Batu Bara

Pengendalian Produksi Batu Bara Dorong Tata Kelola Energi Lebih Baik

Pengendalian Produksi Batu Bara Dorong Tata Kelola Energi Lebih Baik
Pengendalian Produksi Batu Bara Dorong Tata Kelola Energi Lebih Baik

JAKARTA - Kinerja produksi batu bara nasional menunjukkan tren melandai pada paruh pertama tahun 2025. Penurunan ini menjadi sinyal penting bagi para pelaku industri energi serta pembuat kebijakan dalam menata ulang strategi produksi dan ekspor batu bara di tengah fluktuasi pasar global dan tekanan regulasi lingkungan yang semakin meningkat.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan bahwa volume produksi batu bara Indonesia selama 2025 tercatat sebanyak 371,66 juta ton. Angka tersebut mengalami penurunan sebesar 8,47% dibandingkan capaian pada semester pertama 2024 yang mencapai 406,06 juta ton, sebagaimana dikutip dari sistem Minerba One Data Indonesia (MODI) milik Kementerian ESDM.

Tidak hanya dari sisi produksi, kinerja ekspor batu bara Indonesia juga mengalami penurunan. Volume ekspor selama Semester I-2025 tercatat sebesar 185,98 juta ton, turun 6,13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 198,13 juta ton.

Turunnya kinerja produksi dan ekspor ini menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan kontribusi sektor batu bara terhadap pendapatan negara dan perannya dalam mendukung ketahanan energi nasional. Di tengah tren global menuju transisi energi bersih, industri batu bara Indonesia mulai menghadapi tantangan struktural.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Tri Winarno, telah mengantisipasi kemungkinan penurunan produksi batu bara nasional pada tahun 2025. Dalam sebuah pernyataan yang disampaikan di Gedung DPR RI, Tri mengungkapkan bahwa angka produksi tahun ini belum menunjukkan pencapaian sesuai target.

“Tapi poinnya untuk saat ini kan belum juga sesuai target ya. Kalau target (setahun) mudah-mudahan sesuai. Tapi kalau dibandingkan dengan tahun lalu memang ada penurunan,” ujar Tri.

Meski demikian, Tri tetap optimistis bahwa produksi batu bara hingga akhir 2025 masih berpeluang menembus angka lebih dari 700 juta ton. “Tapi di atas 700 (juta ton),” imbuhnya, menekankan bahwa target tahunan tetap dalam jangkauan meskipun realisasi semester pertama tampak lebih lambat.

Sebagai catatan, tahun 2024 mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah produksi batu bara nasional, yaitu sebesar 836 juta ton. Angka ini bahkan melampaui capaian tahun 2023 yang juga merupakan titik tertinggi sebelumnya, dengan produksi mencapai 775 juta ton. Dengan demikian, penurunan tahun 2025 ini kontras dengan tren kenaikan tajam dua tahun sebelumnya.

Pada tahun 2024, produksi tersebut bahkan melebihi target yang ditetapkan, yakni sebesar 710 juta ton. Realisasi mencapai 117% dari target, memperkuat posisi batu bara sebagai salah satu penopang utama devisa dan pendapatan negara.

Sementara itu, target produksi batu bara yang ditetapkan pemerintah untuk tahun 2025 adalah sebesar 735 juta ton. Angka ini memang lebih rendah dibandingkan realisasi tahun lalu, yang bisa diartikan sebagai langkah kehati-hatian pemerintah dalam merespons berbagai faktor seperti permintaan global yang mulai melemah, dorongan untuk mengurangi emisi karbon, serta peningkatan pengawasan terhadap tambang ilegal.

Turunnya volume ekspor juga bisa diartikan sebagai refleksi dari pergeseran dinamika permintaan di pasar ekspor utama Indonesia, seperti Tiongkok dan India, yang mulai mempercepat transisi ke energi terbarukan. Di sisi lain, tekanan dari komunitas internasional untuk menurunkan ketergantungan pada energi fosil juga menjadi faktor yang mempengaruhi arah kebijakan energi nasional.

Meski produksi dan ekspor mengalami penurunan, pemerintah melalui Kementerian ESDM masih menaruh harapan bahwa kontribusi sektor batu bara tetap signifikan dalam jangka pendek, sambil terus melakukan diversifikasi sumber energi.

Dari sisi regulasi, pemerintah mulai memperketat izin tambang dan mendorong penguatan pengawasan untuk menekan kegiatan pertambangan ilegal yang disebut masih merajalela di beberapa wilayah. Upaya ini menjadi salah satu strategi jangka menengah untuk menyeimbangkan aspek ekonomi dan lingkungan, sekaligus meningkatkan pendapatan negara dari sektor yang legal dan terdaftar.

Dalam konteks lebih luas, penurunan produksi dan ekspor ini dapat menjadi titik tolak untuk mempercepat transformasi sektor energi Indonesia. Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan investasi di energi baru terbarukan, memperkuat ketahanan energi nasional yang tidak hanya bergantung pada batu bara, serta menciptakan sistem energi yang lebih berkelanjutan.

Dengan tantangan yang ada, arah kebijakan ke depan diprediksi akan lebih fokus pada optimalisasi sumber daya alam yang ramah lingkungan, efisiensi produksi energi, serta perluasan infrastruktur energi terbarukan. Langkah ini penting agar Indonesia tetap kompetitif di tengah peta energi global yang berubah cepat.

Dengan kondisi produksi batu bara yang mulai menurun, kini terbuka peluang bagi pemerintah dan pelaku industri untuk melakukan refleksi menyeluruh dan menyusun ulang peta jalan sektor energi nasional yang lebih hijau, inklusif, dan berkelanjutan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index