
Fenomena ini berkembang pesat berkat kombinasi teknologi, literasi keuangan, dan akses digital yang semakin mudah. Hanya dengan modal belasan ribu rupiah dan satu aplikasi di ponsel, siapa pun kini bisa resmi menjadi investor. Tren ini menjadikan investasi tidak lagi eksklusif, melainkan sesuatu yang relevan bagi kehidupan sehari-hari.
Faktor Pendorong Anak Muda Melek Finansial
Ada beberapa alasan mengapa generasi muda semakin serius mengelola keuangan dan berani berinvestasi.
1. Peran Teknologi Digital
Kemajuan aplikasi finansial membuat proses investasi terasa sederhana. Membeli saham, reksa dana, hingga emas kini bisa dilakukan langsung lewat smartphone. Ketersediaan pilihan ini menjadikan generasi muda semakin percaya diri mengambil langkah di dunia finansial.
2. Edukasi Lewat Media Sosial
Topik finansial yang dulu terkesan kaku kini hadir dengan bahasa ringan melalui TikTok, Instagram, hingga YouTube. Kreator konten keuangan membagikan pengalaman dan strategi dengan cara yang mudah dicerna. Dampaknya, literasi finansial menyebar lebih cepat dan menjangkau lebih banyak kalangan muda.
3. Kesadaran Akan Masa Depan
Fenomena generasi sandwich, tekanan inflasi, hingga ketidakpastian dunia kerja membuat anak muda sadar pentingnya mempersiapkan masa depan sejak dini. Menabung saja tidak cukup, investasi dianggap sebagai langkah strategis menghadapi risiko di masa depan.
4. Tren Financial Freedom
Narasi tentang kebebasan finansial dan pensiun muda semakin populer. Banyak anak muda yang bercita-cita mencapai kondisi “financial independence, retire early” (FIRE). Gagasan ini membuat investasi tidak hanya soal keuntungan, tapi juga gaya hidup yang mendukung mimpi jangka panjang.
Instrumen Favorit Milenial dan Gen Z
Seiring meningkatnya jumlah investor muda, beberapa instrumen keuangan muncul sebagai favorit utama.
-Reksa Dana Pasar Uang dan Saham
Instrumen ini populer karena bisa dimulai dengan modal kecil, risikonya relatif terukur, dan mudah dipantau melalui aplikasi. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total investor pasar modal mencapai 16,2 juta hingga April 2025, dan 55% di antaranya berasal dari kalangan milenial dan gen Z. Data OJK 2024 juga menunjukkan bahwa gen Z menyumbang 55,07% investor ritel pasar modal.
-Emas Digital
Meski tradisional, emas kini hadir dalam format digital dengan nominal yang terjangkau. Survei menunjukkan bahwa anak muda usia 15–24 tahun menempatkan emas dan tabungan sebagai pilihan utama dengan porsi masing-masing 31%. Untuk tahun 2025, produk emas yang paling diminati adalah perhiasan (67%) dan logam mulia (66%).
-Saham dan Trading
Minat anak muda pada saham semakin meningkat. Meski penuh risiko, banyak yang tetap tertarik karena potensi keuntungan jangka panjang.
-Kripto dan NFT
Aset digital dengan volatilitas tinggi ini dipandang sebagian anak muda sebagai peluang masa depan. Walaupun fluktuatif, kehadirannya tetap mencuri perhatian.
-P2P Lending
Instrumen ini menjadi alternatif yang menjanjikan karena menawarkan imbal hasil lebih besar dibanding instrumen konvensional, meski risikonya juga lebih tinggi.
Tantangan di Balik Tren Positif
Meski geliat investasi di kalangan anak muda patut diapresiasi, ada sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan.
-Kurangnya Pemahaman Risiko
Banyak anak muda terdorong oleh rasa takut tertinggal (FOMO) alih-alih pertimbangan rasional. Hal ini membuat sebagian terjebak dalam keputusan yang kurang matang.
-Maraknya Investasi Bodong
Skema cepat kaya masih banyak beredar, dengan korban yang tidak sedikit berasal dari kalangan milenial dan gen Z. Tanpa pengetahuan yang cukup, mereka rentan terjebak penipuan.
-Manajemen Keuangan Harian yang Lemah
Ada kalanya semangat investasi besar, tetapi tabungan darurat tidak tersedia. Kondisi ini membuat anak muda mudah panik saat membutuhkan dana mendesak.
-Indeks Literasi Keuangan Masih Rendah
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan indeks literasi keuangan usia 15–17 tahun hanya 51,68%, lebih rendah dibanding rata-rata nasional 66,46%. Artinya, masih ada ruang besar untuk meningkatkan pemahaman keuangan praktis.
Investasi sebagai Bagian dari Gaya Hidup
Pada akhirnya, anak muda berhasil mematahkan stigma bahwa investasi hanya untuk kalangan tertentu. Dengan dukungan teknologi, akses digital, serta meningkatnya literasi keuangan, milenial dan gen Z menjadikan investasi sebagai bagian dari gaya hidup mereka.
Namun, satu hal yang harus selalu diingat: investasi bukanlah perlombaan siapa yang lebih cepat kaya. Dunia finansial ibarat maraton panjang yang membutuhkan kesabaran, strategi, dan manajemen risiko yang matang. Bagi generasi muda, berinvestasi bukan sekadar ikut tren, melainkan upaya membangun masa depan yang lebih aman dan sejahtera.