JAKARTA - PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menegaskan komitmennya untuk memperkuat peran sebagai penggerak utama dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT), khususnya panas bumi, guna mendukung percepatan transisi energi nasional. Komitmen ini sejalan dengan peluncuran Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Potensi Energi Panas Bumi Indonesia
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, dengan estimasi cadangan mencapai 23,74 gigawatt (GW) yang tersebar di 368 lokasi. Namun, hingga akhir 2024, baru sekitar 2,68 GW yang terpasang. Pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 5,2 GW dalam 10 tahun ke depan, atau hingga 2035 .
RUPTL 2025–2034: Fokus pada Energi Terbarukan
Dalam RUPTL 2025–2034, pemerintah menargetkan penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 71 GW, dengan 70% di antaranya berasal dari sumber energi terbarukan. Perincian kapasitas tambahan tersebut mencakup 17 GW dari tenaga surya, 16 GW dari tenaga air, 5 GW dari panas bumi, dan sisanya dari sumber energi terbarukan lainnya .
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menegaskan bahwa PLN berkomitmen untuk mendukung target pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8% melalui swasembada energi yang berkelanjutan. “Kami tengah merancang ulang usulan RUPTL, di mana hingga tahun 2040, PLN akan menambah 100 GW energi listrik yang mayoritas bersumber dari energi terbarukan,” ujar Darmawan .
Kolaborasi Strategis dalam Pengembangan Panas Bumi
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi panas bumi, PLN IP menjalin kolaborasi dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE). Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Joint Development Agreement (JDA) pada 30 Mei 2024 di Jakarta. Edwin Hidayat Abdullah, Direktur Utama PLN IP, menyatakan bahwa JDA ini menandai tahap baru upaya kedua perusahaan energi besar dalam negeri untuk mengoptimalkan kapasitas sejumlah PLTP di Indonesia. “Kerja sama ini akan merangsang pemanfaatan potensi sumber daya panas bumi yang dapat mendorong akselerasi transisi energi nasional,” ujar Edwin .
Salah satu proyek kolaboratif yang dilakukan adalah pengembangan PLTP Lahendong Binary Unit (15 MW) dan PLTP Ulubelu Binary Unit (30 MW). Proyek ini merupakan bagian dari upaya PLN IP dan PGE dalam memaksimalkan potensi energi baru terbarukan untuk mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 atau lebih cepat
Proyek PLTP di Maluku: Prioritas Strategis Pemerintah
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa proyek pembangunan PLTP berkapasitas 40 MW di Provinsi Maluku telah dimasukkan dalam RUPTL PLN 2025–2034. Proyek ini dilakukan karena Maluku memiliki potensi panas bumi yang besar untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT). “Provinsi Maluku ini punya potensi panas bumi sebesar 40 MW. Saya minta PLN segera manfaatkan potensi ini untuk membangun PLTP di sini,” tegas Bahlil .
Pembangunan PLTP di Maluku diharapkan dapat memperkuat keandalan pasokan listrik di kawasan timur Indonesia dan mendukung program transisi energi nasional.
Infrastruktur Pendukung: Jaringan Transmisi Energi Terbarukan
Untuk mendukung pengembangan energi terbarukan, PLN juga berencana membangun jaringan transmisi yang mendukung energi hijau. Pembangunan infrastruktur transmisi ini penting untuk mengatasi ketidakcocokan antara ketersediaan sumber energi terbarukan berbasis baseload dengan permintaan listrik di pusat. Menurut Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, PLN juga berkomitmen untuk membangun jaringan smart grid guna meningkatkan kapasitas pembangkit EBT berjenis intermittent atau EBT variabel menjadi 28 GW hingga tahun 2040 .
PLN Indonesia Power berkomitmen untuk memperkuat peran sebagai penggerak utama dalam pengembangan energi baru terbarukan, khususnya panas bumi, guna mendukung percepatan transisi energi nasional. Melalui kolaborasi strategis dengan PGE, pembangunan proyek PLTP di Maluku, dan pengembangan infrastruktur pendukung, PLN IP berupaya mewujudkan target pemerintah dalam mencapai 59% bauran energi terbarukan pada tahun 2034 .
Dengan langkah-langkah konkret ini, PLN Indonesia Power berperan aktif dalam mendukung transisi energi yang berkelanjutan dan pencapaian target Net Zero Emissions pada tahun 2060 atau lebih cepat.