JAKARTA - Harga minyak dunia menunjukkan stabilitas setelah mencatat lonjakan tajam dalam sepekan terakhir. Para pelaku pasar kini mengalihkan fokus pada dialog perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang digelar di London, yang berpotensi membawa angin segar bagi perekonomian global dan pasar energi.
Minyak mentah Brent diperdagangkan stabil di atas US$66 per barel, setelah membukukan kenaikan sebesar 4% dalam sepekan terakhir. Di sisi lain, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) tercatat berada di kisaran US$64,59 per barel. Keduanya menunjukkan pergerakan harga yang relatif datar menjelang negosiasi penting antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Perundingan perdagangan antara Washington dan Beijing kembali menjadi sorotan utama pasar global. Pertemuan yang digelar di London itu diharapkan mampu memberikan kepastian arah kebijakan ekonomi kedua negara, serta meredakan ketegangan dagang yang selama ini membebani prospek pertumbuhan ekonomi global.
“Pasar berharap pertemuan ini akan membawa kejelasan terkait arah kebijakan perdagangan kedua negara dan mengurangi ketidakpastian yang selama ini menekan permintaan energi,” ujar analis energi dari UBS Group AG, Giovanni Staunovo.
Tekanan Turun Harga Minyak di Awal Tahun
Sejak awal tahun ini, harga minyak global telah melemah sekitar 11%. Penurunan ini dipicu kekhawatiran mendalam akan dampak negatif dari perang dagang yang berkepanjangan. Ketegangan perdagangan antara AS dan China selama beberapa tahun terakhir telah memperlambat arus perdagangan internasional, menghambat pertumbuhan industri, dan mengurangi permintaan terhadap energi fosil, termasuk minyak mentah.
Kondisi tersebut diperburuk dengan keputusan aliansi produsen minyak OPEC+ yang secara mengejutkan meningkatkan produksi mereka melebihi perkiraan pasar. Kenaikan pasokan ini menciptakan potensi kelebihan stok di pasar global, terutama pada paruh kedua tahun ini, yang dikhawatirkan dapat menekan harga lebih jauh jika permintaan tak mampu mengimbanginya.
“Pasokan yang meningkat di tengah ancaman permintaan yang menurun jelas menjadi perhatian utama pelaku pasar,” kata seorang trader komoditas di Singapura yang tidak disebutkan namanya.
Volatilitas Harga Menurun
Meski demikian, sejak pertengahan Mei, harga minyak berjangka bergerak dalam rentang yang relatif sempit, yakni kurang dari US$4. Indikator volatilitas juga tercatat berada pada titik terendah sejak awal April, menunjukkan bahwa pasar mulai memasuki fase konsolidasi sembari menanti sinyal makroekonomi lebih lanjut.
Stabilnya harga saat ini menunjukkan bahwa pasar tengah menahan napas, menunggu hasil nyata dari perundingan AS-China sebelum mengambil posisi lebih agresif. Jika dialog di London menghasilkan kesepakatan atau setidaknya sinyal positif terkait arah hubungan dagang ke depan, bukan tidak mungkin harga minyak akan kembali mengalami reli dalam waktu dekat.
Harga Terkini Minyak Dunia
Menurut data pasar terkini, harga minyak Brent untuk pengiriman bulan Agustus tercatat nyaris tidak mengalami perubahan di level US$66,49 per barel pada sesi pagi waktu Asia. Sementara itu, WTI untuk pengiriman Juli juga bergerak stabil di kisaran US$64,59 per barel. Kedua kontrak menunjukkan pergerakan sideways sebagai cerminan kehati-hatian investor.
Analis memperkirakan bahwa kestabilan harga ini tidak akan berlangsung lama. Jika ketidakpastian global mulai mereda, terutama dari sisi geopolitik dan perdagangan internasional, permintaan minyak dapat meningkat kembali seiring membaiknya prospek pertumbuhan ekonomi global.
“Kami memproyeksikan permintaan energi akan pulih secara bertahap jika ketegangan dagang dapat diredam dan kebijakan suku bunga global mulai stabil,” jelas Staunovo dari UBS.
Prospek ke Depan
Dengan berbagai faktor penentu yang masih bergerak dinamis, termasuk kebijakan suku bunga bank sentral utama dunia dan arah hubungan dagang antara AS dan China, pasar minyak diprediksi akan tetap dalam kondisi fluktuatif. Namun demikian, stabilitas harga dalam beberapa hari terakhir memberikan sedikit harapan bahwa kondisi pasar mungkin mulai membaik.
Perhatian pelaku pasar dalam beberapa hari ke depan akan terus tertuju pada hasil pertemuan dagang tersebut. Keputusan yang diambil oleh kedua belah pihak akan sangat menentukan arah harga minyak selanjutnya, baik dalam jangka pendek maupun menengah.