JAKARTA - Upaya pengurangan emisi karbon dan ketergantungan terhadap energi fosil terus digaungkan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Di tengah komitmen global terhadap energi bersih, Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE) mengambil peran strategis melalui pengembangan energi panas bumi (geothermal) yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Sebagai anak perusahaan Pertamina yang bergerak di sektor energi baru dan terbarukan, Pertamina NRE saat ini telah mengelola enam wilayah pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) yang tersebar di berbagai daerah strategis Indonesia. Lokasinya meliputi Lampung, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, Sulawesi Utara, serta dua titik di Jawa Barat.
Dalam penjelasan terbarunya, Analis II Government Relation, Corporate Communication and Stakeholders Management Pertamina NRE, Arif Mulizar, menyampaikan bahwa energi panas bumi merupakan solusi energi bersih yang efektif dan tak menimbulkan degradasi sumber daya alam. “Kita tidak mengambil sumber daya yang habis dari dalam bumi. Kita hanya memanfaatkan panasnya. Inilah yang membuat geothermal tergolong energi terbarukan,” ujarnya.
- Baca Juga Update Harga BBM per 31 Juli 2025
Arif menekankan bahwa fokus pada pengembangan energi panas bumi bukan semata-mata untuk menjawab kebutuhan energi masa depan, tetapi juga sebagai bentuk konkret kontribusi terhadap target dekarbonisasi nasional dan global. Energi geothermal, menurutnya, mampu memberi nilai tambah secara ekologis dan ekonomi, karena ramah lingkungan serta tidak bersifat eksploitasi permanen.
“Pengembangan energi baru terbarukan seperti geothermal menjadi kunci menuju masa depan energi yang berkelanjutan. Selain ramah lingkungan, energi panas bumi juga tidak akan habis,” tegasnya.
Cara Kerja dan Keunggulan Energi Panas Bumi
Berbeda dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil yang menghasilkan emisi tinggi, PLTP bekerja dengan memanfaatkan panas alami dari dalam bumi untuk menghasilkan uap yang kemudian memutar turbin. Proses ini berlangsung tanpa pembakaran bahan bakar dan menghasilkan emisi karbon yang sangat rendah.
“Kita manfaatkan panas bumi untuk menciptakan uap air yang bisa memutar turbin. Selain ramah lingkungan, geotermal ini juga tidak bisa habis,” jelas Arif lebih lanjut.
Kelebihan inilah yang membuat energi geothermal menjadi salah satu pilar utama dalam agenda transisi energi nasional. Sebagai negara dengan potensi panas bumi terbesar kedua di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan kapasitas PLTP secara signifikan dan merata di berbagai wilayah, termasuk daerah-daerah yang belum terjangkau jaringan listrik konvensional.
Komitmen pada Energi Bersih dan Masa Depan Industri Hijau
Pertamina NRE menyadari bahwa transisi energi bukan hanya soal mengganti bahan bakar, melainkan juga membangun sistem energi baru yang inklusif dan berkeadilan. Dalam konteks ini, geothermal menjadi pilihan strategis karena tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga stabil dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Seiring dengan meningkatnya kebutuhan energi listrik nasional dan komitmen Indonesia terhadap net zero emission (NZE), peran geothermal semakin penting. Pertamina NRE berkomitmen mempercepat pengembangan pembangkit berbasis panas bumi dengan pendekatan ramah lingkungan, efisien, dan berbasis teknologi tinggi.
Pengembangan ini juga selaras dengan target bauran energi nasional yang mencanangkan porsi energi baru terbarukan mencapai 23 persen pada 2025. Kehadiran PLTP di berbagai daerah diharapkan tidak hanya mendukung pemenuhan target tersebut, tetapi juga menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi lokal dan penguatan industri hijau.
Potensi Wilayah dan Strategi Ke Depan
Enam wilayah PLTP yang dikelola oleh Pertamina NRE saat ini menjadi pondasi utama dalam pengembangan lanjutan proyek energi bersih. Daerah-daerah seperti Sumatera dan Sulawesi dinilai memiliki karakter geologi yang sangat mendukung pengembangan panas bumi dalam skala besar.
Dengan kapasitas tersebut, Pertamina NRE terus melakukan kajian teknis dan finansial guna memastikan bahwa setiap proyek PLTP dapat berjalan secara optimal, tidak hanya dari sisi operasional, tetapi juga dari dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan.
Dalam jangka menengah hingga panjang, perusahaan menargetkan untuk menambah kapasitas terpasang panas bumi secara bertahap, baik melalui ekspansi lapangan eksisting maupun pembukaan potensi baru di wilayah lain yang masih belum tergarap maksimal.
Peran Masyarakat dan Kolaborasi Multipihak
Keberhasilan pengembangan energi geothermal juga sangat bergantung pada dukungan masyarakat sekitar dan sinergi lintas sektor. Pertamina NRE menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, swasta, akademisi, serta komunitas lokal untuk memastikan bahwa pembangunan PLTP berjalan dengan prinsip keberlanjutan dan inklusivitas.
Dengan prinsip tersebut, perusahaan juga mengintegrasikan program tanggung jawab sosial dan lingkungan di wilayah operasinya, termasuk pelatihan tenaga kerja lokal, peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar, dan pelestarian lingkungan hidup.
Menuju Transisi Energi yang Nyata
Transformasi menuju energi bersih di Indonesia bukan lagi wacana, melainkan realitas yang sedang berlangsung. Peran Pertamina NRE melalui pengembangan panas bumi menjadi bukti nyata bahwa sektor energi Indonesia sedang bergerak ke arah yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Energi geothermal tidak hanya membantu menekan emisi karbon, tetapi juga memperkuat ketahanan energi nasional dan membuka jalan menuju masa depan industri rendah karbon. Dengan potensi yang sangat besar dan dukungan teknologi yang terus berkembang, pembangkit listrik tenaga panas bumi akan menjadi tulang punggung sistem energi bersih Indonesia di masa mendatang.