Penjelasan Dokter: Benarkah Pedas Picu Kanker

Selasa, 15 Juli 2025 | 12:21:14 WIB
Penjelasan Dokter: Benarkah Pedas Picu Kanker

JAKARTA - Makanan pedas kerap menjadi favorit banyak orang, terutama di Indonesia yang kaya dengan cita rasa rempah dan sambal. Namun, perdebatan soal efek buruk makanan pedas kembali mencuat setelah muncul kekhawatiran bahwa konsumsi pedas bisa memicu kanker. Sejumlah pakar kesehatan pun angkat bicara untuk meluruskan informasi tersebut.

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Diana F. Suganda, M.Kes, Sp.GK, menyebutkan bahwa makan makanan pedas secara umum tidak secara langsung menyebabkan kanker. Namun, ia menekankan bahwa konsumsi berlebihan dan terus-menerus makanan pedas dapat memicu berbagai gangguan kesehatan tertentu.

“Kalau konsumsi pedasnya sesekali dan tidak berlebihan, itu tidak masalah. Namun, kalau setiap hari, apalagi berkali-kali dalam sehari, tentu ada dampaknya,” jelas dr. Diana.

Ia menerangkan bahwa makanan pedas bisa menimbulkan iritasi di saluran pencernaan. Efek paling umum adalah meningkatnya risiko gastritis atau peradangan lambung. Hal ini terjadi karena kandungan capsaicin dalam cabai yang bersifat merangsang.

“Capsaicin sebenarnya punya manfaat antioksidan. Namun, bila dikonsumsi berlebihan justru bisa menimbulkan iritasi pada lambung hingga menyebabkan luka,” tambahnya.

Diana juga menegaskan bahwa makanan pedas tidak bisa secara langsung menyebabkan kanker. Risiko kanker biasanya berkaitan dengan pola makan tidak seimbang, konsumsi makanan pengawet, makanan yang terlalu banyak mengandung zat karsinogenik, serta gaya hidup yang tidak sehat.

“Jadi kalau dibilang makan pedas langsung picu kanker itu kurang tepat. Tapi kalau dikombinasikan dengan faktor-faktor risiko lain, misalnya sering makan gorengan, jarang makan sayur, merokok, itu baru bisa meningkatkan risiko,” ujar dr. Diana.

Senada dengan itu, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Prof. Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD-KKV, MARS, FINASIM, FACP, juga menyampaikan pandangan yang serupa. Menurutnya, makanan pedas sering kali hanya menjadi pemicu gejala masalah pencernaan pada orang yang memiliki gangguan lambung.

“Pada orang dengan gangguan asam lambung atau GERD, makanan pedas bisa memperparah gejala, seperti mual, perih, dan sakit ulu hati. Tapi bukan berarti makanan pedas menjadi penyebab utama kanker lambung,” ungkap Prof. Eka.

Menurut Prof. Eka, risiko kanker lambung lebih sering dipicu oleh infeksi Helicobacter pylori, konsumsi makanan awetan seperti ikan asin atau makanan tinggi garam, serta pola hidup tidak sehat, dibandingkan hanya dari makanan pedas.

Lebih jauh, ia juga menyebutkan ada studi yang menunjukkan konsumsi cabai dalam kadar moderat justru memiliki manfaat kesehatan. Misalnya, capsaicin dalam cabai diketahui dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan membantu membakar kalori.

“Capsaicin punya efek termogenik, bisa meningkatkan pembakaran kalori dan membantu mengontrol berat badan. Namun, tetap harus seimbang dengan konsumsi makanan sehat lainnya,” tambahnya.

Sementara itu, Kepala Departemen Ilmu Gizi FKUI-RSCM, Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc, mengingatkan pentingnya pola makan yang beragam dan tidak berlebihan. Ia mengatakan bahwa makanan pedas sah-sah saja dikonsumsi selama tidak berlebihan.

“Tubuh kita pada dasarnya membutuhkan keseimbangan. Jadi tidak ada satu jenis makanan pun yang bisa dilarang total. Intinya harus tahu batasannya,” katanya.

Prof. Saptawati juga menjelaskan bahwa konsumsi makanan pedas secara rutin bisa memicu gangguan pencernaan seperti diare, maag, dan refluks asam lambung. Jika terus-menerus dibiarkan, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi penyakit pencernaan kronis, tapi tidak serta merta menjadi kanker.

Sebagai panduan sehat, Prof. Saptawati menyarankan masyarakat untuk memperhatikan sinyal tubuh masing-masing. Jika setelah makan pedas muncul gejala tidak nyaman seperti perut kembung, mual, atau nyeri lambung, sebaiknya mulai mengurangi frekuensi konsumsi makanan pedas.

Selain itu, ia juga mengingatkan pentingnya mengimbanginya dengan konsumsi sayuran, buah, serta menghindari makanan olahan yang mengandung zat aditif atau pengawet berlebih.

“Kalau sekali-sekali makan pedas, tidak ada masalah. Justru tubuh bisa menikmati sensasi rasa tersebut. Tetapi kalau terlalu sering, risiko iritasi meningkat. Apalagi bila ada faktor risiko penyakit lambung, maka wajib mengurangi,” tandasnya.

Kesimpulannya, para ahli menegaskan bahwa makanan pedas tidak secara langsung menyebabkan kanker. Namun, konsumsi berlebihan dapat memicu iritasi pencernaan yang berpotensi berkembang menjadi penyakit serius jika tidak diimbangi dengan gaya hidup sehat.

Pesan dari para dokter jelas: tetap boleh makan pedas, asal tahu batas dan imbangi dengan pola makan sehat agar terhindar dari risiko penyakit jangka panjang.

Terkini

Erick: Pelatih Harus Pahami Sepak Bola ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:11:34 WIB

Olahraga Ringan, Manfaat Besar: Cukup 30 Menit Sehari

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:15:17 WIB

Asaba Gelar Turnamen Basket Veteran ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:18:02 WIB

Timnas Voli Putri Siap Tampil di Kejuaraan Dunia

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:21:01 WIB