JAKARTA - Penggunaan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) di Indonesia mengalami penurunan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Data terbaru dari Bank Indonesia (BI) menunjukkan bahwa volume transaksi ATM pada April 2025 tercatat sebanyak 614 juta transaksi, menurun 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski demikian, nilai transaksi melalui ATM mengalami kenaikan sebesar 10% secara tahunan, mencapai Rp721 triliun. Jumlah kartu ATM yang beredar juga meningkat 6,6% menjadi 322 juta unit.
Penurunan Volume Transaksi ATM
Meskipun nilai transaksi melalui ATM mengalami peningkatan, volume transaksi menunjukkan tren penurunan. Pada April 2025, volume transaksi ATM tercatat sebanyak 614 juta transaksi, mengalami penurunan 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi perbankan.
Penurunan ini sejalan dengan tren yang telah berlangsung sejak tahun 2024. Pada Agustus 2024, volume transaksi ATM juga mengalami penurunan signifikan sebesar 8,5% secara tahunan menjadi 581,33 juta transaksi dibandingkan dengan 635,23 juta transaksi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Nilai transaksi pun turun 8,4% menjadi Rp590,77 triliun dari sebelumnya Rp644,78 triliun.
Peningkatan Nilai Transaksi dan Jumlah Kartu ATM
Meski volume transaksi mengalami penurunan, nilai transaksi melalui ATM justru mengalami kenaikan. Pada April 2025, nilai transaksi tercatat sebesar Rp721 triliun, meningkat 10% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa meskipun frekuensi penggunaan ATM menurun, nilai transaksi per penggunaan mengalami kenaikan.
Selain itu, jumlah kartu ATM yang beredar juga mengalami peningkatan. Pada April 2025, jumlah kartu ATM tercatat sebanyak 322 juta unit, meningkat 6,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan jumlah kartu ini menunjukkan bahwa meskipun penggunaan mesin ATM menurun, masyarakat tetap memiliki akses terhadap layanan perbankan melalui kartu ATM.
Peralihan ke Digital Banking dan QRIS
Peralihan dari transaksi tunai melalui ATM ke metode pembayaran digital menjadi salah satu faktor utama penurunan penggunaan mesin ATM. Bank Indonesia mencatat bahwa pada Januari 2025, transaksi digital banking mencapai 3,5 miliar transaksi, tumbuh 35,3% dibandingkan tahun sebelumnya. Transaksi melalui aplikasi mobile dan internet banking masing-masing tumbuh sebesar 29,7% dan 19,8%.
Selain itu, penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) juga mengalami lonjakan signifikan. Pada Oktober 2024, transaksi menggunakan QRIS tumbuh sebesar 183,9% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah pengguna QRIS mencapai 51,43 juta dan jumlah merchant sebanyak 33,21 juta.
Peralihan ini didorong oleh kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh metode pembayaran digital. Masyarakat kini dapat melakukan transaksi kapan saja dan di mana saja tanpa perlu mengunjungi mesin ATM. Selain itu, biaya transaksi yang lebih rendah dan fitur keamanan yang lebih baik juga menjadi pertimbangan utama masyarakat dalam beralih ke pembayaran digital.
Respons Industri Perbankan
Menanggapi tren penurunan penggunaan ATM, industri perbankan mulai beradaptasi dengan mengalihkan fokus ke layanan digital. Beberapa bank besar di Indonesia, seperti Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Central Asia (BCA), mulai mengurangi jumlah mesin ATM dan lebih fokus pada pengembangan layanan mobile banking dan internet banking. BNI, misalnya, mencatatkan penurunan jumlah mesin ATM dari 16.125 unit pada Desember 2022 menjadi 13.388 unit pada Desember 2024.
Meskipun demikian, beberapa bank tetap mempertahankan mesin ATM sebagai bagian dari layanan mereka. BCA, misalnya, mengembangkan mesin ATM setor tarik (cash recycling machine/CRM) yang memungkinkan nasabah melakukan penarikan dan penyetoran tunai selama 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun transaksi digital meningkat, mesin ATM tetap memiliki peran penting dalam ekosistem perbankan.
Prospek Masa Depan
Melihat tren yang ada, penggunaan mesin ATM diperkirakan akan terus menurun seiring dengan meningkatnya adopsi teknologi pembayaran digital. Namun, mesin ATM diperkirakan tetap akan ada sebagai alternatif bagi masyarakat yang membutuhkan layanan tunai. Bank Indonesia dan industri perbankan diharapkan dapat terus berinovasi untuk menyediakan layanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, baik melalui mesin ATM maupun platform digital.
Selain itu, penting bagi masyarakat untuk terus meningkatkan literasi digital agar dapat memanfaatkan layanan perbankan digital dengan bijak dan aman. Dengan demikian, transformasi digital dalam sektor perbankan dapat berjalan dengan optimal dan memberikan manfaat maksimal bagi seluruh lapisan masyarakat.
Tren penurunan penggunaan mesin ATM di Indonesia mencerminkan perubahan perilaku masyarakat dalam bertransaksi perbankan. Meskipun demikian, nilai transaksi melalui ATM dan jumlah kartu ATM mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa meskipun frekuensi penggunaan menurun, nilai transaksi per penggunaan meningkat. Peralihan ke pembayaran digital menjadi faktor utama dalam perubahan ini, didorong oleh kemudahan, kenyamanan, dan efisiensi biaya. Industri perbankan diharapkan dapat terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.