Penyebrangan

JPO Cilegon Rusak, Warga Pilih Penyeberangan Jalan Langsung

JPO Cilegon Rusak, Warga Pilih Penyeberangan Jalan Langsung
JPO Cilegon Rusak, Warga Pilih Penyeberangan Jalan Langsung

JAKARTA - Ketimbang menggunakan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) yang rusak dan membahayakan, sejumlah warga Kota Cilegon kini lebih memilih menyeberang langsung di jalan raya meski risiko tertabrak kendaraan membayangi. Fenomena ini menjadi alarm serius bagi pemerintah daerah, mengingat fungsi utama JPO adalah memberikan rasa aman dan kenyamanan bagi para pejalan kaki.

Kondisi beberapa JPO di wilayah Cilegon saat ini dinilai jauh dari kata layak. Struktur bangunan yang seharusnya kokoh dan melindungi pengguna, justru tampak rapuh dan mengancam keselamatan. Banyak bagian JPO yang rusak, mulai dari atap yang hilang, lantai dan anak tangga yang berlubang, hingga besi yang keropos karena korosi dan paparan cuaca dalam jangka panjang.

Berdasarkan pantauan langsung di lapangan oleh Radar Banten, kerusakan JPO ditemukan di sejumlah titik yang kerap dilewati warga. Tak hanya sekadar estetika yang memudar, kondisi fisiknya pun membahayakan, terutama saat musim hujan tiba. Besi tangga yang telah keropos akibat air hujan menjadi licin dan rawan patah.

Tak sedikit bagian atap yang raib, baik karena tertiup angin maupun rusak karena usia. Ketika atap tak lagi ada, air hujan langsung mengguyur tangga dan lantai jembatan, mempercepat proses pelapukan dan memperbesar potensi kecelakaan.

Warga pun mulai menyuarakan keresahan. Ilham, salah satu warga Cilegon yang masih memanfaatkan JPO untuk menyeberang, mengaku mulai merasa tidak nyaman dan khawatir saat melintas.

“Sekarang kalau lewat JPO makin risih yah. Tadi saya lewat itu, ada tangga yang bolong dan kropos. Risih banget nginjeknya juga,” ungkap Ilham saat ditemui di salah satu JPO.

Menurut Ilham, bukan hanya tangga yang menjadi masalah, tetapi juga hilangnya atap yang membuat struktur jembatan semakin cepat rusak. Air hujan yang langsung mengguyur permukaan tangga dan lantai menyebabkan kondisi semakin memburuk dan mempercepat korosi.

“Ini juga atapnya hilang, enggak ada atapnya. Padahal kalau enggak ada atapnya, air langsung jatuh ke tangga. Pasti makin cepat rusak,” tambahnya dengan nada kecewa.

Ilham berharap agar Pemerintah Kota (Pemkot) Cilegon segera menanggapi persoalan ini secara serius. Ia menyarankan agar selain diperbaiki dari sisi keamanan, JPO juga bisa dipercantik agar nyaman dipandang dan digunakan.

“Saya sih berharap segera diperbaiki. Biar yang mau melintas enggak waswas. Semoga juga bisa dipercantik, biar nyaman dan enak dipandang,” harapnya.

Masalah ini bukan hanya soal estetika atau kenyamanan pengguna, melainkan sudah menyentuh aspek keselamatan publik. Ketika JPO tidak lagi dapat digunakan dengan aman, maka warga secara tidak langsung “dipaksa” mengambil risiko lebih tinggi dengan menyeberang di jalan yang padat lalu lintas.

Fenomena warga menyeberang langsung di jalan karena JPO rusak bukan hal yang bisa dibiarkan. Apalagi di beberapa titik strategis, jalan raya di Cilegon memiliki volume kendaraan yang tinggi, termasuk kendaraan besar seperti truk dan bus yang dapat menimbulkan risiko fatal.

Harapan besar pun disematkan kepada Pemkot Cilegon agar segera mengambil tindakan nyata. Warga menanti langkah konkret berupa perbaikan, pemeliharaan rutin, dan pengawasan berkelanjutan terhadap fasilitas publik seperti JPO.

Kondisi ini juga menjadi refleksi atas pentingnya keberlanjutan dalam perencanaan infrastruktur kota. Tidak cukup hanya membangun, pemeliharaan jangka panjang dan pengawasan berkala harus menjadi bagian dari kebijakan.

Di tengah geliat pembangunan yang terus digencarkan di berbagai sektor, perhatian terhadap hal-hal yang menyangkut kebutuhan dasar warga seperti fasilitas penyeberangan justru kerap terabaikan. Padahal, keberadaan JPO yang layak dan aman merupakan simbol dari kepedulian pemerintah terhadap keselamatan warganya.

Tak hanya itu, JPO juga memainkan peran penting dalam mendukung kebijakan transportasi berkelanjutan. Keberadaan infrastruktur penyeberangan yang aman dan nyaman akan mendorong masyarakat untuk lebih memilih berjalan kaki daripada menggunakan kendaraan pribadi dalam jarak pendek, sehingga turut berkontribusi dalam mengurangi kemacetan dan polusi.

Wacana perbaikan JPO semestinya tidak sekadar menjadi respons atas keluhan warga, tetapi menjadi bagian dari perencanaan kota yang pro-pejalan kaki. Kota yang sehat adalah kota yang memfasilitasi warganya untuk bergerak aman, baik melalui transportasi umum maupun jalur pedestrian dan jembatan penyeberangan yang memadai.

Warga Cilegon sudah menyampaikan suara mereka. Kini, tinggal bagaimana Pemkot merespons dengan tindakan yang cepat dan tepat, agar jembatan penyeberangan yang semestinya melindungi justru tidak menjadi sumber bahaya.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index