JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan porsi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terhadap total kredit nasional terus menunjukkan kontribusi signifikan dalam industri perbankan Indonesia. Berdasarkan data per Maret 2025, porsi kredit KPR tercatat sebesar 10,16 persen dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan nasional. Angka ini menggambarkan peran penting sektor properti, khususnya perumahan, dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung kesejahteraan masyarakat.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan bahwa jenis KPR yang menjadi kontributor utama adalah KPR untuk rumah tipe 22 sampai dengan 70, serta KPR tipe di atas 70. Kedua kategori tersebut menjadi tulang punggung penyaluran kredit KPR secara keseluruhan.
“Kredit pemilikan rumah, khususnya untuk rumah tipe 22 sampai dengan 70 dan di atas 70, menjadi porsi terbesar dari total kredit KPR. Hal ini menunjukkan permintaan yang kuat dari masyarakat untuk memiliki hunian dengan berbagai tipe yang beragam,” ujar Dian Ediana Rae dalam keterangan resmi kepada media, Senin (26/5/2025).
Tren Pertumbuhan Kredit KPR di Indonesia
Data OJK memperlihatkan bahwa sektor KPR tetap menjadi salah satu motor penggerak utama dalam portofolio kredit perbankan nasional. Meskipun sektor lain mengalami fluktuasi, KPR terus mencatat pertumbuhan stabil seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan hunian yang layak.
Menurut Dian, fokus pemerintah dan regulator dalam mendorong sektor properti serta kebijakan suku bunga yang mendukung menjadi faktor pendorong utama peningkatan permintaan KPR. "Kami melihat bahwa kebijakan suku bunga yang kompetitif serta insentif yang diberikan kepada pelaku industri perumahan sangat berperan dalam memperkuat segmen KPR," tambah Dian.
Peran KPR dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Kredit KPR tidak hanya berkontribusi pada sektor perumahan, namun juga memberikan efek berganda terhadap sektor ekonomi lainnya. Industri bahan bangunan, jasa konstruksi, dan sektor pendukung lainnya ikut tumbuh seiring meningkatnya pembangunan rumah baru.
Dian menjelaskan, "Penyaluran KPR yang kuat mendorong pembangunan perumahan yang berkelanjutan, sekaligus menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan daya beli masyarakat. Ini menjadi salah satu indikator positif bagi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional."
Segmentasi Pasar Kredit KPR
OJK mencatat bahwa KPR untuk rumah tipe 22 sampai dengan 70, yang biasanya menyasar kelas menengah dan menengah ke bawah, mendominasi pasar KPR. Ini mencerminkan upaya pemerintah untuk menyediakan hunian yang terjangkau dan dapat diakses oleh lebih banyak lapisan masyarakat.
Sementara itu, KPR untuk rumah tipe di atas 70 lebih menyasar kalangan menengah ke atas yang membutuhkan hunian dengan fasilitas dan ukuran yang lebih besar. Kedua segmen ini saling melengkapi dan menjadi fondasi bagi stabilitas sektor properti nasional.
“Dengan adanya diversifikasi tipe rumah yang dibiayai melalui KPR, kami yakin pasar perumahan Indonesia semakin inklusif dan mampu menjangkau berbagai segmen masyarakat,” ujar Dian.
Tantangan dan Peluang di Tahun 2025
Meski demikian, tantangan tetap ada di sektor KPR. Dian mengingatkan bahwa perbankan harus tetap waspada terhadap risiko kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang dapat muncul akibat perubahan kondisi ekonomi makro, seperti inflasi dan fluktuasi suku bunga.
"Kami terus memantau kualitas aset perbankan agar tetap sehat. Pengelolaan risiko yang baik sangat penting supaya pertumbuhan kredit KPR bisa berkelanjutan tanpa menimbulkan dampak negatif," kata Dian.
Di sisi lain, peluang bagi pengembangan kredit KPR juga terbuka lebar, terutama dengan terus digalakkannya pembangunan perumahan di kawasan-kawasan strategis dan program pemerintah terkait perumahan rakyat.
Inovasi Produk dan Digitalisasi dalam Kredit KPR
Untuk semakin meningkatkan penetrasi dan efisiensi penyaluran KPR, banyak bank kini mengadopsi teknologi digital dan inovasi produk yang memudahkan calon debitur mengakses kredit perumahan. Proses aplikasi yang lebih cepat dan transparan menjadi nilai tambah bagi konsumen.
Menurut Dian, "Digitalisasi proses kredit KPR menjadi kunci agar layanan keuangan lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat saat ini."
Kredit KPR Tetap Andalan di Industri Perbankan
Secara keseluruhan, Kredit Pemilikan Rumah tetap menjadi salah satu pilar penting dalam portofolio kredit perbankan di Indonesia dengan porsi 10,16 persen terhadap total kredit nasional per Maret 2025. Kontribusi terbesar datang dari KPR rumah tipe 22 sampai 70 serta di atas 70, yang menyasar berbagai lapisan masyarakat.
Kebijakan yang mendukung, inovasi teknologi, serta pengelolaan risiko yang baik menjadi kunci keberlanjutan pertumbuhan kredit KPR yang sehat dan inklusif. Dengan demikian, KPR tidak hanya membantu masyarakat memiliki rumah idaman, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi dan stabilitas industri keuangan nasional.
Dian menutup pernyataannya, “Kami optimis bahwa dengan sinergi antara regulator, perbankan, dan pemerintah, sektor KPR akan terus berkembang sebagai solusi hunian bagi masyarakat Indonesia sekaligus pendorong utama ekonomi nasional.”