Fashion

Fashion Tenang Ziggy Chen di Paris

Fashion Tenang Ziggy Chen di Paris
Fashion Tenang Ziggy Chen di Paris

JAKARTA - Dalam lanskap mode internasional yang sering didominasi oleh terobosan mencolok dan siluet ekstrem, Ziggy Chen memilih jalur berbeda—menawarkan pendekatan halus dan menyentuh dimensi spiritual. Koleksi terbaru sang desainer asal Shanghai, bertajuk "PRITRIKE", tampil dalam Paris Fashion Week Menswear dan langsung mencuri perhatian. Alih-alih mengedepankan sensasi, koleksi ini mengundang penikmat mode untuk merenungi kekuatan alam dan keseimbangan dalam diam.

Ziggy Chen telah lama dikenal dengan pendekatannya yang menggabungkan nilai-nilai Timur, filosofi Zen, dan reinterpretasi tekstil usang menjadi sesuatu yang segar dan bernuansa. Dalam koleksi Spring/Summer 2026 ini, ia membawa kembali elemen-elemen tersebut dengan pengolahan visual yang lebih halus. PRITRIKE, yang merupakan gabungan kata "primal" dan "strike", bukan sekadar permainan kata ini adalah narasi tentang bagaimana naluri paling dasar manusia dapat muncul dengan kelembutan dan spontanitas.

Chen menghadirkan busana-busana yang merepresentasikan kelembutan dari kekuatan alam. Siluet-siluetnya tidak agresif, tetapi hadir dengan kepercayaan diri yang tenang. Bagi Chen, pakaian bukanlah alat untuk menarik perhatian secara paksa, melainkan menjadi medium untuk menyatu dengan ketenangan. “Koleksi ini hadir bukan untuk memaksakan, melainkan untuk menyelaraskan,” begitu penjelasan yang mengiringi peluncurannya.

Konsep itu tercermin dalam setiap detail. Lapisan-lapisan kain yang digunakan mengisyaratkan konstruksi kompleks, tetapi disusun dengan presisi untuk mencerminkan harmoni antara kekacauan dan keteraturan. Struktur yang tampak longgar, lembut, dan alami ternyata dibentuk dengan kecermatan tinggi, menunjukkan kompleksitas di balik tampilan yang tampak sederhana. Inilah kekuatan naratif koleksi Ziggy Chen—membawa penonton untuk melihat lebih dalam dari sekadar estetika.

Material yang dipilih pun bukan sekadar keputusan teknis, melainkan bagian integral dari narasi. Serat-serat alami seperti linen, rami, katun, dan sutra menjadi fondasi koleksi ini. Masing-masing kain diproses sedemikian rupa untuk menghadirkan tekstur yang tidak hanya terasa nyaman di tubuh, tetapi juga membangkitkan ingatan tentang alam yang belum tersentuh. Dengan pemilihan bahan ini, Chen tidak hanya berbicara soal estetika, tetapi juga tentang keberlanjutan dan kedekatan manusia dengan bumi.

Palet warna koleksi ini mencerminkan tema transformasi dan waktu. Dimulai dari nuansa gelap seperti hitam dan abu-abu pekat, kemudian perlahan bergerak ke warna yang lebih terang seperti putih pudar dan berbagai variasi warna tanah. Nuansa warna ini terinspirasi dari tekstur dan visual alami seperti cat yang terkelupas, bebatuan tua, hingga logam yang teroksidasi. Ia merujuk pada proses alami seperti erosi dan pelapukan yang tidak hanya mengubah bentuk, tetapi juga menghadirkan keindahan baru dari ketidaksempurnaan.

Lebih lanjut, koleksi ini memperkenalkan motif dan pola yang memperkuat narasi tersebut. Beberapa print mengambil inspirasi dari elemen-elemen alam seperti tetesan hujan, noda tinta, beton retak, hingga pola-pola acak yang menyerupai proses alami. Dengan kekuatan visual ini, koleksi PRITRIKE tidak sekadar menjadi busana, tetapi menjadi media ekspresi dari alam yang diam-diam terus berubah.

Ziggy Chen juga memperkenalkan pengembangan signifikan dalam siluet dan pengerjaan. Beberapa potongan menghadirkan struktur utilitarian, namun tetap lembut dan lentur. Inspirasi dari lanskap urban Beijing dan kehidupan kontemporer disuntikkan ke dalam desain-desain ini, menghadirkan kontras menarik antara kehidupan modern dan nilai-nilai tradisional. Dalam koleksi ini, Chen tidak hanya menunjukkan evolusi gaya, tetapi juga komitmen terhadap eksplorasi berkelanjutan dalam estetika personalnya.

Kekuatan lain dari koleksi ini adalah kemampuan untuk menghadirkan busana yang bersifat universal namun tetap personal. Pakaian-pakaian ini seolah dirancang untuk menyesuaikan karakter pemakainya, bukan sebaliknya. Dalam show-nya di Paris, tampilan-tampilan dibagi berdasarkan pengelompokan kain atau warna, menekankan konsep kurasi dan kesesuaian individu. Setiap look, meski hadir dalam satu rangkaian, memiliki nyawa dan karakter masing-masing.

Tak hanya itu, PRITRIKE juga merupakan bentuk evolusi dari pendekatan desain Chen yang selama ini dikenal “berlapis” dan terkesan usang (worn-in). Kali ini, estetika tersebut disulap menjadi sesuatu yang lebih lembut, tidak meninggalkan karakter awalnya, namun diperhalus untuk menghadirkan ketenangan. Busana-busana ini menciptakan keseimbangan antara dunia lama dan modernitas yang semakin cepat berubah.

Dengan PRITRIKE, Ziggy Chen sekali lagi membuktikan bahwa busana tidak harus keras atau mencolok untuk memberikan dampak. Dalam diam, koleksi ini berbicara banyak tentang siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita menuju. Koleksi ini bukan sekadar fashion show, tapi refleksi mendalam tentang bagaimana manusia, dalam segala transformasinya, tetap bisa menyatu dengan alam dan waktu.

Ajang Paris Fashion Week kali ini bukan hanya menjadi panggung bagi Chen, tapi juga menegaskan bahwa fashion dari Asia terutama dengan akar budaya yang kuat—bisa menawarkan perspektif berbeda dan menyentuh secara emosional. PRITRIKE adalah bukti nyata bahwa mode bisa menjadi ruang untuk kontemplasi, bukan hanya konsumsi. Dan dalam keheningan lembut itulah, kekuatan sejati koleksi ini bersinar.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index