ENERGI

Gubernur Bali Wayan Koster Tegaskan Komitmen Bali Menuju Kemandirian Energi Bersih melalui PLTS Atap

Gubernur Bali Wayan Koster Tegaskan Komitmen Bali Menuju Kemandirian Energi Bersih melalui PLTS Atap
Gubernur Bali Wayan Koster Tegaskan Komitmen Bali Menuju Kemandirian Energi Bersih melalui PLTS Atap

JAKARTA - Gubernur Bali, Wayan Koster, kembali menegaskan komitmennya untuk menjadikan Bali sebagai provinsi yang mandiri dalam penyediaan energi bersih. Dalam acara sosialisasi dan skema pemasangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Denpasar pada Kamis (15/5), Koster menyoroti ketergantungan Bali terhadap pasokan listrik dari luar pulau yang masih tinggi. Ia menegaskan bahwa kemandirian energi dengan energi bersih adalah keharusan yang tidak bisa ditawar.

Ketergantungan Bali terhadap Pasokan Listrik dari Luar Pulau

Koster menjelaskan bahwa kebutuhan energi listrik di Bali terus meningkat sebesar 14 hingga 16 persen setiap tahunnya. Namun, sebagian besar pasokan listrik tersebut masih bergantung pada sumber dari luar Bali, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Paiton, Jawa Timur. "Kemandirian energi dengan energi bersih bagi Bali adalah sebuah keharusan yang tidak bisa ditawar," ujar Koster dalam sambutannya.

Ia menambahkan bahwa ketergantungan terhadap pasokan listrik dari luar pulau dapat menimbulkan risiko, terutama jika terjadi gangguan pada sistem kelistrikan antar pulau. "Kalau Bali semakin banyak disuplai dari luar pakai kabel bawah laut, kan gampang sekali mengganggu Bali," kata Koster, menekankan pentingnya mengurangi ketergantungan tersebut.

Penolakan terhadap Rencana Penambahan Pasokan Listrik Berbasis Fosil

Sebagai langkah konkret untuk mengurangi ketergantungan tersebut, Koster menegaskan penolakannya terhadap rencana penambahan pasokan listrik berbasis bahan bakar fosil sebesar 500 megawatt dari luar Bali. "Saya tidak mengizinkan lagi pembangunan berbasis listrik menggunakan bahan bakar fosil dan kami tidak mau lagi ada tambahan transfer energi dari luar Bali," tegasnya. Ia menekankan bahwa semua kebutuhan energi di Bali harus dipenuhi dari pembangkit listrik yang ada di Bali, dengan prioritas pada sumber energi terbarukan.

Pemanfaatan PLTS Atap sebagai Solusi Energi Bersih

Sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi secara mandiri, Koster mendorong pemanfaatan PLTS atap di berbagai sektor, termasuk perkantoran pemerintah, swasta, hotel, pasar swalayan, gedung pendidikan, rumah sakit, dan fasilitas umum lainnya. "PLTS atap adalah sumber energi yang tidak mengeksploitasi alam, murah, dan ramah lingkungan," ungkapnya.

Tahun ini, PT PLN (Persero) telah berkomitmen untuk memasang PLTS atap dengan kapasitas 100 megawatt di Bali, yang seluruhnya akan dibeli oleh PLN. "Jadi yang memasang itu adalah PLN sendiri, kita tidak perlu biaya untuk pasang panel surya, semua akan dipasang PLN dan mitra kerjanya," jelas Koster. Ia berharap ke depan kapasitas PLTS atap di Bali dapat mencapai 500 megawatt dalam tiga tahun ke depan.

Implementasi Kebijakan Energi Bersih

Untuk mendukung implementasi pemanfaatan PLTS atap, Pemerintah Provinsi Bali telah mengeluarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Surat Edaran Gubernur Bali No 5 Tahun 2022 tentang Pemanfaatan PLTS Atap. Dalam surat edaran tersebut, Gubernur Koster menghimbau agar bangunan pemerintah, swasta, dan rumah tangga dengan luas lantai lebih dari 500 meter persegi memasang sistem PLTS atap paling sedikit 20 persen dari kapasitas listrik terpasang atau luas atap.

Selain itu, Koster juga mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota dan pihak terkait untuk memberikan penghargaan atau insentif kepada individu, badan usaha, atau lembaga yang telah memasang PLTS atap. "Pemerintah Provinsi Bali juga akan memberikan penghargaan kepada perorangan, badan usaha, lembaga, penggiat, dan inovator yang berkomitmen dalam pemanfaatan PLTS atap maupun teknologi energi bersih dan energi baru terbarukan lainnya," tambahnya.

Dampak Positif Pemanfaatan PLTS Atap

Pemanfaatan PLTS atap di Bali telah menunjukkan dampak positif, terutama dalam hal efisiensi penggunaan listrik. Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Bali, PLTS atap telah dipasang di sejumlah lokasi strategis, seperti kantor Disnaker ESDM Bali, DPRD Provinsi Bali, RS Bali Mandara, dan fasilitas pendidikan seperti SMKN 1 dan SMKN 3 Denpasar. Kepala Disnaker ESDM Bali, Ida Bagus Setiawan, menyebutkan bahwa penggunaan PLTS atap memberikan dampak positif, terutama dalam hal efisiensi listrik. "Hemat bayar listrik dan turut mendukung Net Zero Emission," kata Setiawan.

Namun, Setiawan juga mengakui bahwa masih ada tantangan, terutama dalam hal investasi dan keberlanjutan pemanfaatannya. "Harapannya agar semakin banyak pengguna, dan sedang diupayakan skema virtual power plant dengan PLN," lanjutnya.

Peran Sektor Pariwisata dalam Transisi Energi

Koster juga menekankan pentingnya sektor pariwisata dalam mendukung transisi energi di Bali. Menurutnya, kemandirian energi yang berbasis pada energi bersih akan meningkatkan citra pariwisata Bali di mata dunia. "Kalau tiga ini sudah dikenal dengan baik, tambah lagi infrastruktur yang baik, transportasi yang baik, saya kira Bali tidak saja akan fungsional dari sisi penyelenggaraan energi bersih, tetapi juga akan menaikkan kelasnya Bali," ujar Koster.

Dengan demikian, upaya untuk mencapai kemandirian energi bersih melalui pemanfaatan PLTS atap tidak hanya berdampak pada efisiensi energi, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas pariwisata dan perekonomian Bali secara keseluruhan.

Tantangan dan Harapan ke Depan

Meskipun telah ada komitmen dan langkah konkret dari Pemerintah Provinsi Bali dan PT PLN, tantangan dalam implementasi pemanfaatan PLTS atap masih ada. Salah satunya adalah kebutuhan investasi awal yang cukup besar untuk pemasangan sistem PLTS atap. Selain itu, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, termasuk masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah daerah, untuk mewujudkan Bali sebagai provinsi mandiri energi bersih.

Koster berharap agar semakin banyak pihak yang berkomitmen untuk memasang PLTS atap dan mendukung transisi energi di Bali. "Kalau ini terjadi saya kira Bali itu akan keren dan pariwisata Bali akan naik kelas dan kita menjadi sehat," harapnya.

Dengan komitmen yang kuat dan dukungan dari semua pihak, Bali diharapkan dapat mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2045 dan menjadi contoh bagi daerah lain dalam pemanfaatan energi bersih dan terbarukan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index