JAKARTA - Persaingan kendaraan listrik di Indonesia kian memanas, dan BYD menjadi salah satu pemain yang memilih pendekatan berbeda dalam menarik perhatian publik. Bukannya langsung mengumumkan spesifikasi atau banderol harga, produsen mobil asal Tiongkok itu justru memilih cara yang lebih unik dan interaktif: menggoda publik dengan tebak-tebakan harga untuk mobil terbarunya.
Langkah ini bisa jadi bagian dari strategi pemasaran yang tidak biasa, namun ampuh. Dalam unggahan di akun Instagram @byd_indonesia, BYD menampilkan siluet mobil yang tampak seperti sebuah city car kompak. Tidak dijelaskan secara gamblang mobil apa yang dimaksud, tetapi banyak yang menduga siluet itu mirip dengan BYD Seagull hatchback listrik mungil yang sebelumnya sudah lebih dulu diperkenalkan di negara lain.
"Bisakah Anda menebak berapa harga mobil ini?" demikian tantangan yang dilontarkan BYD dalam postingan tersebut.
Empat pilihan harga pun disodorkan: mulai dari Rp 150 juta–190 jutaan, Rp 199 juta–200 jutaan, Rp 230–280 jutaan, hingga opsi "kurang dari Rp 280 juta". Dengan menyodorkan kuis harga tersebut, BYD seolah ingin menakar ekspektasi pasar sembari membangun buzz terhadap produk yang belum dirilis secara resmi.
Yang membuat publik makin yakin bahwa ini adalah sinyal kuat kehadiran mobil listrik murah BYD, adalah kemunculan kode mobil di situs resmi Informasi Nilai Jual Kendaraan Bermotor (NJKB) Bapenda Provinsi DKI Jakarta. Terdapat dua tipe yang terdaftar dalam daftar NJKB:
EQ-STD-1 (4X2) AT: Rp 218 juta
EQ-ETD-1 (4X2) AT: Rp 233 juta
Namun perlu diingat, NJKB bukan harga jual ke konsumen. Itu hanyalah nilai dasar yang digunakan untuk menghitung besaran pajak kendaraan. Artinya, harga "on the road" mobil ini nanti bisa saja sedikit lebih tinggi, bergantung pada perhitungan pajak serta biaya administrasi lainnya. Namun tetap saja, dengan NJKB di kisaran Rp 200 jutaan, mobil ini berpotensi menjadi kendaraan listrik paling terjangkau di Indonesia dari pabrikan global.
Di pasar global, mobil mungil ini telah menorehkan jejak dengan nama berbeda-beda. Di China, dikenal sebagai BYD Seagull. Namun ketika dipasarkan ke Amerika Latin, nama tersebut berubah menjadi Dolphin Mini, sementara di Eropa disebut Dolphin Surf. Lalu bagaimana dengan Indonesia?
Kuat dugaan bahwa nama Seagull tak akan digunakan di sini. Komunitas BYD Indonesia, khususnya dalam forum Facebook, telah lebih dulu membocorkan kemungkinan nama lain: BYD Atto 1. Beberapa unggahan memperlihatkan foto bagian belakang mobil dengan badge bertuliskan "Atto 1", lengkap dengan pelat nomor putih lis biru, khas kendaraan listrik.
Meski belum diumumkan resmi, potensi mobil tersebut membawa nama BYD Atto 1 sangat besar. Jika benar, maka strategi branding ini menyesuaikan dengan lini produk BYD lain yang lebih dulu hadir di Indonesia, seperti Atto 3 dan Dolphin.
Langkah BYD menghadirkan varian yang terjangkau seperti ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam menembus pasar Tanah Air. Kehadiran mobil listrik murah memang sudah lama dinantikan publik, terutama mereka yang ingin beralih dari kendaraan konvensional tanpa perlu menguras kantong terlalu dalam.
Bahkan jika menilik kembali performa global BYD, perusahaan ini memang terus menunjukkan pertumbuhan luar biasa. Baru-baru ini mereka mengumumkan telah memproduksi 13 juta unit mobil. Sebagian dari jumlah tersebut kini tengah diarahkan ke pasar internasional, termasuk Indonesia.
Kehadiran mobil listrik murah dari BYD juga akan berdampak besar terhadap ekosistem kendaraan ramah lingkungan di Indonesia. Ketika pilihan mobil listrik semakin beragam dan terjangkau, masyarakat akan memiliki alasan lebih kuat untuk beralih dari kendaraan berbahan bakar fosil. Ini tentu sejalan dengan program transisi energi dan pengurangan emisi karbon yang tengah digalakkan pemerintah.
Namun tantangan juga tetap ada. Harga mobil listrik murah saja tidak cukup jika infrastruktur pendukung seperti stasiun pengisian daya masih terbatas. Perlu dukungan lintas sektor, baik dari pemerintah maupun swasta, untuk memastikan bahwa mobil-mobil seperti BYD Atto 1 (atau Seagull/Dolphin Mini) bisa digunakan dengan nyaman dan efisien di berbagai daerah.
Menariknya, gaya teaser seperti yang dilakukan BYD ini tidak hanya menjadi sekadar pemanasan pasar. Ini adalah cara cerdas untuk melibatkan konsumen sejak awal, membangun rasa penasaran, dan mengukur minat terhadap produk. Jika strategi ini sukses, bukan tidak mungkin merek lain akan meniru pendekatan serupa.
Kini pertanyaannya bukan lagi “apakah BYD akan meluncurkan mobil listrik murah di Indonesia?” tapi lebih kepada “kapan dan berapa pastinya harga resmi mobil tersebut?”. Dengan pilihan harga mulai dari Rp 150 jutaan hingga Rp 280 jutaan yang BYD sodorkan, publik tentu menanti kejutan di peluncuran resminya.
Satu hal yang pasti, kehadiran mobil ini akan menjadi katalis positif dalam pertumbuhan pasar kendaraan listrik nasional dan publik telah dibuat penasaran setengah mati oleh permainan tebak harga ala BYD.