JAKARTA - Harga batubara Newcastle kontrak pengiriman Juni 2025 mengalami penguatan signifikan, mencatatkan level US$ 109,5 per ton pada perdagangan Selasa 27 MEI 2025. Kenaikan ini sekitar 5% dibandingkan sebulan sebelumnya, setelah sebelumnya terjerembab dalam tren penurunan selama dua bulan berturut-turut. Namun, meskipun ada optimisme jangka pendek, para analis memperingatkan bahwa penguatan harga ini kemungkinan besar tidak akan bertahan lama, mengingat sejumlah faktor fundamental yang membayangi pasar batubara global.
Faktor Pendorong Kenaikan Harga
Beberapa faktor telah berkontribusi terhadap rebound harga batubara Newcastle dalam sebulan terakhir. Pertama, cuaca ekstrem di beberapa negara Asia meningkatkan konsumsi energi, yang otomatis mendorong permintaan batubara. Selain itu, gangguan produksi di China juga menjadi salah satu faktor utama yang mendorong kenaikan harga batubara. Gangguan produksi batubara di China memicu ketidakseimbangan antara permintaan dan pasokan di pasar global. Kondisi ini semakin diperburuk oleh kenaikan harga komoditas energi lain, seperti gas alam dan minyak mentah, yang membuat batubara menjadi alternatif energi yang lebih murah dan dapat diandalkan.
Tekanan Pasokan dan Produksi Global
Meskipun ada peningkatan harga, pasar batubara global masih dihadapkan pada tekanan pasokan yang signifikan. Produksi batubara global diperkirakan akan meningkat pada tahun 2025, dengan China mengumumkan bahwa produksinya akan meningkat 1,5% menjadi 4,82 miliar ton pada tahun 2025 setelah mencatat rekor pada tahun 2024. Peningkatan produksi ini bertujuan untuk memperluas kapasitas penambangan guna menghindari risiko ketersediaan dari batasan emisi karbon dan penutupan tambang karena pelanggaran protokol keselamatan. Selain itu, produksi Indonesia naik ke rekor tertinggi 836 juta ton pada tahun 2024, 18% di atas targetnya. Namun, meskipun ada peningkatan produksi, pasokan batubara global masih menghadapi tantangan, terutama terkait dengan infrastruktur dan logistik yang terbatas.
Transisi Energi dan Dampaknya terhadap Permintaan
Salah satu faktor utama yang dapat membatasi prospek jangka panjang harga batubara adalah transisi global menuju energi terbarukan. Laporan dari Bank Dunia menyebutkan bahwa konsumsi batubara global diperkirakan akan sedikit menurun pada 2025 dan terus menurun pada 2026, seiring dengan semakin cepatnya peralihan ke energi terbarukan dan gas alam untuk pembangkit listrik, sehingga menggantikan batubara. Konsumsi listrik tambahan di China, konsumen batubara terbesar di dunia, sebagian besar dipenuhi oleh energi terbarukan dan pembangkit listrik tenaga air, sementara India mendorong peningkatan konsumsi batubara global pada paruh pertama tahun 2024.
Proyeksi Harga dan Outlook Pasar
Analis dari RBC Capital Markets memperkirakan bahwa harga batubara Newcastle akan mengalami rebound menjadi US$ 135 per ton pada kuartal kedua 2025. Mereka mencatat bahwa harga batubara saat ini diposisikan di sekitar persentil ke-80 dari kurva biaya global, yang mengindikasikan bahwa harga lebih tinggi daripada biaya produksi untuk sebagian besar penambang batubara global. Namun, mereka juga memperingatkan bahwa pasokan batubara akan dengan cepat berkurang karena terbatasnya modal yang tersedia untuk perusahaan-perusahaan pertambangan batubara. Selain itu, mereka memprediksi bahwa permintaan batubara akan meningkat karena batubara masih jauh lebih murah untuk digunakan dibandingkan dengan gas alam pada harga spot saat ini.
Meskipun harga batubara Newcastle menunjukkan penguatan dalam jangka pendek, prospek jangka panjang pasar batubara global tetap menghadapi tantangan signifikan. Tekanan pasokan, peningkatan produksi di negara-negara penghasil utama, dan transisi energi global menuju sumber energi terbarukan menjadi faktor-faktor yang dapat membatasi potensi kenaikan harga batubara. Investor dan pelaku industri perlu mempertimbangkan faktor-faktor ini dalam strategi investasi dan operasional mereka untuk menghadapi dinamika pasar batubara yang terus berubah.