ANIES BASWEDAN

Anies Baswedan Ungkap Makna Papan Tulis dalam Kepemimpinan

Anies Baswedan Ungkap Makna Papan Tulis dalam Kepemimpinan
Anies Baswedan Ungkap Makna Papan Tulis dalam Kepemimpinan

JAKARTA - Dalam dunia birokrasi yang penuh rutinitas administratif dan formalitas, hadirnya sebuah benda sederhana seperti papan tulis bisa menjadi alat transformasional. Hal inilah yang diangkat oleh Mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, yang membagikan refleksi mendalam tentang pentingnya papan tulis dalam menjalankan kepemimpinan dan pengambilan keputusan di pemerintahan.

Ungkapan tersebut disampaikan Anies melalui sebuah video singkat yang ia unggah di akun media sosial X (dahulu Twitter) miliknya, @AniesBaswedan. Dalam video itu, Anies tidak hanya berbicara tentang alat tulis itu sendiri, tetapi menjadikannya simbol penting dalam praktik berpikir kolektif, transparansi, dan pengambilan keputusan yang inklusif di ruang-ruang kekuasaan.

Papan Tulis: Lebih dari Sekadar Alat Visual

"Selama lima tahun di Balai Kota, papan tulis tidak pernah kosong," ujar Anies dalam video berdurasi sekitar dua menit itu.

Pernyataan tersebut tidak berhenti pada makna fisik semata. Bagi Anies, papan tulis bukan sekadar alat bantu visual untuk presentasi, tetapi medium dinamis untuk merancang kebijakan, memecahkan masalah, hingga merumuskan ide-ide pembangunan bersama para staf dan pemangku kebijakan lainnya.

"Setiap hari, ada rapat. Setiap hari, ada diskusi. Setiap hari, ada papan tulis yang jadi saksi lahirnya gagasan. Di sanalah, spidol bukan hanya menuliskan huruf, tapi menyusun arah dan langkah," imbuhnya.

Dalam narasi tersebut, Anies mencoba menghadirkan suasana kerja yang kolaboratif dan penuh partisipasi selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta dari tahun 2017 hingga 2022. Ia menggambarkan papan tulis sebagai jantung pemikiran strategis di balik berbagai kebijakan yang ia rancang.

Kepemimpinan yang Memvisualkan Ide

Apa yang ingin ditekankan oleh Anies sejatinya adalah metodologi berpikir dan memimpin yang terbuka serta analitis. Dalam kepemimpinan modern, pengambilan keputusan tidak lagi sekadar instruksi satu arah dari atas ke bawah, tetapi merupakan hasil proses pertukaran gagasan dan refleksi bersama.

“Papan tulis adalah tempat pertama kali banyak ide kebijakan ditulis, dikritisi, dan diputar ulang sebelum menjadi keputusan,” tutur Anies.

Ia menambahkan, di ruangan kerjanya kala itu tidak hanya ada kursi dan meja kerja, melainkan sebuah ruang yang memungkinkan lahirnya interaksi antar pemikir. Papan tulis menjadi alat yang mengubah kebijakan dari sekadar teks formal menjadi narasi kolaboratif.

Menurutnya, kebiasaan menuliskan gagasan secara terbuka di papan tulis mendorong proses berpikir sistematis. Setiap ide tidak langsung dijalankan, tetapi dikaji bersama, dilihat dari berbagai sisi—dan dalam proses itulah, partisipasi dari berbagai elemen menjadi nyata.

Antitesis Gaya Kepemimpinan Otoriter

Di tengah realitas politik yang kerap sarat dengan pengambilan keputusan tertutup, narasi Anies tentang papan tulis menjadi semacam antitesis terhadap gaya kepemimpinan otoriter yang menutup ruang kritik dan diskusi.

Melalui pendekatan ini, Anies secara tidak langsung menyuarakan pentingnya akuntabilitas, transparansi, dan budaya berpikir terbuka dalam lingkungan birokrasi. Sebuah gaya kepemimpinan yang lebih mengedepankan dialog daripada monolog, lebih memfasilitasi kolaborasi daripada dominasi sepihak.

Banyak pengamat menilai, pendekatan ini juga sejalan dengan gaya komunikasi Anies yang dikenal retoris namun penuh muatan naratif. Ia tidak sekadar menyampaikan kebijakan, tetapi berusaha menghadirkan “cerita di balik kebijakan”.

Netizen dan Respons Publik

Unggahan video itu pun menuai beragam respons dari warganet. Banyak yang merasa terinspirasi dengan pendekatan visual dan partisipatif yang diangkat Anies.

“Saya jadi ingin menerapkan ini di kantor. Terasa sederhana tapi berdampak,” tulis salah satu pengguna X.

Namun, tidak sedikit pula yang menganggap narasi tersebut terlalu simbolis dan terkesan “romantisasi kerja birokrasi”. Kritikus menyebut bahwa pentingnya papan tulis tidak serta merta menjamin kualitas kebijakan atau pelayanan publik.

“Kami butuh hasil, bukan cerita tentang spidol dan papan tulis,” tulis komentar lain dengan nada sinis.

Meskipun demikian, video ini sekali lagi menunjukkan kemampuan Anies dalam membingkai hal-hal sehari-hari menjadi pesan politik dan kepemimpinan yang lebih besar.

Papan Tulis sebagai Simbol Gaya Anies

Selama masa kepemimpinannya, Anies memang dikenal memiliki cara berkomunikasi yang unik. Ia sering membingkai pengalaman praktis dalam metafora-metafora yang menyentuh sisi filosofis. Bagi pendukungnya, ini adalah cerminan pemimpin yang reflektif dan humanis. Bagi para pengkritiknya, pendekatan ini kadang dianggap tidak konkret.

Terlepas dari persepsi tersebut, papan tulis yang diangkat Anies memang menyimpan makna yang tidak sederhana. Dalam dunia manajerial modern, khususnya di sektor pemerintahan yang sarat kompleksitas, kemampuan memetakan masalah secara visual bisa menjadi keunggulan strategis.

“Di sana kami mengurai tantangan. Di sana pula kami menyusun skenario dan alternatif solusi,” kata Anies menutup videonya.

Relevansi untuk Pemimpin Masa Kini

Apa yang disampaikan Anies juga menjadi refleksi bagi banyak pemimpin di berbagai tingkatan. Dalam era digital sekalipun, media analog seperti papan tulis tetap memiliki peran krusial dalam menyederhanakan ide, merangsang diskusi terbuka, dan mendorong partisipasi kolektif.

Pendekatan ini dapat menjadi contoh bagi pimpinan instansi, lembaga pendidikan, hingga perusahaan yang ingin membangun kultur berpikir bersama. Papan tulis bukan hanya milik ruang kelas, tetapi juga ruang kekuasaan yang sehat dan partisipatif

Melalui narasi sederhana tentang papan tulis, Anies Baswedan berhasil membagikan sebuah gagasan mendalam tentang cara memimpin, berpikir, dan mengambil keputusan secara kolaboratif. Ia mengajak publik untuk melihat bahwa alat sekecil apapun, jika digunakan dengan penuh kesadaran, bisa menjadi katalisator perubahan besar dalam birokrasi dan tata kelola pemerintahan.

Dalam dunia yang serba cepat dan instan, pendekatan yang menekankan pada proses berpikir kolektif dan visualisasi gagasan menjadi semakin relevan. Dan mungkin, sebagaimana Anies sampaikan, semua itu bisa dimulai dari sebuah papan tulis dan sebatang spidol.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index