Fenomena Hari Terpendek, BMKG Ungkap Penyebabnya

Selasa, 05 Agustus 2025 | 14:55:00 WIB
Fenomena Hari Terpendek, BMKG Ungkap Penyebabnya

JAKARTA - Fenomena alam kembali menarik perhatian publik setelah muncul kabar bahwa Bumi mengalami salah satu hari terpendeknya. Masyarakat pun ramai memperbincangkan kabar bahwa durasi waktu dalam sehari tidak lagi tepat 24 jam. Hal ini menimbulkan rasa penasaran, terutama setelah Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) turut memberikan penjelasan mengenai penyebab dari fenomena tersebut.

Rotasi Bumi Tidak Selalu Tepat 24 Jam

BMKG menjelaskan bahwa percepatan rotasi Bumi yang menyebabkan hari menjadi lebih pendek memang benar adanya, dan ini merupakan fenomena ilmiah yang dapat dijelaskan secara geofisika. Dalam laporan yang dikutip dari Antaranews, percepatan ini sebagian besar dipicu oleh pencairan es di wilayah kutub, yang merupakan salah satu dampak langsung dari pemanasan global.

Dampak Pemanasan Global terhadap Rotasi Bumi

Ketua Tim Bidang Geofisika Potensial BMKG, Syrojudin, menegaskan bahwa rotasi Bumi memang tidak selalu berlangsung tepat dalam 24 jam. Ia menyebut, “Yang terbaru itu karena global warming yang membuat es di kutub mencair, jadi berefek ke rotasi bumi,” ujarnya. Penjelasan ini memperkuat pemahaman bahwa perubahan lingkungan di permukaan Bumi dapat memengaruhi keseimbangan rotasi planet ini.

Perbedaan Waktu Hanya dalam Hitungan Milidetik

Selain itu, Syrojudin menambahkan bahwa efek dari fenomena ini terhadap aktivitas manusia sehari-hari sangatlah kecil, bahkan nyaris tidak terasa. Hal ini karena perbedaan durasi yang terjadi hanya berkisar dalam hitungan milidetik. Artinya, meskipun secara ilmiah signifikan, dampaknya tidak akan langsung dirasakan oleh masyarakat umum. “Yang jelas ini fenomena ini akan berlaku secara global dan dampaknya tidak terasa karena hanya beberapa milidetik saja,” tambahnya.

Faktor Lain yang Mempengaruhi Rotasi Bumi

Tidak hanya pencairan es di kutub, faktor lain yang disebut turut memengaruhi rotasi Bumi adalah pasang surut akibat gravitasi bulan. Efek pasang surut ini dapat menyebabkan redistribusi massa di Bumi, yang pada akhirnya memberi kontribusi terhadap ketidakkonsistenan kecepatan rotasi Bumi.

Informasi Hari Terpendek Masih Perlu Diteliti

Meskipun demikian, informasi yang beredar luas di masyarakat mengenai hari tertentu yang berlangsung lebih cepat, termasuk di Indonesia, masih perlu diteliti lebih lanjut. Syrojudin menyatakan bahwa ia tidak dapat memastikan validitas informasi mengenai percepatan rotasi yang terjadi tepat pada hari Selasa, 5 Agustus. Namun, ia menekankan bahwa fenomena seperti ini memang bersifat global, bukan hanya terjadi di satu wilayah atau negara saja.

Tercatat Sebagai Hari Terpendek Ketiga Tahun Ini

Sebelumnya, sejumlah ilmuwan dari bidang geofisika telah mengungkapkan bahwa Bumi menyelesaikan rotasi hariannya sedikit lebih cepat pada beberapa hari tertentu. Salah satu yang tercatat adalah pada 5 Agustus 2025, di mana Bumi mengalami hari terpendek ketiga sepanjang tahun itu. Informasi dari media luar negeri, seperti Space, mencatat bahwa pada hari tersebut durasi rotasi Bumi lebih cepat 1,25 milidetik dari standar 24 jam.

Tiga Hari Unik Sepanjang Tahun 2025

Fenomena serupa juga dilaporkan terjadi pada 9 Juli dan 22 Juli. Ketiganya merupakan bagian dari tren yang menarik perhatian komunitas ilmiah di seluruh dunia. Meski berbeda dalam durasi, ketiga hari tersebut sama-sama menunjukkan bagaimana faktor lingkungan, iklim, dan kekuatan alam lain bisa memengaruhi rotasi planet secara nyata.

Pengingat Akan Pentingnya Menjaga Lingkungan

Apa yang terjadi ini mengingatkan kita pada pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem Bumi. Perubahan iklim dan pemanasan global bukan hanya soal suhu udara atau naiknya permukaan laut, tetapi juga bisa sampai memengaruhi dinamika dasar planet, seperti kecepatan rotasi.

Tak Berdampak Langsung, Tapi Penting Dipantau

BMKG dan para ahli berharap bahwa masyarakat tidak perlu panik terhadap fenomena ini. Perubahan rotasi yang hanya beberapa milidetik tidak akan mengubah aktivitas keseharian secara signifikan. Namun, fenomena ini penting untuk terus dipantau sebagai bagian dari kajian ilmiah yang lebih luas mengenai dampak perubahan iklim dan aktivitas geofisika terhadap sistem Bumi secara keseluruhan.

Data Kecil, Dampak Ilmiah Besar

Penting untuk dicatat bahwa walaupun dampaknya tidak langsung terasa oleh masyarakat umum, pencatatan dan pemahaman ilmiah atas perubahan-perubahan kecil semacam ini sangat krusial bagi dunia ilmu pengetahuan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana Bumi berputar dan apa yang memengaruhinya, para ilmuwan bisa membuat prediksi yang lebih akurat terkait berbagai aspek, mulai dari pergerakan tektonik hingga navigasi satelit.

Planet yang Dinamis dan Kompleks

Secara keseluruhan, fenomena hari terpendek ini menjadi pengingat bahwa Bumi adalah sistem yang sangat kompleks dan dinamis. Setiap perubahan kecil pun bisa memiliki implikasi luas, baik dari sisi ilmiah maupun dalam penyusunan kebijakan global mengenai lingkungan dan perubahan iklim. Sehingga, meskipun milidetik mungkin terasa tak berarti bagi kebanyakan orang, di baliknya tersimpan informasi penting mengenai kondisi planet yang kita tinggali ini.

Terkini

Erick: Pelatih Harus Pahami Sepak Bola ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:11:34 WIB

Olahraga Ringan, Manfaat Besar: Cukup 30 Menit Sehari

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:15:17 WIB

Asaba Gelar Turnamen Basket Veteran ASEAN

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:18:02 WIB

Timnas Voli Putri Siap Tampil di Kejuaraan Dunia

Selasa, 05 Agustus 2025 | 15:21:01 WIB