JAKARTA - Kontribusi industri pengolahan dalam negeri terus menunjukkan tren positif, terutama di sektor Industri Hasil Tembakau (IHT) dan Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA). Kedua sektor ini tidak hanya mencatatkan pertumbuhan dari sisi investasi dan ekspor, tetapi juga memiliki nilai strategis dalam penciptaan lapangan kerja dan penguatan struktur industri nasional melalui hilirisasi.
Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, menyampaikan bahwa sektor IHT menjadi salah satu penggerak signifikan dalam kinerja industri nasional. Ia mengungkapkan bahwa selama periode 2022 hingga semester pertama 2025, realisasi investasi di sektor tersebut telah mencapai angka Rp5,2 triliun.
“Berdasarkan data BKPM, dalam kurun waktu 2022 hingga 2025, nilai investasi sektor IHT mencapai Rp 5,2 triliun,” ungkapnya dalam kegiatan Business Matching dan Pameran “Specialty Indonesia” yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Perindustrian.
Peningkatan investasi ini menurutnya menunjukkan kepercayaan pelaku usaha terhadap potensi sektor IHT di Indonesia. Salah satu indikator utamanya adalah keberhasilan sektor ini menjalankan proses hilirisasi secara menyeluruh dengan rantai pasok yang terintegrasi dari hulu hingga ke hilir. Hampir seluruh bahan baku yang digunakan pun berasal dari dalam negeri, sehingga turut memperkuat ketahanan industri nasional.
Lebih jauh, Faisol Riza menekankan bahwa keberadaan industri tembakau tidak hanya bernilai dari aspek ekonomi semata, tetapi juga memiliki dampak sosial dengan penciptaan ribuan lapangan kerja.
“IHT penciptaan tenaga kerja langsung lebih dari 5.000 orang,” katanya, menegaskan kontribusi sektor ini dalam menyerap tenaga kerja di berbagai wilayah.
Tak hanya dari sisi investasi dan ketenagakerjaan, kontribusi sektor IHT juga terlihat pada performa ekspor. Produk-produk hasil tembakau Indonesia mencatat peningkatan nilai ekspor hingga mencapai 1,85 miliar dolar AS pada tahun 2024. Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor utama antara lain Filipina, Amerika Serikat, Kamboja, Singapura, dan Vietnam.
Sektor industri lain yang turut mencatat kinerja positif adalah Industri Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA). Sektor ini tidak hanya memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara dari sisi cukai, tetapi juga berkontribusi terhadap ekspor nonmigas. Pada tahun 2024, MMEA mencatat pendapatan cukai sebesar Rp8,86 triliun dan nilai ekspor mencapai 17,32 juta dolar AS.
Untuk mendorong daya saing industri ini, Kementerian Perindustrian terus melakukan pembinaan serta merancang regulasi yang mendukung. Salah satunya melalui penerbitan Peraturan Menteri Perindustrian (Permenperin) No.19/2024 yang mengatur tata cara pemberian pertimbangan teknis impor bahan baku minuman beralkohol. Aturan ini ditujukan untuk menjamin ketersediaan bahan baku dalam negeri serta mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk MMEA di pasar domestik maupun global.
“Aturan ini memberikan peluang impor bahan baku minuman beralkohol sebagai jaminan ketersediaan bahan baku dalam negeri, perluasan inovasi dan peningkatan kualitas produk MMEA Indonesia,” jelas Faisol.
Dalam upaya mendorong penetrasi pasar ekspor, Kemenperin juga aktif memfasilitasi keikutsertaan pelaku industri dalam pameran internasional. Salah satu kegiatan yang cukup berhasil adalah partisipasi dalam ajang SIAL Paris 2024, di mana produk MMEA Indonesia berhasil menarik minat dari sejumlah negara potensial seperti Taiwan, Jerman, Inggris, Prancis, dan Rusia. Hasilnya, tercatat potensi transaksi ekspor sebesar 620 ribu dolar AS dari keikutsertaan dalam ajang tersebut.
Kementerian Perindustrian menilai bahwa partisipasi aktif dalam kegiatan promosi internasional menjadi kunci dalam memperluas akses pasar dan memperkenalkan keunggulan produk lokal ke pasar global. Sinergi antara regulasi yang adaptif, dukungan promosi, serta investasi yang terus bertumbuh menjadi fondasi kuat bagi keberlanjutan sektor-sektor strategis ini.
Secara keseluruhan, sinyal positif dari sektor IHT dan MMEA menunjukkan bahwa kedua industri tersebut tetap menjadi bagian penting dari struktur industri nasional. Dengan dukungan kebijakan yang tepat serta keterlibatan aktif pelaku usaha, sektor-sektor ini diproyeksikan akan terus memberi kontribusi signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik dari sisi penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja, maupun penguatan ekspor.
Langkah-langkah hilirisasi, penguatan struktur rantai pasok, dan peningkatan kualitas produk menjadi strategi utama pemerintah untuk memastikan keberlanjutan industri-industri strategis tersebut. Di tengah tantangan global, fokus pada peningkatan daya saing dan efisiensi produksi menjadi kunci untuk mempertahankan posisi Indonesia sebagai pemain penting dalam industri hasil tembakau dan minuman alkohol di kawasan dan dunia.