JAKARTA - Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara, masih harus bersabar menghadapi pemadaman listrik bergilir yang belakangan semakin sering terjadi. Namun, kabar baik datang dari pihak PLN Cabang Sangihe yang memastikan bahwa perbaikan pembangkit sedang berlangsung dan layanan listrik akan kembali stabil pada awal Juli 2025 mendatang.
Keluhan masyarakat terkait pemadaman listrik yang cukup mengganggu aktivitas harian, terutama pada malam hari, menjadi perhatian serius PLN. Pasalnya, selain berdampak pada rumah tangga, pemadaman ini juga mengganggu layanan publik, usaha kecil, hingga fasilitas kesehatan yang sangat mengandalkan pasokan listrik stabil.
Asisten Manager Keuangan dan Umum PLN Cabang Sangihe, Edmond Sahadagi, menjelaskan bahwa gangguan pasokan listrik yang terjadi belakangan ini bukan disebabkan oleh kelalaian teknis, melainkan kombinasi antara cuaca ekstrem dan kebutuhan pemeliharaan mesin pembangkit. “Selain itu adanya proses perbaikan dan pemeliharaan mesin yang merupakan agenda rutin untuk maintenance,” ungkap Sahadagi.
- Baca Juga Perumahan Terjangkau Tidore
Sahadagi mengakui bahwa kondisi mesin pembangkit di wilayah Tahuna dan Tabukan Utara mengalami gangguan yang cukup serius. Oleh karena itu, PLN terpaksa menerapkan pemadaman bergilir sebagai solusi sementara agar kerusakan tidak berdampak lebih luas ke sistem kelistrikan di seluruh wilayah Sangihe. “Pemadaman bergilir atau terjadwal dilakukan guna menjawab kondisi kerusakan sehingga tidak menggangu secara keseluruhan pembangkit milik PLN,” jelasnya.
Menurut Sahadagi, cuaca ekstrem beberapa waktu terakhir juga menjadi faktor yang memperparah kondisi kelistrikan. Hujan deras disertai angin kencang bukan hanya menyebabkan gangguan pada jaringan distribusi, tetapi juga memperlambat proses perbaikan karena membahayakan petugas yang bekerja di lapangan.
Meski demikian, PLN tetap berkomitmen untuk melakukan pemulihan secara bertahap. Beberapa suku cadang penting telah didatangkan untuk mempercepat perbaikan, dan petugas teknis telah bekerja siang-malam memastikan pemeliharaan selesai sesuai target.
PLN juga menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pelanggan atas ketidaknyamanan yang terjadi. “Kami memahami situasi ini sangat mengganggu, terutama bagi warga yang memiliki kebutuhan mendesak. Namun kami pastikan awal Juli akan selesai pekerjaan pemeliharaan dan listrik kembali normal untuk melayani masyarakat,” kata Sahadagi, menegaskan komitmen PLN.
Gangguan kelistrikan di Sangihe bukan hanya berdampak pada rumah tangga, tetapi juga pada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Sejumlah pemilik warung makan, penjahit, hingga usaha percetakan mengaku harus menghentikan operasional lebih cepat atau menambah biaya untuk membeli bahan bakar genset. Hal ini menambah beban ekonomi masyarakat yang sudah cukup berat.
“Setiap mati lampu, kami terpaksa pakai genset. Tapi bensin mahal, jadi kalau sering padam, biaya operasional jadi naik,” ujar Rahman, pemilik usaha percetakan di Tahuna. Ia berharap perbaikan segera tuntas agar aktivitas bisnisnya kembali lancar.
Sementara itu, sejumlah warga lainnya menuturkan bahwa pemadaman listrik juga membuat aktivitas belajar anak-anak di malam hari terganggu. “Anak-anak susah belajar kalau lampu mati, apalagi kalau lama,” kata Maria, seorang ibu rumah tangga di Tabukan Utara. Maria berharap pemerintah daerah juga bisa ikut membantu mempercepat solusi masalah kelistrikan.
PLN Cabang Sangihe memastikan telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk mendukung proses perbaikan ini. Koordinasi ini penting agar berbagai pihak terkait, termasuk aparat desa dan kecamatan, dapat membantu memberikan pemahaman kepada warga tentang jadwal pemadaman bergilir dan progres perbaikan mesin pembangkit.
Selain itu, PLN juga membuka layanan pengaduan 24 jam melalui call center dan aplikasi PLN Mobile agar masyarakat bisa langsung melaporkan apabila ada gangguan listrik di luar jadwal pemadaman yang sudah ditentukan. Harapannya, jalur komunikasi ini memudahkan pelanggan dan mempercepat penanganan kendala di lapangan.
Dari pantauan di lapangan, beberapa petugas teknis PLN sudah terlihat melakukan perbaikan di beberapa titik jaringan distribusi yang terkena dampak cuaca buruk. Aktivitas perbaikan ini dilakukan secara bertahap karena terbatasnya akses di beberapa daerah pesisir yang hanya bisa dijangkau lewat jalur laut.
Warga pun mulai menaruh harapan besar pada komitmen PLN yang menjanjikan listrik kembali normal awal Juli. “Mudah-mudahan tidak molor lagi, karena listrik ini penting sekali untuk semua kebutuhan,” ujar Yohana, seorang guru SD di Tahuna, yang mengaku aktivitas mengajar daringnya kerap terkendala jika listrik padam di malam hari.
Kondisi ini menjadi pengingat pentingnya investasi pada pembangkit dan infrastruktur jaringan yang lebih andal di wilayah kepulauan seperti Sangihe. Selain itu, PLN dan pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kondisi cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi akibat perubahan iklim.
Dengan langkah perbaikan yang sedang berjalan dan dukungan semua pihak, masyarakat Sangihe kini menunggu janji pemulihan pasokan listrik terealisasi pada awal Juli, agar aktivitas warga, layanan publik, dan roda perekonomian dapat kembali berjalan normal seperti sediakala.