JAKARTA - Kabupaten Tapin kembali menghadirkan momen spesial dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dengan cara yang unik. Alih-alih hanya menggelar upacara formal, pemerintah setempat memilih untuk menghidupkan kembali tradisi melalui Festival Olahraga Tradisional. Kegiatan ini tidak hanya menampilkan keahlian fisik peserta, tetapi juga menegaskan pentingnya pelestarian budaya lokal dan mempererat tali silaturahmi antarwarga dan aparatur.
Festival ini menampilkan dua permainan khas Tapin, yaitu Balogo dan Bakatikan, yang telah menjadi bagian dari identitas budaya daerah. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa olahraga tradisional bukan sekadar hiburan, tetapi juga sarana pendidikan karakter, melatih ketangkasan, dan membangun sportivitas.
Balogo: Ketangkasan dan Strategi
Dalam perlombaan Balogo, peserta dituntut untuk menunjukkan ketangkasan dan strategi. Permainan ini menantang mereka untuk memukul logo dengan tepat agar mengenai sasaran lawan. Tidak hanya mengandalkan kekuatan fisik, Balogo juga membutuhkan konsentrasi tinggi, koordinasi, serta kemampuan membaca pergerakan lawan.
Sorak-sorai penonton menambah semarak suasana, menciptakan atmosfer kompetitif sekaligus menyenangkan. Para peserta dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) saling adu keterampilan, namun tetap menjunjung sportivitas. Keikutsertaan SKPD menunjukkan bahwa festival ini juga berperan sebagai media memperkuat kebersamaan antar-aparatur dan membangun rasa persaudaraan.
Bakatikan: Ketelitian dan Fokus
Selain Balogo, festival ini menghadirkan perlombaan Bakatikan. Dalam permainan ini, peserta diberikan sepuluh peluru yang harus mengenai sasaran tertentu. Permainan ini menguji ketelitian, fokus, dan kontrol diri, sehingga menjadi tantangan yang berbeda dari Balogo.
Menurut Taufiqurahman, Pelaksana Tugas Asisten Ekonomi dan Pembangunan, kegiatan ini menjadi sarana untuk melatih keterampilan sekaligus mempererat hubungan antar-SKPD. “Olahraga tradisional seperti Balogo dan Bakatikan merupakan warisan budaya yang harus kita lestarikan. Selain melatih keterampilan dan sportivitas, kegiatan ini juga mempererat silaturahmi antar Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD),” ujarnya.
Suasana di lapangan pun semakin meriah dengan kehadiran masyarakat yang antusias menyaksikan permainan. Mereka ikut terlibat dalam merayakan kemeriahan festival, baik sebagai penonton maupun pendukung peserta. Interaksi ini menegaskan bahwa festival olahraga tradisional juga menjadi media penguatan ikatan sosial di masyarakat.
Pelestarian Budaya Lewat Olahraga
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tapin, Eko Haryono, menekankan bahwa festival ini tidak hanya sekadar hiburan. Kegiatan ini memiliki tujuan strategis untuk memupuk kebersamaan antar-aparatur sipil negara (ASN) dan masyarakat. “Dengan terselenggaranya Festival Olahraga Tradisional ini, semangat kemerdekaan tidak hanya dirayakan melalui upacara dan lomba modern, tetapi juga melalui pelestarian permainan khas daerah yang sarat nilai budaya dan kebersamaan,” katanya.
Festival ini menjadi bukti bahwa olahraga tradisional dapat menjadi jembatan antara generasi tua dan muda. Generasi tua sebagai penjaga tradisi dapat menularkan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi muda, sementara generasi muda memiliki kesempatan untuk mengenal dan menghargai warisan budaya daerahnya sendiri.
Dampak Positif Festival
Selain melestarikan budaya, festival olahraga tradisional seperti ini memiliki dampak positif lainnya. Kegiatan ini mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam olahraga, memperkuat rasa kebersamaan, serta menciptakan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta dan penonton.
Festival ini juga menjadi momentum bagi pemerintah daerah untuk menunjukkan dukungan terhadap pengembangan potensi lokal. Balogo dan Bakatikan bukan hanya permainan, tetapi simbol identitas Tapin yang kaya akan nilai budaya. Melalui festival ini, masyarakat diingatkan akan pentingnya menjaga dan meneruskan warisan leluhur.
Menjadi Agenda Rutin
Harapan dari penyelenggaraan festival ini adalah agar kegiatan semacam ini bisa menjadi agenda rutin pada setiap perayaan HUT RI. Dengan menjadikan olahraga tradisional sebagai bagian dari perayaan, nilai budaya, sportivitas, dan kebersamaan dapat terus ditanamkan dalam masyarakat.
Selain itu, festival ini memberi inspirasi bagi daerah lain untuk menggali dan mempromosikan permainan tradisional masing-masing. Dengan begitu, olahraga tradisional tidak hanya lestari, tetapi juga semakin dikenal di tingkat nasional.
Festival Olahraga Tradisional Tapin menjadi contoh nyata bagaimana perayaan kemerdekaan dapat dikombinasikan dengan pelestarian budaya. Balogo dan Bakatikan bukan hanya permainan, tetapi media pendidikan, hiburan, dan penguatan ikatan sosial antarwarga dan aparatur.
Melalui festival ini, generasi muda dapat mengenal warisan leluhur, masyarakat dapat merayakan kebersamaan, dan pemerintah daerah menunjukkan komitmennya dalam menjaga budaya lokal. Semangat olahraga, budaya, dan persaudaraan bersatu, menjadikan festival ini lebih dari sekadar perlombaan—melainkan simbol hidupnya tradisi dan semangat kemerdekaan di Kabupaten Tapin.