Minyak

Harga Minyak Dunia Lebih Murah, Ini Penyebabnya

Harga Minyak Dunia Lebih Murah, Ini Penyebabnya
Harga Minyak Dunia Lebih Murah, Ini Penyebabnya

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali bergerak turun pada perdagangan Selasa, 19 Agustus 2025 waktu setempat, atau Rabu pagi WIB. Pasar energi global kali ini merespons perkembangan terbaru dari rencana pembicaraan antara Rusia, Ukraina, dan Amerika Serikat (AS). Prospek adanya kesepakatan untuk mengakhiri konflik berkepanjangan di Eropa membuka peluang pencabutan sanksi terhadap minyak Rusia, sehingga meningkatkan potensi pasokan global.

Menurut data yang dikutip dari CNBC, harga minyak mentah Brent terkoreksi sebesar 81 sen atau 1,22% ke level USD 65,79 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun USD 1,07 atau 1,69%, ditutup di level USD 62,35 per barel.

Isyarat Politik Baru dari Washington

Konteks pergerakan harga minyak tidak lepas dari pertemuan di Gedung Putih awal pekan ini. Presiden AS Donald Trump menggelar diskusi dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, didampingi sejumlah sekutu Eropa. Setelah itu, Trump mengumumkan melalui unggahan media sosial bahwa dirinya juga telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Trump menyebut, kini sedang dipersiapkan agenda pertemuan antara Putin dan Zelenskiy, yang kemungkinan besar dapat berujung pada pertemuan puncak trilateral antara ketiga pemimpin tersebut.

“Harga minyak sebagian besar merespons hasil pertemuan terbaru antara Trump-Putin dan Trump-Zelenskiy, dan meskipun tampaknya belum ada kesepakatan damai atau gencatan senjata yang akan segera terjadi, telah ada beberapa kemajuan yang dicapai,” jelas Suvro Sarkar, Kepala Analis Energi DBS Bank.

Ia menambahkan, kecil kemungkinan dalam waktu dekat akan ada eskalasi baru atau intensifikasi sanksi tambahan dari AS maupun Eropa terhadap Rusia.

Sikap Trump Dinilai Lebih Melunak

Salah satu faktor yang menambah optimisme pasar adalah perubahan sikap Trump dalam menyikapi sanksi terhadap Rusia. Sarkar menilai, pernyataan Trump yang tampak melunak terhadap sanksi sekunder bagi importir minyak Rusia mampu meredakan kekhawatiran terkait gangguan pasokan global.

Zelenskiy sendiri menyebut pertemuannya dengan Trump sebagai diskusi yang “sangat baik.” Ia mengaku mendapat pembicaraan terkait jaminan keamanan dari AS. Trump pun mengonfirmasi adanya jaminan tersebut, meskipun detail bentuk dukungan belum sepenuhnya jelas.

Di sisi lain, Trump kembali menegaskan keinginannya agar perang paling mematikan di Eropa sejak Perang Dunia II segera berakhir. Namun, sebagian pihak khawatir sikap ini bisa membuka peluang kompromi yang lebih menguntungkan Rusia.

Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, menilai kondisi ini akan menekan harga minyak lebih jauh ke depan.
“Hasil yang menunjukkan penurunan ketegangan dan penghapusan ancaman tarif atau sanksi sekunder akan membuat harga minyak bergerak lebih rendah menuju target rata-rata kami sebesar USD 58 per barel pada kuartal IV-25/Q1-26,” jelas Melek.

Harga Minyak Masih Fluktuatif

Meski melemah di perdagangan terakhir, harga minyak dunia sempat menguat pada penutupan Senin (18/8/2025). Kenaikan terjadi setelah Trump bertemu Zelenskiy di Washington, hanya berselang beberapa hari usai pertemuan puncak AS–Rusia di Alaska yang berakhir tanpa kesepakatan jelas.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent sempat naik USD 0,75 atau 1,14% menjadi USD 66,60 per barel. Minyak mentah WTI juga menguat USD 0,62 atau 0,99% ke level USD 63,42 per barel.

Namun, jika dihitung secara mingguan, harga kedua kontrak tersebut masih mencatatkan pelemahan. Brent terkoreksi 1,1% sementara WTI turun 1,7%.

Kenaikan sempat dipicu oleh ekspektasi pasar terhadap hasil pertemuan Trump–Zelenskiy. Investor menilai ada peluang terciptanya jalur perdamaian yang dapat mengurangi ketegangan geopolitik dan berdampak pada stabilitas pasokan energi global.

Potensi “Dividen Perdamaian”

Ole Hansen, Kepala Analis Komoditas Saxo Bank, menyatakan bahwa pasar belum sepenuhnya menghitung apa yang ia sebut sebagai potensi “dividen perdamaian.”
“Pasar minyak belum sepenuhnya memperhitungkan potensi ‘dividen perdamaian’ yang bisa menekan harga minyak dan gas di Eropa lebih jauh,” kata Hansen.

Ia menambahkan, meskipun jalan menuju perdamaian penuh masih panjang, setiap langkah kecil menuju pengurangan konflik tetap memberi dampak positif pada pasar energi.

Trump dalam pertemuan tersebut bahkan meminta Ukraina untuk tidak lagi berharap merebut kembali Krimea atau bergabung dengan NATO, sebuah sikap yang dinilai lebih dekat dengan posisi Moskow. Hal itu juga sejalan dengan sikapnya saat pertemuan KTT Alaska bersama Putin.

Ketegangan Baru dari Isu Perdagangan

Di tengah peluang diplomasi, isu pasokan energi global tetap menjadi perhatian utama. Pernyataan Peter Navarro, penasihat perdagangan Gedung Putih, sempat memicu reaksi di pasar. Navarro menyoroti peran India dalam perdagangan minyak Rusia, dengan menyebut negara tersebut justru membantu Moskow mendanai perang.

“India bertindak sebagai lembaga kliring global untuk minyak Rusia, mengubah minyak mentah yang diembargo menjadi produk ekspor bernilai tinggi, sekaligus memberikan dolar yang sangat dibutuhkan Moskow,” kata Navarro.

Pernyataan itu menciptakan ketegangan baru dan memicu peningkatan minat beli di pasar minyak, meski tren jangka pendek tetap cenderung menurun akibat optimisme diplomasi.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index