Harga Gabah Naik, NTP Petani Membaik

Jumat, 01 Agustus 2025 | 12:59:51 WIB
Harga Gabah Naik, NTP Petani Membaik

JAKARTA - Kesejahteraan petani menjadi salah satu indikator penting dalam menilai ketahanan sektor pertanian nasional. Salah satu parameter yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk mengukurnya adalah Nilai Tukar Petani (NTP), yang mencerminkan kemampuan daya beli petani dari hasil produksinya dibandingkan dengan kebutuhan konsumsi dan produksi mereka.

Pada periode terbaru, BPS mencatat bahwa NTP mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 0,76%, dari sebelumnya ke posisi 122,64. Peningkatan ini terutama dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas strategis seperti gabah, cabai rawit, tomat, dan kelapa sawit yang menjadi tumpuan utama dalam sektor pertanian dan perkebunan.

Deputi Statistik Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyebut bahwa sektor hortikultura menjadi kontributor tertinggi terhadap kenaikan NTP. “Jika dilihat subsektor yang mengalami peningkatan NTP tertinggi hortikultura. Peningkatan NTP 6,51% karena indeks harga naik 6,99% menjadi lebih tinggi yang dibayarkan 6,45%,” ujarnya dalam konferensi pers.

Pudji menjelaskan bahwa kenaikan NTP ini tidak berdiri sendiri, tetapi didorong oleh dua komponen utama: indeks harga yang diterima petani (It) dan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Pada bulan sebelumnya, indeks harga yang diterima petani tercatat sebesar 152,67, kemudian naik 1,18% di bulan berikutnya. “Adapun komoditas penyumbang terbesar adalah gabah, cabe rawit, tomat, dan kelapa sawit,” ujar Pudji.

Kondisi ini menunjukkan bahwa petani menerima harga jual komoditas yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya, yang menjadi sinyal positif bagi daya beli mereka. Hal ini sejalan dengan perbaikan ekonomi mikro di tingkat pedesaan, di mana perputaran uang dari hasil pertanian dapat kembali menggerakkan konsumsi rumah tangga dan investasi kecil lainnya.

Namun, kenaikan harga di sisi penerimaan ini juga diiringi oleh kenaikan di sisi pengeluaran. Indeks harga yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,42%, menjadi 124,48. Artinya, meskipun pendapatan naik, biaya konsumsi dan produksi petani juga mengalami penyesuaian. Komoditas yang paling berpengaruh dalam kenaikan pengeluaran ini antara lain beras, tomat sayur, cabai rawit, dan bawang merah sebagian di antaranya merupakan bahan konsumsi rumah tangga petani sendiri.

Sebagai catatan penting, Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang mereka bayarkan, dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase. Jika NTP berada di atas 100, berarti petani memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluarannya, dan ini mengindikasikan kondisi yang lebih sejahtera secara ekonomi.

Dalam konteks ini, angka NTP 122,64 bukan hanya sekadar statistik, melainkan mencerminkan adanya kelebihan daya beli yang bisa dimanfaatkan petani untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Hal ini menjadi kabar baik, terutama setelah sebelumnya sektor pertanian sempat terguncang oleh tantangan cuaca, fluktuasi harga, dan ketidakpastian distribusi pupuk.

Selain itu, pencapaian ini juga mengindikasikan bahwa upaya pemerintah dan pelaku usaha dalam menjaga stabilitas harga komoditas utama mulai menunjukkan hasil. Naiknya harga gabah, misalnya, menjadi penanda bahwa sektor tanaman pangan masih menjanjikan bagi petani, dan langkah-langkah seperti penyerapan hasil panen oleh Bulog atau stabilisasi pasokan mulai bekerja dengan baik.

Kenaikan harga sawit pun memberikan angin segar bagi petani di sektor perkebunan, terutama di daerah-daerah penghasil seperti Sumatera dan Kalimantan. Harga sawit yang baik secara langsung berdampak pada peningkatan penghasilan petani swadaya, yang selama ini menghadapi tekanan harga dunia dan kebijakan ekspor.

Namun demikian, peningkatan NTP perlu terus dikawal agar tidak hanya bersifat sesaat. Kenaikan pengeluaran petani yang mengikuti tren kenaikan penerimaan harus dikelola agar tidak menggerus surplus daya beli. Di sinilah peran pemerintah dalam menjamin stabilitas harga bahan pokok, pupuk, dan sarana produksi lainnya menjadi sangat krusial.

Bagi petani sendiri, informasi tentang NTP dan komponennya dapat menjadi alat refleksi untuk mengukur efektivitas usaha tani mereka. Dengan mengetahui perbandingan antara harga jual hasil panen dan kebutuhan biaya hidup atau produksi, petani dapat merencanakan usaha taninya secara lebih cermat, termasuk memilih komoditas yang paling menguntungkan secara musiman.

Secara keseluruhan, peningkatan NTP merupakan sinyal positif yang harus dijaga keberlanjutannya. Ini menunjukkan bahwa sektor pertanian masih memiliki vitalitas ekonomi yang tinggi, asalkan didukung oleh kebijakan harga dan distribusi yang berpihak pada petani. Dengan menjaga keseimbangan antara harga jual dan biaya produksi, serta memperkuat akses petani terhadap pasar dan pembiayaan, kesejahteraan petani di tingkat akar rumput bisa semakin membaik dari waktu ke waktu.

Terkini