JAKARTA - Transformasi digital dan keberhasilan menembus pasar ekspor menjadi titik balik bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Jawa Tengah. Di tengah tantangan besar seperti pandemi dan keterbatasan akses pasar, dua UMKM lokal, Super Roti dari Semarang dan Gupon Sekar Langit dari Magelang, menjadi contoh nyata bagaimana program pembinaan Bank Indonesia (BI) mampu mendorong pelaku usaha naik kelas.
Ismiyati, pendiri UMKM Super Roti yang berdiri sejak 2011, mengalami penurunan signifikan dalam omzet selama masa pandemi. Produk rotinya yang berbahan dasar bekatul sempat kehilangan pasar karena terbatasnya interaksi fisik dan penurunan daya beli masyarakat. Namun, titik terang muncul saat usahanya mendapat pendampingan dari Bank Indonesia melalui program UMKM Gayeng.
“Untungnya dari BI ada onboarding digital, karena pandemi semua kan serba digital, jadi kami diberi pelatihan, foto produk, penjualan lewat marketplace, semua sama BI,” kata Ismiyati.
- Baca Juga Hilirisasi Nikel Dongkrak Investasi
Program onboarding digital tersebut menjadi tonggak penting. Super Roti tidak hanya diajari teknis pemasaran daring, tetapi juga diberikan pelatihan tentang product knowledge dan bagaimana menyusun profil usaha secara profesional. Pelan namun pasti, omzet yang sebelumnya anjlok hingga Rp1,1 miliar mulai merangkak naik menjadi Rp1,25 miliar, lalu terus meningkat hingga mencapai Rp1,5 miliar.
Peningkatan permintaan terhadap produk roti sehat berbahan bekatul juga turut mendongkrak pertumbuhan bisnisnya. Bekatul yang kaya akan serat dan vitamin terbukti memiliki pasar tersendiri, terutama di tengah tren gaya hidup sehat.
Momentum terbesar datang ketika Super Roti mulai menembus pasar internasional. Dalam gelaran UMKM Gayeng, Super Roti berhasil menjalin kerja sama dengan Net Asia dan Onna Food untuk ekspor produk ke Singapura. “Saya lihat sendiri produk saya dipasarkan di Plaza Singapura. Juga ada agregator yang membawa produk saya ke Belgia dan Jordania,” ungkap Ismiyati.
Kesuksesan tersebut tidak datang secara instan. Melalui sinergi program UMKM Gayeng dan Industri Kreatif Syariah, Bank Indonesia secara aktif memfasilitasi keikutsertaan Super Roti dalam berbagai pameran dan business matching di kota-kota besar di Indonesia, termasuk Surabaya, Malang, Madiun, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan Papua. Dukungan menyeluruh itu membuka jalan bagi Super Roti untuk masuk ke pasar oleh-oleh dan ritel skala nasional.
Sementara itu, cerita sukses lainnya datang dari Kabupaten Magelang. Gupon Sekar Langit, sebuah koperasi produsen yang mengelola 776 hektare lahan pertanian bersama 1.700 petani di 11 desa, mengalami lompatan signifikan dalam produktivitas dan efisiensi berkat dukungan Bank Indonesia.
Ketua Gupon Sekar Langit, M. Miftakhul Fuat, menyampaikan bahwa pihaknya sejak awal memiliki tekad untuk meningkatkan kualitas dan jangkauan pasar produk pertaniannya. Hal tersebut mendorong mereka untuk bergabung menjadi binaan Bank Indonesia.
“Karena kami juga ingin menjadi UMKM yang naik level atau naik kelas, waktu itu kami mengajukan untuk menjadi binaan BI, agar juga bisa meningkatkan kualitas dan penjualan, serta menambah pasar,” ujar Fuat.
Pada 2021, koperasi tersebut memperoleh pelatihan melalui program digital farming PERMADI TANDUR. Lewat program ini, Gupon Sekar Langit mendapatkan fasilitasi sensor IoT untuk mengukur PH tanah, kelembaban, kecepatan angin, hingga kondisi cuaca secara real time. Teknologi ini memungkinkan petani membuat keputusan yang lebih akurat dan efisien, serta meningkatkan hasil panen.
“Jadi kami tidak meraba-raba lagi, kami bisa mengecek secara digital kelembaban tanah, PH, tingkat kesuburan, arah angin, suhu, cuaca dan lainnya. Jadi ini lebih efisien untuk kami, karena langsung tahu masalahnya secara tepat dan otomatis hasil panennya meningkat,” katanya.
Tak hanya dari sisi hulu, Gupon Sekar Langit juga mendapat dukungan dari sisi hilir melalui digitalisasi pemasaran dan pelatihan product knowledge. Bank Indonesia juga memfasilitasi koperasi ini dalam berbagai pameran lokal dan luar negeri, termasuk di Singapura, serta membantu mereka memperoleh sertifikasi keamanan pangan FSSC 22000 yang menjadi syarat utama ekspor.
“Karena kalau kita ingin jual produk ke luar negeri sertifikasi ini harus dimiliki. Sertifikasi ini juga meningkatkan kepercayaan konsumen atau calon konsumen untuk membeli produk kami,” kata Fuat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menegaskan bahwa BI terus berkomitmen membina UMKM agar naik kelas. Saat ini terdapat 92 UMKM yang menjadi pilot project pengembangan, dengan berbagai tahapan seperti subsisten, potensial, digital, sukses, dan ekspor. Secara keseluruhan, terdapat 315 UMKM binaan BI di Jawa Tengah.
“Program pengembangan UMKM yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilakukan dengan meningkatkan tahapan UMKM dari mulai tahap subsisten, tahap potensial, tahap sukses, tahap sukses digital, dan kemudian tahap potensi atau sukses ekspor,” jelas Rahmat.
Tiga fokus utama pembinaan BI meliputi korporatisasi (pembentukan kelembagaan formal dan legalitas usaha), penguatan kapasitas (capacity building dan promosi perdagangan), serta fasilitasi akses pembiayaan. Khusus untuk pembiayaan, BI mendorong pencatatan laporan keuangan digital dan business matching dengan lembaga keuangan.
Rahmat juga menyebutkan program unggulan “UMKM Go Grande” yang mendorong pelaku usaha agar go green, go digital, dan go ekspor secara berkelanjutan. Harapannya, melalui kolaborasi intensif dan pendampingan berkelanjutan, UMKM di Jawa Tengah bisa menjadi penggerak utama ekonomi daerah sekaligus berdaya saing secara global.