Optimisme di Tengah Lonjakan: Bitcoin Masih Jadi Primadona Investasi

Jumat, 11 Juli 2025 | 13:50:47 WIB
Optimisme di Tengah Lonjakan: Bitcoin Masih Jadi Primadona Investasi

JAKARTA - Kendati harga bitcoin telah menembus level fantastis, daya tarik aset kripto ini tak juga surut. Di tengah perdebatan mengenai valuasi yang kian tinggi, para analis justru menegaskan bahwa bitcoin tetap menjadi salah satu instrumen investasi yang layak dipertimbangkan, asalkan strategi yang digunakan tepat dan disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor.

Bitcoin kembali mencuri perhatian pelaku pasar dengan reli harga yang konsisten. Berdasarkan data dari Coinmarketcap, aset kripto terbesar di dunia ini berada di kisaran US$ 111.090 per unit. Bahkan, sempat menyentuh level US$ 111.907, menjadikannya salah satu rekor harga terbaru. Dalam setahun terakhir, nilainya telah meningkat lebih dari 90% year-on-year, memperkuat posisi bitcoin sebagai aset spekulatif sekaligus penyimpan nilai alternatif di tengah gejolak ekonomi global.

Potensi Tetap Ada di Tengah Harga Tinggi

Menurut Fyqieh Fachrur, analis Tokocrypto, tingginya harga saat ini tidak berarti bitcoin kehilangan daya tarik. Ia menilai bahwa potensi investasi tetap terbuka, terutama jika investor dapat menerapkan pendekatan yang cermat dan alokasi portofolio yang bijaksana.

"Bitcoin masih menyimpan peluang bagi mereka yang percaya pada adopsi institusional yang semakin luas, ekspektasi pelonggaran moneter global, dan peran kripto ini sebagai lindung nilai terhadap inflasi," jelas Fyqieh.

Ia juga menekankan pentingnya menggunakan strategi dollar cost averaging (DCA) bagi investor ritel. Pendekatan ini memungkinkan pembelian bitcoin secara berkala dalam jumlah tetap, sehingga bisa mengurangi dampak fluktuasi harga dan risiko beli di harga puncak.

Diversifikasi Kripto: Perlu atau Tidak?

Sementara sebagian investor disarankan untuk tetap fokus pada bitcoin, Fyqieh menilai bahwa diversifikasi ke aset kripto lain atau altcoin bisa menjadi langkah strategis. Ethereum (ETH), misalnya, terus diminati karena menjadi tulang punggung berbagai inovasi di sektor smart contract, DeFi, dan stablecoin.

“Investor konservatif bisa mempertimbangkan sebagian keuntungan dari bitcoin untuk dialihkan ke altcoin yang memiliki fundamental kuat dan teknologi berbeda,” ujarnya.

Beberapa altcoin yang disebut memiliki prospek cerah antara lain:

Solana (SOL): unggul dalam hal kecepatan transaksi dan biaya rendah. Peluncuran ETF Solana plus Staking di AS memperkuat posisi aset ini sebagai pilihan bagi investor institusional.

Polkadot (DOT), Cardano (ADA), Avalanche (AVAX), Chainlink (LINK), dan Aave (AAVE) juga dilihat memiliki potensi jangka panjang karena fokus pada interoperabilitas, skalabilitas, dan pengembangan sistem keuangan terdesentralisasi (DeFi).

Namun, pandangan lain datang dari Christopher Tahir, Co-founder CryptoWatch dan pengelola kanal edukasi finansial Duit Pintar. Ia menyarankan agar investor tetap berhati-hati dalam mengambil langkah, mengingat posisi bitcoin yang saat ini mendekati fase akhir dari siklus bullish.

“Untuk saat ini, saya menyarankan fokus pada trading jangka pendek saja. Bitcoin memang sedang naik, tapi perlu diingat bahwa volatilitasnya juga tinggi,” kata Christopher.

Didorong Sentimen The Fed dan ETF

Christopher menjelaskan, kenaikan harga bitcoin yang terjadi belakangan ini turut dipicu oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh bank sentral AS, The Federal Reserve. Meskipun masih ada perbedaan pandangan di kalangan pejabat The Fed, sinyal penurunan suku bunga telah mendorong para investor untuk kembali menaruh minat pada aset-aset non-tradisional seperti bitcoin.

“ETF menjadi pendorong besar di balik reli harga belakangan ini. Investor institusional yang masuk lewat produk ETF mulai mendominasi pasar kripto. Ini memberikan keyakinan, tapi juga membawa risiko baru jika sentimen berubah,” tambahnya.

Christopher memproyeksikan bahwa harga bitcoin masih bisa bergerak di rentang US$ 120.000–135.000 hingga akhir tahun, selama tidak terjadi pergeseran besar dalam persepsi risiko investor. Namun, ia tetap mengingatkan bahwa dinamika pasar sangat cepat berubah, dan investor harus siap dengan kemungkinan koreksi tajam.

Momentum atau Risiko?

Meski harga bitcoin telah meroket, optimisme investor tetap kuat. Hal ini menunjukkan bahwa daya tarik utama bitcoin sebagai aset digital terbatas, tahan inflasi, dan berpotensi menguntungkan dalam jangka panjang masih berlaku.

Namun demikian, penting bagi investor terutama pemula untuk memahami bahwa potensi keuntungan selalu datang bersama risiko. Strategi pembelian bertahap seperti DCA, diversifikasi secara bijak, serta tetap mengikuti perkembangan makroekonomi dan kebijakan bank sentral adalah langkah-langkah penting dalam berinvestasi di pasar kripto yang sangat dinamis.

Dengan pendekatan yang disiplin, bitcoin tetap bisa menjadi salah satu pilihan strategis dalam portofolio investasi, meski telah berada di puncak harga. Momentum ini bukan sekadar soal cuan instan, tetapi juga tentang merancang masa depan keuangan dengan wawasan dan kesiapan menghadapi risiko.

Terkini