Ular dalam Kargo Paksa Penundaan Penerbangan Virgin Australia

Jumat, 04 Juli 2025 | 09:45:13 WIB
Ular dalam Kargo Paksa Penundaan Penerbangan Virgin Australia

JAKARTA - Di tengah rutinitas sibuk dunia penerbangan, kejadian tak biasa dapat terjadi sewaktu-waktu. Salah satu contohnya terjadi di Bandara Melbourne, Australia, saat seekor ular ditemukan bersembunyi di dalam kompartemen bagasi sebuah pesawat penumpang, memaksa maskapai Virgin Australia menunda jadwal keberangkatan selama dua jam. Insiden ini menjadi peringatan akan pentingnya pengawasan ketat terhadap aspek keselamatan, bahkan terhadap ancaman yang tak terduga.

Gangguan Tak Terduga Saat Boarding

Peristiwa tersebut terjadi pada Jumat, 4 Juli 2025, ketika para penumpang Virgin Australia dengan nomor penerbangan VA337 tengah bersiap-siap naik ke pesawat yang akan membawa mereka dari Melbourne menuju Brisbane. Segalanya berjalan normal hingga proses boarding, sebelum akhirnya tim darat menemukan seekor ular berada di dalam kompartemen bagasi kargo.

Informasi ini pertama kali dilaporkan oleh Independent, media asal Inggris, yang menyebut bahwa kru maskapai langsung menghentikan semua proses pengangkutan penumpang dan kargo begitu keberadaan ular terkonfirmasi. Keputusan tersebut diambil sebagai langkah pencegahan dan sesuai dengan protokol keamanan operasional penerbangan.

Panggilan Mendesak untuk Pawang Ular

Maskapai Virgin Australia tak ingin mengambil risiko. Setelah mengosongkan area yang terdampak, pihak maskapai memanggil seorang pawang ular profesional, Mark Pelley, untuk menangani situasi tersebut. Pelley dikenal luas di kalangan penyelamat satwa liar di Australia karena kemampuannya menangani reptil berbisa secara aman.

Dengan menggunakan alat dan prosedur standar, Pelley berhasil menangkap ular tersebut dan mengamankannya. Jenis ular belum secara resmi diumumkan, namun laporan awal menyebutkan bahwa hewan itu kemungkinan besar adalah ular coklat timur (eastern brown snake), salah satu jenis ular paling berbisa di Australia.

Dalam keterangannya, pihak Virgin Australia menjelaskan bahwa penundaan selama dua jam adalah bentuk komitmen terhadap keselamatan penumpang dan awak kabin. Mereka juga mengapresiasi kesigapan tim darat dan kerja sama dari semua penumpang yang tetap tenang selama insiden berlangsung.

Bukan Kasus Pertama

Meskipun terdengar aneh, insiden semacam ini bukan kali pertama terjadi dalam dunia penerbangan, terlebih di Australia yang memang dikenal memiliki populasi satwa liar tinggi, termasuk berbagai spesies ular. Bandara dan area kargo sering kali menjadi tempat masuknya hewan liar secara tak disengaja, terutama karena aktivitas logistik yang melibatkan pengangkutan barang dari berbagai daerah, termasuk dari wilayah rural atau pedalaman.

Pada 2017 silam, sebuah pesawat milik maskapai regional Australia juga pernah mengalami hal serupa ketika seekor ular ditemukan melilit roda pesawat saat mendarat di Bandara Townsville. Insiden tersebut sempat viral karena didokumentasikan oleh staf bandara dan menunjukkan bagaimana ular bisa menyelinap ke dalam sistem pesawat tanpa disadari.

Tantangan Baru Bagi Dunia Aviasi

Kasus ini menunjukkan bahwa industri penerbangan bukan hanya menghadapi tantangan teknis atau cuaca ekstrem, tetapi juga ancaman biologis yang tidak terduga. Keberadaan seekor ular dalam kompartemen bagasi tidak hanya berisiko bagi barang-barang penumpang, tetapi juga bisa mengancam keselamatan kru apabila hewan tersebut masuk ke dalam kabin atau mengganggu sistem pesawat.

Karenanya, insiden ini memicu diskusi baru di kalangan ahli penerbangan dan keselamatan transportasi mengenai prosedur pemeriksaan bagasi dan ruang kargo, terutama di negara-negara yang memiliki keanekaragaman hayati tinggi. Beberapa pakar menyarankan penggunaan teknologi pendeteksi gerakan atau panas di area kargo, sebagai langkah pencegahan tambahan terhadap kehadiran hewan liar.

Tanggapan Penumpang: Antara Cemas dan Terhibur

Meski insiden ini berpotensi berbahaya, tak sedikit penumpang yang menanggapi dengan cara berbeda. Beberapa dari mereka justru melihat peristiwa ini sebagai pengalaman langka yang menarik. Dalam unggahan di media sosial X (sebelumnya Twitter), sejumlah penumpang mengunggah foto suasana bandara dan menambahkan keterangan jenaka seperti, “Snakes on a plane... literally!” mengacu pada judul film thriller terkenal tahun 2006.

Namun demikian, ada juga yang merasa tidak nyaman, terutama mereka yang memiliki ofidiofobia (takut ular). “Saya bersyukur ular itu ditemukan sebelum pesawat lepas landas,” tulis seorang penumpang bernama Claire Jennings, “karena saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan jika tahu ada ular di bawah tempat duduk saya.”

Virgin Australia: “Keselamatan Adalah Prioritas Kami”

Melalui juru bicara resminya, Virgin Australia menyampaikan permintaan maaf atas keterlambatan dan menyatakan bahwa keselamatan penumpang selalu menjadi prioritas utama perusahaan. Mereka juga menyampaikan terima kasih kepada pawang ular Mark Pelley atas penanganan cepat dan profesional.

“Insiden ini sangat langka, namun kami menangani situasi dengan cepat dan aman. Tidak ada penumpang atau kru yang terluka, dan penerbangan dilanjutkan setelah pesawat dinyatakan aman oleh pihak berwenang,” demikian pernyataan resmi yang dirilis oleh Virgin Australia.

Pelajaran dari Hewan di Jalur Udara

Kejadian ini kembali mengingatkan bahwa dalam dunia transportasi, segala bentuk risiko—baik teknis maupun non-teknis—harus diantisipasi dengan protokol yang tepat. Insiden ular dalam pesawat ini mungkin hanya berlangsung dua jam, namun telah membuka kembali percakapan tentang bagaimana sektor aviasi bisa beradaptasi dengan ancaman yang semakin beragam.

Bagi penumpang VA337, penerbangan tersebut akan menjadi kenangan unik yang mungkin tak terlupakan. Dan bagi industri penerbangan secara umum, ini menjadi contoh bahwa keamanan tak boleh diabaikan, bahkan untuk ancaman sekecil ular sekalipun.

Terkini